Senin, 29 April 2013

Dukungan ibu untuk hebatnya buah hati.

27 April 2013 kemarin. Saat sulung saya si Fahri berangkat ke SD Al-Ummah untuk semi final lomba sains, saya teringat sebuah fakta ironis tentang teman-teman Fahri. Lebih tepatnya teman-teman Fahri yang berprestasi dan dukungan orang tuanya.

Rizki, teman sekelas Fahri di MI Mujahidin. Anaknya pintar, rajin dan mendapat peringkat kelaske-2 saat Pembagian raport semester kedua. Namun sayang dia tidak bisa ikut dalam lomba sains dikarenakan keterbatasan ekonomi orang tuanya. Hmm... mungkin kurang tepat kalau dikatakan keluarga tidak mampu, Bapaknya Rizki setiap hari bekerja sebagai penjual jajanan pentol berkeliling ke sekolah-sekolah termasuk juga ke sekolahnya Rizki dan Fahri. Beliau pekerja keras, namun memang waktunya lomba mungkin bersamaan dengan keadaan yang tidak memungkinkan mereka untuk merelakan uang sebesar 35.000 rupiah untuk biaya pendaftaran lomba sains itu. Karena si Rizki baru saja punya adek bayi yang pasti masih harus mengeluarkan biaya-biaya mengurus bayi diluar kebiasaan pengeluaran mereka sehari-hari. Namun dia menurut saja keputusan orang tuanya untuk tidak ikut lomba. Hmm sayang sekali...

Ada lagi Fikri, teman sekelas Fahri juga. Dia juga pintar dan cerdas dan boleh ikut lomba oleh orang tuanya. Namun sayang sekali ketika sudah lolos dan masuk babak semifinal bersama Fahri dan 1 temannya yang lain  dari kelas 1 MI Mujahidin, Ibunya malah kelihatan tidak suka. Kami ibu-ibu wali murid yang sering bertemu saat menjemput sekolah menjadi heran, kenapa sih kok nggak suka? Ibunda Fikri malah menjawab dengan enteng... "Males dan riweh antar-antarnya kalau nanti makin jauh tempat lombanya, kalau beneran ke jakarta gimana? males dan capek nanti". Kami yang mendengar geleng-geleng kepala masih menyayangkan sikap Ibunda itu yang terang-terangan berkata kepada putranya bahwa dia mando'akan kalau menjawab soal nanti semoga salah semua ckckck.. ini ironis tapi bener-bener nyata. Mungkin saja ibunda Fikri memang tipe ibu yang sangat protektif atas kesehatan anaknya yang selama ini diceritakan memang gampang dan sering sakit. Mungkin saja dia tidak mau anaknya sakit karena capek. Entahlah...

Semua ibu sebenarnya ingin menjadi moms hebat yang mengupayakan apa saja yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun mungkin memang keadaan dan nasib yang membuatnya menjadi berbeda. Seperti kisah Rizki diatas, saya menyayangkan sekali melihat anak cerdas namun kehilangan kesempatan mengasah kecerdasannya lebih baik melalui kompetisi dan pelatihan-pelatihan tambahan oleh guru sekolahnya (bagi yang ikut lomba diberikan les khusus oleh pihak sekolah MI Mujahidin). Tak bisa membantunya dikarenakan sudah keputusan orang tua yang punya hak penuh atas Rizki. Bapaknya Rizki tipe pekerja keras yang tidak gampang menadahkan tangan, saya yakin tahun depan saat keadaan lebih memungkinkan pasti Rizki dapat ikut serta dalam lomba itu.

Minggu, 28 April 2013

Cinderella Syndrome, Karena hidup memang bukan dongeng.



Judul buku : Cinderella Syndrome.
Penulis : Leyla Hana (Leyla Imtichanah).
Penerbit : Salsabila, Pustaka Al-Kautsar
Jumlah halaman : 240
ISBN : 978-602-98544-2-8

Karena hidup memang bukan dongeng. Penulis novel ini menyajikan cerita yang berbeda dengan kebanyakan cerita novel, bisa diistilahkan dengan novel yang 'melawan' arus trend novel-novel romance yang selalu digambarkan dengan mudahnya mempertemukan sosok srupa pangeran dan sosok putri yang terkadang penggambaran keduanya lebih banyak yang mendekati sempurna. Perempuan idaman bertemu dengan laki-laki pujaan, selalu pas dan membuat yang membaca jadi berkelana ke alam hayal seusai menghabiskan halaman demi halaman novelnya.

Sabtu, 27 April 2013

Resep masakan dimuat di Majalah Sekar.

Senang sekali saat mendapatkan sms dari seorang teman. Sms yang mengabarkan bahwa tulisan resep saya dimuat di Majalah Sekar Edisi 17 April-1 Mei 2013.

Bagi teman-teman yang ingin mencoba kirim resepnya, silahkan dikirim ke email Sekar@gramedia-majalah.com





Resep guramenya bisa dilihat di : http://bintaelmamba.blogspot.com/2013/02/gurame-bakar-bumbu-rujak.html

*



Jumat, 26 April 2013

Perempuan sempurna itu harus seperti pertamax.



Semua perempuan itu ingin merasa sempurna, atau setidaknya terlihat sempurna. Namun paradigma berpikir tentang perempuan sempurna harus yang bagaimana?

