Suasana
pertemuan itu nampak meriah. Banyak asap mengepul membentuk rupa-rupa tiga
dimensi yang menandakan sebuah wana diri. Ada yang serius bicara tentang trik-trik
politik dan ada yang berjibaku dengan gosip-gosip romantis dalam rumpi ringan
bersanding cemilan asam manis.
Di
kursi besar berbahan rotan bersepuh emas itu terlihat tuan besar Dasim sedang
sibuk membuka-buka lembaran data statistik yang baru saja dilaporkan beberapa
rekannya. Tampak beberapa kerutan di
kening dan kulit sebelah tanduknya.
Beberapa
rekan duduk melingkar di sebelah. Sama
menunggu untuk menyimak petuah-petuah yang akan diberikan oleh tuan Dasim.
“Pencapaianmu
lumayan, Solman... daerah barat sudah bertabur coklat dan muffin yang melenakan
mereka. Hahaha... “ tawa suka cita merekah dengan puas.
“Harus
semakin ditambah produksi muffin dan coklat untuk dipasok kedaerahmu, jangan
lupa ajak lebih banyak pekerja... tapi
jangan lupa untuk terus mencari kreatifitas baru. Soalnya mereka cucu cicit
musuh kita suka cepat bosan dan mencari trend baru... “ sosok yang dipanggil
Solman itu mengangguk takdhim.
“Hahahah...
Roglik, kau juga semakin pintar, prestasimu luar biasa... ya ya ya jaringan
maya yang semakin marak digunakan sangat efektif untuk memperlancar misi kita.
fesbuk, twiter, mim yahoo, indoface dan bermacam-macam jejaring sungguh ampuh
kita gunakan sebagai senjata... “ Roglik tersenyum dengan cool-nya. Ia mengelus
tanduk ketika wajahnya semakin menghitam dan hidungnya kembang kempis tak tahan
sanjungan.
“Benar
sekali tuan... sangat banyak orang-orang yang ngakunya ingin dakwah dengan FB
lama kelamaan juga terjerumus. Menulis tentang ajakan kebaikan tapi ternyata
sibuk baca dan jawab komen sanjungan sampai tak mendengar seruan adzan... belum
lagi yang terjebak diskusi saling memperlihatkan kepintaran berdalil.. gampang
sekali memasukkan kuman kesombongan dalam hati mereka..” Ucap Roglik dengan
bangga.
“Hmm..
sedang serius ya?” tiba-tiba seseorang datang di tengah arena tuan Dasim.
“O
hay shobat... ini nih senang sekali melihat prestasi anak buahku... terustama
yang ini nih” ucap tuan Dasim sembari menunjuk kepada Roglik. Yang ditunjuk
semakin bermekaran apa yang ada dibalik hitam dadanya.
“O
iya.. kenalkan anak-anak! ini teman seperjuangan saya Tuan Zalanbur, penguasa
pasar hahaha...” yang bernama tuan Zalanbur itu ikut tertawa mengiringi tawa
sahabatnya. Rinai gelegar tawa yang membuat bising. Banyak yang menutup kuping
namun berusaha tersenyum palsu.
“Saat
ini aku sedang dalam proyek tahunan... menghiasi pasar-pasar modern dengan
gemerlap warna pink. Dan tak perlu waktu lama pasar-pasar kumuh dan pelosok
kampung pasti juga akan mengikuti dengan sendirinya.. berpesta merayakan hari
cinta. Setelah itu akulah yang menghembuskan angin-angin berwarna syurga untuk
melenakan mereka.. keren kan hehehe...” Tuan Zalanbur bercerita tanpa diminta.
Semua manggut-manggut. Sebenarnya mereka sudah hafal dengan proyek tahunan itu.
Tak ada yang berubah dari tahun ke tahun. tapi tetap saja klan tuan Zalanbur
itu mendapatkan hasil yang fantastis.
Semua
yang dianggap anak buah itu sama menguap dengan jengah. Tanduk-tanduk mereka
seakan impoten tanpa semangat merah menyala seperti saat menjalankan aksi nan
licik. Mereka bosan dengan celotehan kedua petinggi yang harus mereka junjung
tinggi itu. cemilan asam manis semakin laris. Seduhan tuak-tuak semakin menipis.
