Minggu, 01 Juli 2012

HARI SURAM ROGLIK



Cerpenku yang dimuat di majalah Cahaya Nabawy, edisi 104/1 april 2012, dengan judul asli Hari suram Roglik yang kemudian diedit oleh redakturnya.So cekidot, smoga bermanfaat :)








Suasana pertemuan itu nampak meriah. Banyak asap mengepul membentuk rupa-rupa tiga dimensi yang menandakan sebuah wana diri. Ada yang serius bicara tentang trik-trik politik dan ada yang berjibaku dengan gosip-gosip romantis dalam rumpi ringan bersanding cemilan asam manis.
Di kursi besar berbahan rotan bersepuh emas itu terlihat tuan besar Dasim sedang sibuk membuka-buka lembaran data statistik yang baru saja dilaporkan beberapa rekannya.  Tampak beberapa kerutan di kening dan kulit sebelah tanduknya.

Beberapa rekan duduk melingkar di sebelah.  Sama menunggu untuk menyimak petuah-petuah yang akan diberikan oleh tuan Dasim.
“Pencapaianmu lumayan, Solman... daerah barat sudah bertabur coklat dan muffin yang melenakan mereka. Hahaha... “ tawa suka cita merekah dengan puas.
“Harus semakin ditambah produksi muffin dan coklat untuk dipasok kedaerahmu, jangan lupa ajak lebih banyak pekerja...  tapi jangan lupa untuk terus mencari kreatifitas baru. Soalnya mereka cucu cicit musuh kita suka cepat bosan dan mencari trend baru... “ sosok yang dipanggil Solman itu mengangguk takdhim.
“Hahahah... Roglik, kau juga semakin pintar, prestasimu luar biasa... ya ya ya jaringan maya yang semakin marak digunakan sangat efektif untuk memperlancar misi kita. fesbuk, twiter, mim yahoo, indoface dan bermacam-macam jejaring sungguh ampuh kita gunakan sebagai senjata... “ Roglik tersenyum dengan cool-nya. Ia mengelus tanduk ketika wajahnya semakin menghitam dan hidungnya kembang kempis tak tahan sanjungan.
“Benar sekali tuan... sangat banyak orang-orang yang ngakunya ingin dakwah dengan FB lama kelamaan juga terjerumus. Menulis tentang ajakan kebaikan tapi ternyata sibuk baca dan jawab komen sanjungan sampai tak mendengar seruan adzan... belum lagi yang terjebak diskusi saling memperlihatkan kepintaran berdalil.. gampang sekali memasukkan kuman kesombongan dalam hati mereka..” Ucap Roglik dengan bangga.

“Hmm.. sedang serius ya?” tiba-tiba seseorang datang di tengah arena tuan Dasim.
“O hay shobat... ini nih senang sekali melihat prestasi anak buahku... terustama yang ini nih” ucap tuan Dasim sembari menunjuk kepada Roglik. Yang ditunjuk semakin bermekaran apa yang ada dibalik hitam dadanya.
“O iya.. kenalkan anak-anak! ini teman seperjuangan saya Tuan Zalanbur, penguasa pasar hahaha...” yang bernama tuan Zalanbur itu ikut tertawa mengiringi tawa sahabatnya. Rinai gelegar tawa yang membuat bising. Banyak yang menutup kuping namun berusaha tersenyum palsu.
“Saat ini aku sedang dalam proyek tahunan... menghiasi pasar-pasar modern dengan gemerlap warna pink. Dan tak perlu waktu lama pasar-pasar kumuh dan pelosok kampung pasti juga akan mengikuti dengan sendirinya.. berpesta merayakan hari cinta. Setelah itu akulah yang menghembuskan angin-angin berwarna syurga untuk melenakan mereka.. keren kan hehehe...” Tuan Zalanbur bercerita tanpa diminta. Semua manggut-manggut. Sebenarnya mereka sudah hafal dengan proyek tahunan itu. Tak ada yang berubah dari tahun ke tahun. tapi tetap saja klan tuan Zalanbur itu mendapatkan hasil yang fantastis.