Saya pernah dicurhati oleh sahabat lama, lewat sms-sms di sela memasak atau menyetrika pakaian (kami sama-sama ibu rumah tangga). Karena sebuah alasan medis, sahabat saya itu terpaksa harus melahirkan cesar. Kemudian saat menyusui bayinya pun dia mengalami masalah. Kulit sensitif yang membuat putingnya pecah berdarah-darah hingga menangis dan mengeluh sangat sakit saat menyusui.

Belum berhenti sampai disitu, usai melahirkan anak pertamanya belum genap setahun dia sudah melahirkan lagi. Bayi kedua belum sempat berbilang tahun dia sudah melahirkan lagi. Jadi sukseslah dia memiliki 3 balita dengan jarak rapat. Bukankah itu karunia? mengingat banyak juga pasutri lain yang susah untuk mendapatkan keturunan dengan cepat.

Ternyata bagi beberapa orang yang melihatnya ternyata itu bukan karunia yang patut diapresiasi dengan positif. Sebagian orang (yang masih kerabat) malah ada yang merespon kurang menyenangkan lewat kata-kata. Opini yang disampaikan di belakang dan di depan orang yang bersangkutan itu rasanya seperti tekanan yang menyakitkan.

Sebagai pendengar curhat saya agaknya bisa merasakan rasa tertekan pada sahabat saya itu. Ketika ada yang nyinyir mengatakan bahwa dia perempuan yang nggak mau merasakan sakitnya kontraksi melahirkan normal karena cesar. Masih banyak juga yang kekeuh berpendapat bahwa -belum jadi perempuan beneran kalau belum pernah merasakan melahirkan lewat 'jalur yang benar'-. Padahal oprasi cesar juga terkadang ada yang lebih menyakitkan, saat tubuh tak bersahabat dengan proses anesthesia (pembiusan), saat tubuh alergi terhadap obat bius bisa mengakibatkan kematian atau gangguan kesehatan fisik yang lebih menyakitkan. Bekas luka akibat operasi juga berakibat jangka panjang, ketika sedang tertawa atau batuk akan terasa nyeri seperti digigit semut, rawan sakit punggung dan juga hernia. Jika tidak tepaksa semua orang yang faham atas resiko tersebut pasti juga tak akan memilih melahirkan cesar.

Gambar berasal dari SINI.


Kemudian ada juga yang memandang sinis tentang keberadaan 3 balita yang rapat dalam pengasuhannya, pengasuhan orang tua yang dianggap belum mapan tapi dinilai sudah terlalu pede untuk mempunyai banyak anak. "Kok nggak mau KB sih?  zaman sekarang kan  sudah maju tidak seperti dulu.. punya anak bisa direncanakan, bisa diatur..". Wah itu kan menurut teori manusia. Pada kenyataannya Tuhan menciptakan masing-masing fisik seseorang itu berbeda satu sama lain. Alat dan bahan-bahan kontrasepsi belum tentu cocok pada tubuh semua orang. KB dengan cara kalender atau alami juga rawan kegagalan bagi  perempuan yang sudah bawaannya gen subur dalam reproduksi. Fisik sahabat saya termasuk limited edititon yang ternyata menolak berbagai jenis kontrasepsi, satu persatu dicoba namun mengakibatkan gangguan serius pada kesehatannya.


Rabu, 24 April 2013

Mencintai dengan cara kami.




"Hobi pean apa?" Tanyanya di sms, beberapa waktu sebelum menikah.
"Hmm.. menulis, aku pengen sekali jadi penulis, pean mau kan mendukungku?" jawabku sembari mengimbuhi dengan balik nanya. 
"InsyaAllah aku dukung sebisanya.." jawabnya, masih dengan sms pada hape jadul kami.
.....
Usai smsan aku mengembalikan hape tak berwarna itu kepada bapak. Hape yang jaman dulu sudah sangat mewah di rumah kami, dan hanya bapak yang punya, saya belum pernah membayangkan bakal bisa pegang hape sendiri. Rasanya amat terlalu mewah.

Saya dan suami hanya sempat berkenalan dan sms-an kurang lebih sebulan saja sebelum menikah. Itu juga dengan memakai hape bapak saya, dan sungguh masih sangat gapteknya saya dulu belum bisa mematikan nada pesan masuk mengubah menjadi getar, untungnya sih sudah mengerti cara menghapus pesan-pesan beruntun kami supaya tidak dibaca bapak hehehe.. (tahun berapa sih, bu nikahnya? ntar ya, baca dulu lanjutan cerita saya ^^).

Dan setelah menikah, saya sih tak begitu menagih apa-apa janji suami saya tentang dukungan menulis itu. Tahu diri dengan melihat kenyataan bahwa perekonomian kami jauh dari kata 'stabil'. Untuk menambah modal usaha suami yang wiraswasta, saya harus mengikhlaskan komputer yang belum setengah tahun dibelikan bapak harus dijual, namun ternyata usaha yang dibangun gagal dan malah meninggalkan jejak hutang yang membuat kami susah payah untuk membayarnya. Tak apa-apa lah saya tak lagi mengharap komputer itu kembali, sudah saya fokus momong anak saja deh. Pikir saya, saya melupakan mimpi saya itu meski sesekali masih mengisi waktu dengan coret-coret di dalam buku dan menyimpannya di lemari. 