Ruang
dan waktu dalam jebakan pekat. Sisa celah yang sejuk semakin susah ditelusuri.
*** ***
***
Hari
baik untuk Roglik. Hari ini dia diminta membantu tuan Zalanbur untuk menjalankan
proyeknya. Tuan Dasim mengatakan itu adalah untuk promo kenaikan jabatan pada
tahun ini. Wow, siapa yang menolak tawaran indah itu.
“Di daerah sini entah kenapa ada seorang
laki-laki yang tak tergoda pesta merah muda... hmm parahnya lagi dia provokasi
kaumnya untuk mengikuti langkahnya. Dan yang lebih menyebalkan, dia juga menyemarakkan
hari kelahiran cucu Adam yang paling kita benci itu dengan puisi dan nada cinta
dimana-mana. Dia benar-benar susah untuk ditaklukkan.” Zalanbur mulai curhat
sebuah rintangan yang dihadapinya. Roglik manggut-manggut. Reputasinya sebagai
penggoda brilian harus dibuktikan agar mendapat tanduk yang semakin hitam dan
besar.
“Okke
saya siap bekerja... jangan panggil saya Roglik jika tak bisa menggelincirkan
cicit Adam yang tuan bilang susah itu hehehe..” selesai berkata Roglik segera
mohon diri. Meluncur menuju negri yang ditunjukkan tuan Zalanbur.
Daerah
yang tak begitu makmur. Subur namun tak diatur dengan bijak. Lelaki itu
disana...
Roglik
mulai bertutur dengan bahasa ke-aku-annya. Coba disimak!
Wah
ternyata meskipun pelosok juga sudah masuk jaringan internet. Pastinya dia
sudah kenal jejaring yang sedang ngetrend kan?.
Hmm..
ternyata dia pakai facebook untuk menyatakan perang dengan misi turun temurun
kami. Dengan disiplin waktu yang ekstrim. Saat Adzan memanggil dia langsung
menutup layar dan menendangku hingga terpental ke batas jurang. Wow.. padahal
sedang banyak komen yang memikat untuk dijawab.
Dia
masih muda, namun tak mudah tergoda kerlingan jelita. Isi harinya bertabur
dzikir-dzikir yang membuat kulitku melepuh saat mendekatinya. Dan menuju hari
yang dia nanti dzkir-dzikir itu berubah menjadi sholawat tanpa ampun. Ia
lantunkan dalam suara lantang dan lirih.
“Ssst..
ikutlah aksi bela agamamu!.. turun ke jalan, teriakkan prinsip sucimu!,
hancurkan mereka yang menistakan agamamu!” bisikku sebagai teori praktis seolah
membela namun akan mengantarkannya terperosok.
“Hancurkan!..
bunuh!!” bisikku nyaring.
Apa
???.. dia hanya tersenyum bijak seraya berkata, menggores pena dan secepat
kilat mengabarkannya pada dunia.
“Agama
Nabi yang kucintai adalah rahmatan lil’alamin, membawa kedamaian untuk semesta”
Uuurggh....
ingin rasanya aku menampar mulut dan mengikat tangannya. Namun aku tak bisa
menahan aura itu. Tubuhku yang terbuat dari api ternyata bisa terbakar karena
aura itu.
“Shollallahu
‘ala muhammad, shollallahu ‘alaihi wasallim” alunan itu semakin bertalu-talu.
Membahana diseluruh pelosok. Sosok kelebat merah itu berlari menjauh.
Ke-aku-annya
dalam alinie penutup ini menguap karena malu. Mendapati detiknya yang suram,
tak punya muka untuk menghadap kedua tuannya tanpa hasil apapun.
“Aku
benci ending ini!” umpatnya sebal, selalu saja mendapati dirinya menjalani
peran antagonis dalam drama kehidupan.
*** ***
***
Bint@
alMamBa
14
feb 2011.
Catatan
kecil :
Dasim
adalah nama setan yang masuk rumah-rumah, sementara Zalanbur adalah setan yang
masuk pasar-pasar menggoda manusia. Sementara nama-nama yang lain (setan yang
menjadi anak buah) adalah fiktif imajinasi saya. Mohon koreksi bila terjadi
kesalahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)