Semua yang dianggap anak buah itu sama menguap dengan jengah. Tanduk-tanduk mereka seakan impoten tanpa semangat merah menyala seperti saat menjalankan aksi nan licik. Mereka bosan dengan celotehan kedua petinggi yang harus mereka junjung tinggi itu. cemilan asam manis semakin laris. Seduhan tuak-tuak semakin menipis.
Ruang dan waktu dalam jebakan pekat. Sisa celah yang sejuk semakin susah ditelusuri.
***  ***  ***

Hari baik untuk Roglik. Hari ini dia diminta membantu tuan Zalanbur untuk menjalankan proyeknya. Tuan Dasim mengatakan itu adalah untuk promo kenaikan jabatan pada tahun ini. Wow, siapa yang menolak tawaran indah itu.
“Di  daerah sini entah kenapa ada seorang laki-laki yang tak tergoda pesta merah muda... hmm parahnya lagi dia provokasi kaumnya untuk mengikuti langkahnya. Dan yang lebih menyebalkan, dia juga menyemarakkan hari kelahiran cucu Adam yang paling kita benci itu dengan puisi dan nada cinta dimana-mana. Dia benar-benar susah untuk ditaklukkan.” Zalanbur mulai curhat sebuah rintangan yang dihadapinya. Roglik manggut-manggut. Reputasinya sebagai penggoda brilian harus dibuktikan agar mendapat tanduk yang semakin hitam dan besar.
“Okke saya siap bekerja... jangan panggil saya Roglik jika tak bisa menggelincirkan cicit Adam yang tuan bilang susah itu hehehe..” selesai berkata Roglik segera mohon diri. Meluncur menuju negri yang ditunjukkan tuan Zalanbur.

Daerah yang tak begitu makmur. Subur namun tak diatur dengan bijak. Lelaki itu disana...
Roglik mulai bertutur dengan bahasa ke-aku-annya. Coba disimak!
Wah ternyata meskipun pelosok juga sudah masuk jaringan internet. Pastinya dia sudah kenal jejaring yang sedang ngetrend kan?.
Hmm.. ternyata dia pakai facebook untuk menyatakan perang dengan misi turun temurun kami. Dengan disiplin waktu yang ekstrim. Saat Adzan memanggil dia langsung menutup layar dan menendangku hingga terpental ke batas jurang. Wow.. padahal sedang banyak komen yang memikat untuk dijawab.
Dia masih muda, namun tak mudah tergoda kerlingan jelita. Isi harinya bertabur dzikir-dzikir yang membuat kulitku melepuh saat mendekatinya. Dan menuju hari yang dia nanti dzkir-dzikir itu berubah menjadi sholawat tanpa ampun. Ia lantunkan dalam suara lantang dan lirih.

“Ssst.. ikutlah aksi bela agamamu!.. turun ke jalan, teriakkan prinsip sucimu!, hancurkan mereka yang menistakan agamamu!” bisikku sebagai teori praktis seolah membela namun akan mengantarkannya terperosok.
“Hancurkan!.. bunuh!!” bisikku nyaring.
Apa ???.. dia hanya tersenyum bijak seraya berkata, menggores pena dan secepat kilat mengabarkannya pada dunia.
“Agama Nabi yang kucintai adalah rahmatan lil’alamin, membawa kedamaian untuk semesta”
Uuurggh.... ingin rasanya aku menampar mulut dan mengikat tangannya. Namun aku tak bisa menahan aura itu. Tubuhku yang terbuat dari api ternyata bisa terbakar karena aura itu.
“Shollallahu ‘ala muhammad, shollallahu ‘alaihi wasallim” alunan itu semakin bertalu-talu. Membahana diseluruh pelosok. Sosok kelebat merah itu berlari menjauh.
Ke-aku-annya dalam alinie penutup ini menguap karena malu. Mendapati detiknya yang suram, tak punya muka untuk menghadap kedua tuannya tanpa hasil apapun.
“Aku benci ending ini!” umpatnya sebal, selalu saja mendapati dirinya menjalani peran antagonis dalam drama kehidupan.
***  ***  ***

Bint@ alMamBa
14 feb 2011.

Catatan kecil :
Dasim adalah nama setan yang masuk rumah-rumah, sementara Zalanbur adalah setan yang masuk pasar-pasar menggoda manusia. Sementara nama-nama yang lain (setan yang menjadi anak buah) adalah fiktif imajinasi saya. Mohon koreksi bila terjadi kesalahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...