Saya  lupa dan tak lagi peduli, namun ternyata suami saya tidak lupa, setelah bertahun berlalu dengan kerja keras suami, menabung sedikit demi sedkit, suami saya berhasil menghadiahi saya sebuah netbook mungil.
'Buat pean.. agar bisa kembali menulis," ihiks.. haru dong... setelah saya punya dua bocah kecil dia masih ingat dengan keinginan saya itu.

Berselang tahun (selalu ditepatkan pada hari lahir saya.. sok niru acara di tivi gitu), dia juga menghadiahi saya sebuah printer, katanya agar tak lagi wira wiri ngeprint naskah ke warnet kalau mau ikut lomba nulis.


Ruang menulis saya, kursinya sering berfungsi juga sebagai sampiran jilbab dan kerudung, kadang juga baju atau jaket hehe.. 


Dan yang tak kalah penting untuk istrinya yang pelupa, suka kelewat detlen dan lupa tanggal, dia membelikan saya kalender khusus tanpa gambar, hanya berisi angka-angka besar, ada notes di pinggirannya tempat saya menulis detlen event-event yang sedang saya incar. 

Kartini tidak bergosip (Dimuat di rubrik gagasan Jawapos)

Alhamdulillah tulisan yang saya kirimkan emailnya pada hari sabtu tanggal 20 April 2013 bisa dimuat dalam rubrik gagasan Jawapos pada hari selasa 24 April 2013. 

Saya mencoba mempraktekkan trik yang pernah dibagikan oleh Pak Benny Ramdani dalam Grup PBA (Penulis Bacaan Anak), yaitu :
-Ketika ingin menembus media cetak, selain mempelajari karakter dan visi misi medianya, maka cara lainnya adalah menulis baik artikel, cerpen atau puisi dengan tema yang sesuai momen. Seperti Hari Kartini, hari pahlawan, hari Ibu dan lain-lain.
-Mengirimkannya sebelum jadwal terbit media yang dituju. Jika medianya terbit bulanan maka harus mengirim sebulan atau dua bulan sebelumnya. Begitu juga kalau harian atau mingguan.

Tambahan sedikit dari pengamatan saya, selain momen-momen yang terus berulang sepanjang tahun seperti hari-hari besar bisa juga kita menulis tentang isu-isu yang sedang booming, analisis dari sudut pandang kita untuk diramu dalam karya fiksi maupun nonfiksi tanpa maksud menghakimi. Saya pernah membaca cerpen berjudul 'Kepala Nurdin' dalam sebuah cerpen koran harian nasional. Saat itu sedang sering ditayangkan berita ketua PSSI Nurdin M Kholid di televisi. Cerpennya bagus dan menurut saya terpilih karena sangat pas momennya. 

Senin, 22 April 2013

Leyla Imtichanah, Si pemecah batu.

Tulisan ini diikutkan dalam 8 minggu ngeblog bersama anging mammiri, minggu kedua dengan tema perempuan inspiratifku.

Pecah telor, biasanya digunakan sebagai analogi bagi seseorang yang berhasil meraih apa yang menjadi incaran, apa yang diharap-harapkan dan apa yang sangat diidamkan. Hmm.. bagi saya kayaknya analogi itu terlalu ringan. Pecah telor itu gampang banget bukan? tinggal diketuk sama sendok atau dibenturkan pinggiran wajan saja sudah bisa pecah dengan suksesnya.

Bagi saya meraih sesuatu yang diidam-idamkan itu laksana memecahkan sebuah batu. Susaaah, semakin besar batu yang ingin kita pecahkan maka akan semakin besar pula tenaga dan segala jurus yang harus kita upayakan.

Dalam dunia menulis, ternyata saya masih belum bisa menyederhanakan 'batu-batu' yang ingin saya pecahkan. Saya masih ingin menulis untuk diterbitkan menjadi buku, saya masih ingin bisa nembus tulisan ke dalam ke media cetak, dan beberapa waktu terakhir saat mulai kecemplung asyiknya dunia blogging saya juga memendam ingin memenangkan kontes blog yang bergengsi dan berhadiah besar.

Ada seorang perempuan inspiratif yang saya kenal di dunia maya. Dia menginspirasi saya dalam dunia menulis, seseorang yang saya nilai tangguh, pantang putus asa.. dan satu lagi pantang jenuh ketika fokus memecahkan 'batu' yang ia incar.

Leyla Imtichanah, adalah seorang penulis Forum Lingkar Pena yang sudah banyak menghasilkan buku bergenre fiksi dan nonfiksi. Namun ketika berumah tangga beliau agak berkurang produktiftasnya, namun beliau tetap berusaha menekuni aktfitasnya yang dicintainya yaitu menulis, menulis dan menulis. Tidak pantang menyerah terus mencoba mengetuk penerbit, revisi, diskusi dan permak sana-sini tanpa manggadaikan prinsip yang dipegangnya. Semakin lama industri penerbitan buku semakin penuh persaingan sehingga meski terbilang senior pun bukan hal yang mudah untuk mulus dan licin jalannya untuk menerbitkan tulisan terbarunya.

Dalam sharing kepenulisan di sebuah grup menulis yang didirikannya, Mbak Leyla sempat menceritakan behind the scene sebuah novel yang konon sudah 7 tahun lalu ditulisnya namun baru bisa terbit dengan manis. Yup, inspirasinya adalah tentang kesabaran, tentang ketekunan memecahkan batu besar tak selalu bisa dengan cara instan.

Buku Mbak Leyla yang ciamik, tema melawan arus  berbeda dari mayoritas novel yang  menggambarkan tokoh laki-laki impian serupa 'prince' dalam kisah Cinderella. Kavernya manis bangeeet ^^ .
Gambar diambil dari blognya Mbak Leyla, Menghidupkan Kehidupan

Minggu, 21 April 2013

Masak memakai Pecahan Genting.

Tulisan ini diikutkan dalam 8 minggu ngeblog bersama anging mammiri, minggu kedua dengan tema Rasa Lokal (Local Flavour) 

Saya ingat bahwa ada lagi sesuatu yang unik dari kota saya, tepatnya ya lingkungan tempat saya. Entah ada di daerah lain atau tidak cara memasak seperti yang akan saya ceritakan di bawah ini.

Masyarakat Jawa Timur termasuk Jombang tipikalnya orang yang suka makanan praktis. Namun bukan instan semacam burger atau hotdog gitu. Maksudnya praktis adalah bahan mudah didapat dan gak pake lama cara membuatnya seperti Rendang. Juga kurang suka masakan yang terlalu manis. 

Pernah keluarga kami berkunjung ke daerah Jawa tengah yang umumnya seperti masakan Gudeg menggunakan gula merah agak banyak. Ya, lidah yang terlatih dengan masakan daerah sendiri terkadang tidak familiar dengan rasa yang diluar kebiasaan. Sambil mringis ada yang nyinyir mengucapkan "Itu sayur apa kolak sih? maniis.." hehe.. kerabat yang di jawa tengah bertoleransi dengan lidah kami dan buru-buru membuatkan sambal yang pedas. Yang Jawa tengah jangan tersinggung ya. Masalah perbedaan selera saja bukan ^^ 

Nah masakan-masakan daerah kami yang  menjadi favorit mayoritas penduduk kampung asli adalah masakan sambel-sambel segar. Ada Urap-urap yang disini lebih sering disebut KRAWU. Ada juga nama masakan TRANCAM, sejenis urap-urap namun yang jadikan sayur adalah bahan-bahan mentah. Kalau krawu, sayuran yang dipakai semuanya harus matang dikukus.

RA Kartini, Karena beliau menulis.



RA Kartini adalah perempuan Indonesia setiap hari kelahirannya selalu diperingati sebagai simbol perjuangan perempuan. Perjuangan menyetarakan hak dalam beberapa bidang kehidupan yang selama ini dirasakan tidak memihak kepada kaum perempuan. Beliau ditetapkan oleh pemerintah dan diakui oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai pahlawan emansipasi. Padahal beliau sendiri tidak berniat mempublikasikan ide dan pemikiran-pemikirannya ke muka dunia. Beliau hanya mencurahkan isi pikirannya dengan cara menulis surat kepada sahabat-sahabatnya di luar negeri (Kebanyakan adalah Eropa), tentang kondisi sosial masyarakat di sekitarnya, beliau ingin perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dalam menuntut ilmu, belajar dan mencapai cita-cita.

Kemudian sahabatnya Mr. J.H. Abendanon  mengumpulkan surat-surat tersebut menjadi sebuah buku. Buku bertema emansipasi yang berjudul "Door Duisternis tot Licht". Sebuah buku berbahasa Belanda yang jika diartikan ke dalam bahasa indonesia adalah "Habis gelap terbitlah terang".

Gambar berasal dari Wikipedia. 

Kenapa hanya RA Kartini yang mendapatkan tiga kehormatan ? ditetapkan sebagai pahlawan kebangkitan nasional, diciptakan lagu khusus berjudul namanya, sekaligus hari kelahirannya juga diperingati secara khusus sebagai lambang sebuah pergerakan. Padahal pada zaman yang sama ada juga perempuan-perempuan lain yang tak kalah hebat jasa serta perjuangannya untuk bangsa dan negara kita. Seperti :

-Cut Nyak Dien dan Cut Mutia, yang nyata-nyata berjuang mengangkat senjata demi mengusir penjajah dari tanah rencong, Aceh.
-Laksamana Keumalahayati, Pejuang perepuan yang berhasil membunuh Cornelis De Houtman, salah seorang pemilik kapal Belanda yang pertama kali tiba di Aceh.
-Dewi Sartika, perempuan Sunda yang juga secara nyata telah mendirikan Sekolah Istri (sekolah perempuan pertama se-Hindia Belanda). Dari tahun ke tahun memperluas dan memperbesar sekolah yang didirikannya dengan dana pribadi, sehingga di daerah Pasundan banyak berdiri sekolah-sekolah istri yang lain dan dikelola oleh perempuan-perempuan bercita-cita sama dengan Dewi Sartika.
-Nyi Ageng Serang, pejuang perempuan yang ikut mengangkat senjata mengusir penjajah yang berasal Yogyakarta.
-Martha ChristinaTiahahu, pahlawan perempuan dari Propinsi Maluku, ikut berjuang mengangkat senjata saat berusia belia dan meninggal dalam kancah peperangan pada usia 17 tahun.

Jawabannya, karena Ibu Kartini menulis. Dengan menuangkan segala pemikirannya melalui tulisan maka jejaknya masih bisa ditemui meskipun jasadnya sudah lama mati. Pemikiran-pemikiran yang tertulis dapat ditemukan, dikaji dan diaktualisasikan oleh orang yang membacanya menjadi sebentuk inspirasi dan penyemangat yang tanpa disadari kadang sangat kuat sekali pengaruhnya.

Meskipun ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa ada semacam konspirasi atas diterbitkannya surat-surat kartini yang tidak utuh. Ada beberapa surat yang berisi pemikiran yang berlawanan dengan liberalisme dan feminisme sengaja tidak dicantumkan, ada yang berpendapat bahwa orang-orang Eropa sengaja memasukkan gerakan feminisme dan liberalisme melalui 'tangan' anak bangsa Indonesia sendiri. Saya  tidak ingin membahasnya lebih jauh karena sudah ada pakarnya sendiri yang terus melakukan penyelidikan mencari dan melacak dokumen-dokumen surat asli dari RA Kartini kepada teman-temannya di Eropa. semoga dapat ditemukan kebenaran yang utuh semua pemikiran-pemikiran RA Kartini tanpa dipolitisi oleh beberapa fihak yang mengambil keuntungan semata.

Saya hanya ingin mengambil inspirasi dari RA Kartini tentang menuangkan pemikiran dalam menulis, Bukan karena ingin abadi. Paling tidak dengan menuangkan pemikiran lewat buku atau blog saya dapat mewariskan sesuatu untuk anak cucu. Mereka bisa membaca apa-apa yang menjadi pilihan saya, pemikiran-pemikiran yang saya anggap benar dan bermanfaat untuk sesama melalui apa-apa yang telah saya tulis.

Dan tanpa mengurangi terimakasih saya pada deretan pahlawan perempuan yang telah berjasa pada Negeri ini saya juga ingin berterima kasih kepada Ibu RA Kartini yang telah memberikan saya inspirasi untuk rajin menulis.

RA Kartini bersama suaminya, R.M.A.A.Singgih Djojo Adhiningrat (1903).  Gambar berasal dari Wikipedia.

Semoga perempuan masa kini yang menyuarakan emansipasi dan mencatut nama Ibu RA Kartini adalah benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan dan dicita-citakan oleh beliau. Kesetaraan dalam pendidikan dan menuntut ilmu, bukan kesetaraan dalam hal pakaian dan kebebasan berinteraksi antar lawan jenis yang terlalu kebablasan yang sejatinya akan merugikan perempuan. Habis gelap terbitlah terang, sesudah terang semoga jangan kembali gulita atau remang-remang.
***

Refrensi :
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Martha_Christina_Tiahahu
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Laksamana_Keumalahayati

*


Selasa, 16 April 2013

Riawani Elyta, mengambil inspirasi jernih dan membuang yang keruh.


Karena hidup adalah persinggahan
Maka harus diisi dengan sebaik-baiknya amal, amal yang bisa dipertanggung jawabkan di hadapan pencpita kita kelak



Riawani Elyta..

Dia adalah perempuan inspiratif menurut versi saya, karena saya perempuan yang sedang belajar menulis tentu saja terinspirasinya dari penulis yang senior.

Saya mengenalnya hanya di sosial media, semenjak ibu 3 anak ini mulai menapakkan jemari di dunia menulis,  dulu pernah bareng-bareng ikut audisi antologi dan lomba-lomba di facebook. Namun karena komitmen, disiplin waktu, kecerdasan dan ketepatannya dalam menerawang selera pasar plus selera editor penerbit menjadikan perempuan yang konon wajahnya agak mirip artis Nia Ramadhani itu melesat lebih cepat dari teman-teman seperjuangannya, lebih sering memenangkan lomba bergengsi dan tulisannya diterbitkan oleh penerbit ternama plus beberapa kali cetak ulang.



Mirip kaaan.. sama menantunya Bapak Abu Rizal Bakrie itu ^^..


Mbak Riawani Elyta ini merupakan penulis novel yang mungkin sama dengan penulis-penulis perempuan yang lain. Namun ada sesuatu yang membuat saya ketika melihatnya menjadi berbeda. Beliau ini sering memberikan tips-tips menulis secara gratis melalui note facebook, blog maupun internal di sebuah komunitas group. Saya sering mengikuti tulisannya seputar tips dan motivasi menulis. Juga membaca beberapa novelnya.

Penulis yang banyak melahirkan buku bergenre novel romance ini mempunyai rasa khas tersendiri dalam setiap tulisannya. Meskipun genre yang diusung adalah romance, eksplorasi cinta-cintaan ala remaja dan manusia pra dewasa, namun tulisannya cenderung santun tapi tetap memikat dan nikmat dicerna indera pengecap kata oleh pembacanya. Pesan moral yang dapat saya garis bawahi setiap menuntaskan novel mbak Ria ini adalah sefaham dengan idealisme saya tentang menolak segala bentuk pelegalan hubungan seks pranikah. Beliau menggambarkannya tidak saklek seperti khutbah namun bisa melebur bersama karya sehingga pembaca tak merasakan kalau ia sedang 'dirasuki' nasehat yang mencerahkan. (maaf kalau belepotan saya mengistilahkannya).

Jombang tak sekedar berisi Ryan, Ponari atau Eyang Subur.

Tulisan ini diikutkan dalam 8 minggu ngeblog bersama anging mammiri, minggu kedua dengan tema Rasa Lokal (Local Flavour) 

Saya ingin menceritakan tentang kota saya saja ah. Sebuah kota kecil tempat saya dilahirkan, dibesarkan dan menjalani hidup di masa sekarang, hehehe artinya saya tak pernah kemana-mana, menikah dapat orang Jombang juga dan pada kelanjutannya tetap staytune di Jombang sehingga beranak pinak hehehe..



Rumah saya di Jombang, tempat tinggal keluarga kecil saya ^^ .



Belakangan (beberapa waktu yang lalu) Jombang jadi terkenal deh saat berita yang berhari-hari jadi headline di berbagai media. Tentang pembunuhan sadis seorang Gay ganteng bernama Ryan, yang ternyata korban-korbannya dikubur di sekitar rumahnya di sebuah kampung di Jombang. Saat semuanya terbongkar, tekape alias lokasi kejadian kuburan mayat-mayat korban ditemukan dan digali menjadi sangat heboh dan ramai. Banyak orang datang (tak hanya dari daerah sekitar Jombang saja) sekedar ingin melihat karena penasaran dan heran (heran dalam makna negatif, kok ada ya orang yang keji macam gitu, dikubur dekat rumah dan kedua orang taunya sama sekali nggak tahu?). Sampai-sampai saking banyaknya orang yang datang melihat sehingga mendatangkan rejeki bagi tetangga-tetangga Ryan di Tembelang Jombang (dari perolehan jasa parkir sampai jualan es) ckckckc..

Ringin contong, sebuah bangunan semacam tugu yang menjadi ikon kota Jombang, Letaknya di tengah kota.. kalau  Jakarta ya mungkin kayak bundaran HI gitu kali ya hehehe.. Gambar berasal dari SINI.


Belum terlupakan sosok 'jagal dari Jombang' saat kasus Ryan sudah jarang dimunculkan di berbagai media. Muncul lagi sosok Ponari, anak kecil yang 'katanya' bisa menyembuhkan berbagai penyakit hanya memakai media air yang dicelupin sebuah batu sakti.

Lomba Menulis Cerita Remaja Total Hadiah 92 Juta (DL: 25 September 2013)


Berhadiah Total Rp 92 Juta
20 Cerita Pendek Terbaik Diterbitkan sebagai Antologi LMCR 2013
Syarat-Syarat Lomba
Lomba terbuka bagi pelajar (Kategori A: Pelajar SLTP; Kategori B: Pelajar SLTA), mahasiswa, penulis/pengarang dan umum (Kategori C), warga Indonesia di Tanah Air maupun yang bermukim di Luar Negeri.
Lomba dibuka 1 April 2013 dan ditutup 25 September 2013 (Stempel Pos/Jasa Kurir)
Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia yang benar, indah (literer) dan komunikatif
Naskah yang dilombakan karya asli (bukan jiplakan, terjemahan atau saduran), belum pernah dipublikasi dalam bentuk apa pun dan tidak sedang disertakan lomba serupa
Tema Cerita: Dunia remaja dan segala aspek rona kehidupannya (cinta, harapan, kepedihan, perjuangan, kekecewaan, perjuangan hidup dan pencerahan)

Sabtu, 13 April 2013

Optimalkan perkembangan otak plus akhlak buah hati.

Sebagai orang tua sudah sepatutnya kita berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik kepada anak.  Sejak dalam kandungan, saat lahir dan tumbuh kembangnya dimasa usia emas satu hingga lima tahun dan juga kelanjutannya hingga dewasa dan bisa mandiri.

Begitupun saya sebagai ibu dari 2 anak yang alhamdulillah terlahir sehat tanpa cacat fisik. Semenjak dalam kandungan saya berusaha memberikan yang terbaik, selain menurut pada nasehat-nasehat orang tua, calon kakek dan nenek anak dalam kandungan saya, tetap saya juga menyaring info yang masuk, tak semua nasehat saya telan bulat-bulat kemudian saya aplikasikan. Saya juga mencari penyeimbang info yang bertumpu kepada ilmu pengetahuan ilmiah dan hasil penelitian yang akurat.

Menurut info yang saya baca, kecerdasan anak itu bisa diusahakan semenjak ia masih di dalam kandungan. Untuk perkembangan otak anak, sejak dalam kandungan ibu bisa mensuplai nutrisi makanan yang bermanfaat untuk mengoptimalkan janin tumbuh maksimal di rahim ibu.

Jumat, 12 April 2013

Senangnya, saat buku saya diresensi di media cetak.

Sumringah sekali saat saya mendengar kabar bahwa buku saya KISS diresensi di majalah sabili edisi 10, 25 April 2013. Dan ternyata yang meresensi adalah teman facebook saya yang beberapa hari lalu mengajak barter buku, saya sudah lebih dulu membuat review ngasal buku teman saya itu di blog, dan saya menunggu balasan reviewnya kok nggak muncul-muncul juga. Ya sudahlah, saya mulai melupakannya.

Tapi beberapa waktu kemudian seorang teman di sebuha grup menulis mengabarkan bahwa buku saya diresnesi di majalah sabili, langsung saya todong minta penampakan fotonya. Subhanallah, ternyata balasan review buku dari teman maya saya itu malah lebih dari yang saya bayangkan.. ulasan bukunya malah terbit di majalah cetak. Alhamdulillah...


Terima kasih sekali buat sobat Prito Windiarto si penulis novel Tiga Matahari.



***


Lijo, Pracangan dan Pasar krempyeng

Ketika ada yang memberikan rangsangan untuk rajin menulis blog, maka saya pun ingin menyambutnya dengan hangat. Saat digelar ajang menulis "8 hari ngeblog" oleh komunitas blogger makassar ANGIN MAMIRI, maka saya menyatakan terlebih dahulu bahwa tulisan ini diikutkan dalam 8 minggu ngeblog bersama anging mammiri, minggu pertama. 

So cekidot ^^..

Jika teman-teman berkunjung ke tempat tinggalku di salah satu sudut kota Jombang (sudutnya kota maknanya kampung^^..), mungkin tak banyak yang bisa saya ceritakan untuk kemudian dijadikan pemikat supaya kalian bisa betah berlama-lama disini. Namun saya tetep pengen cerita hehehe...

Sedikit aktifitas pagi yang bersinggungan dengan orang-orang disekitar saya. Pagi bagi ibu rumah tangga seperti saya pasti lumrahnya bangun kemudian turun ke dapur, kemudian mencari kelengkapan lauk pauk dan sayur ke tukang sayur. Kalau di kampung saya ada 3 macam tukang sayur, yang satu dijajakan keliling namanya Lijo, dan satu lagi tidak dijajakan keliling melainkan hanya digelar di depan rumah sebagai toko kecil khusus bahan dapur namanya Pracangan. Dan ada satu lagi tukang jualan lauk dan bahan dapur yang menggelar dagangannya di pinggiran jalan ramai (biasanya di pojok perempatan tempat lalu lalang orang disediakan angkring bambu oleh warga sekitar untuk tempat duduk-duduk santai sore dan malam hari, juga dibuat tempat ronda saat malam, maka pada pagi harinya kadang dimanfaatkan oleh tukang sayur menggelar dagangannya), nah tukang sayur yang terakhir itu tempat mangkalnya dinamakan pasar krempyeng, ramainya diumpamakan pasar namun hanya sak krempyengan alias sekajab saja sesudah jam tujuh akan kembali sepi dan senyap.

Penampilan Lijo (tukang sayur) di kampung saya kurang lebih seperti ini, dulu banyak yang menggunakan sepeda onthel tapi lijo zaman sekarang lebih banyak yang memakai sepeda motor dengan  rengkek  penuh  bermacam-macam bahan  makanan. Gambar berasal dari SINI.


Saya biasanya belanja di pracangan. Penjual kebutuhan dapur yang memajang dagangan di rumahnya sendiri.  Saya memilih penjual yang datang kulakannya paling pagi.

Rabu, 10 April 2013

Lomba menulis Pertamax edisi 10.30 April dengan tema "Woman of Your Live".


SYARAT & KETENTUAN

  1. Periode dan Penghitungan registrasi peserta baik melalui Twitter, Facebook dimulai pada tanggal 1 April 2013 pukul 07.00 – 21.00 WIB dan selesai pada tanggal 30 April 2013.
  2. Blog Competition akan dilaksanakan dimulai dari tanggal 10 April 2013 hingga 30 April 2013 dengan tema “Woman of Your Life” dikaitkan dengan penggunaan Pertamax.
  3. Minimum jumlah pembelian Pertamax, Pertamax Plus dan/atau Pertamina Dex (Pertamax Series) dalam struk adalah 10 Liter untuk Mobil dan 3 Liter untuk Motor. Struk yang berhak diikutkan hanya periode pembelian di bulan April 2013.
  4. Peserta Twitter wajib untuk mention @PertamaxIND dan memberi hashtag #apaidemu

Selasa, 09 April 2013

Like Mother Like son

Anak selalu nggak jauh beda sama oarang tuanya. Apa tuh pribahasanya? kacang ora ninggal lanjaran atau buah jatuh tak pernah jauh dari pohonnya...

Cerita krucilku hari ini,
Fahri tergopoh-gopoh sarapan, dia agaknya sudah mengerti konsekwensinya kalau terlambat akan kena sangsi disuruh ambil sampah-sampah di halaman sekolah. Saya sibuk meneruskan masak, yang sudah matang cuma nasi dan ayam goreng pemberian Mbah uti sementara belum ada sayur. Sementara Fahri yang sudah mandiri itu mengambil dan memakai baju sendiri, mempersiapkan tas dan sepatunya sendiri dengan sedikit bantuan dan intruksi Ayahnya.

Pas jam setengah tujuh dia berangakt diantara Ayah, sementara saya masih juga berkutat dengan bumbu-bumbu dan kompor.

Tak ada lima menit terdengar suara sepeda Ayah. 'kok cepet banget?' pikir saya. Ternyata ayah kembali lagi bersama Fahri, dia SALAH SERAGAAAAM...

Minggu, 07 April 2013

Memeluk sepenuh waktu pada usia emas.

Usia emas pada lima tahun pertama adalah sesuatu yang tak akan terulang seumur hidup. Sehingga saya ingin berusaha memeluk sepenuh waktu pada anak-anak saya dalam usia tumbuh kembangnya. Melihat perkembangan anak dari menit ke menit saja rasanya sungguh seperti melihat keajaiban-kejaiban baru yang terus dilimpahkan. Rugi sekali rasanya ketika anak kita mulai bisa bicara yang mendengar kata pertamanya adalah orang lain, begitu juga ketika mulai bisa berjalan, ketika bisa melepaskan pegangan jemari kecilnya saat menitah kemudian menyaksikan langkah pertamanya yang masih kaku dan takut-takut jatuh itu kalau bisa saya sebagai ibunya lah yang memberikan pertama kali menyambutnya dengan kata-kata penyemangat "ayo bangkit sayang, jangan takut jatuh!".

Kedua anak saya Fahri dan Zahra alhamdulillah tumbuh normal dan sehat, Fahri mulai bisa berbicara dan berjalan tepat pada usia 13 bulan secara bersamaan. Sedangkan Zahra malah 12 bulan sudah bisa, secara bersamaan juga antara mulai jalan dan bicara.

Fahri dan Zahra


Kecerdasan dalam tumbuh kembang anak sungguh bukanlah karena faktor genetik semata, sebab pengalaman saya dulu sempat ge-er dan nyantai saja saat mertua saya bilang Ayahnya Fahri Zahra dulu 9 bulan sudah bisa berjalan. Wah, banyak yang bilang pasti anak-anak saya juga bisa secepat itu perkembangan 'bisa jalan'nya. Saya senang sekali mendengarnya, namun setelah usia sembilan hingga sepuluh bulan Fahri belum ada tanda-tanda mulai mau berjalan sendiri tanpa dititah (dipegangi jari tangannya), saya mulai panik dan berpikir logis, "Oh ternyata salah kalau tumbuh kembang anak itu bisa terjadi secara genetis tanpa stimulasi dari orang-orang terdekatnya".

Bertemu ubur-ubur cantik di Pulau pasir kenjeran.

Saya melihat ubur-ubur biasanya hanya dari tayangan spongebob. Nggak pernah terbayang untuk pengen melihat wujudnya secara langsung. Entahlah ya nggak penasaran aja, kan udah sering juga lihat di tayangan discovery discoveri yang menampilkan ekosistem binatang-binatang laut.

Namun ceritanya jadi lain saat Fahri berhasil menghafalkan bacaan sholat secara lengkap, Karena dia anak laki-laki ya nggak mungkin lah ngasih kado kalung emas kayak Delisa (itu loh gadis cilik dari aceh yang jadi tokoh novel Tereliye yang kemudian difilmkan). Mbahkungnya Fahri yang nawarin hadiah rekreasi keluarga pengen kemana, terserah maunya Fahri. 

Fahri menjawab ingin ke pantai. Jadilah kami sekeluarga diajak refreshing liburan sekolah dan kuliah adik-adek saya (tante-tantenya Fahri Zahra). Mbahkung mengajak kami ke pantai kenjeran, Surabaya. Dulu-dulunya sudah pernah kesana sih, tapi agak males naik perahu cuman duduk-duduk di pinggir sambil lihat penjaja hiasan dari kerang, belanja warna warni ikan laut kering trus pulang. Tapi berhubung bersama anak-anak kecil, mereka minta naik perahu. Waaah, saya kan agak takut jatuh gitu hihi.. tapi ya gimana lagi, anak-anak saya merengek ya harus mau.

Naik perahu kudu hati-hati banget, karena air sedang pasang jadi perahunya ngambang dan harus turun pake tangga yang rasanya yut yut yut gitu. Adek saya saja sampek parno teriak-teriak ketakutan tapi anaknya (keponakan saya) kekeuh nangis ingin ibunya ikut. 



Naik perahu.

Pikir saya apa sih asyiknya naik perahu? kalau cuma lihat langit dan pantai di pinggir-pinggirnya kan juga bisa.

[Cernak] APEL MERAH YANG SOMBONG.

Alhamdulillah cerpen saya yang dimuat di Koran Konan, Radar Bojonegoro. Dimuat secara bersambung pada edisi 24 dan 31 maret 2013





                              APEL MERAH YANG SOMBONG.


Di atas sebuah meja makan. Dalam keranjang anyaman rotan yang cantik. Beragam buah di tata manis oleh Bik Inah.
Anggur hijau segar, apel merah merona, buah pear, jeruk mandarin, salak pondoh dan pisang ulin (pisang ukuran kecil berwarna kuning yang rasanya lembut dan legit).
“Wah kita berkumpul nih dalam satu tempat....” kata si buah apel sambil melihat-lihat jenis-jenis teman disampingnya.

“Sayang sekali kok nggak di bedakan tempatnya ya sama Bik Inah. Harusnya buah-buahan mahal dan cantik seperti aku dibedakan tempatnya.” si apel melanjutkan bicaranya dengan sombong.
“Kita ini sama kok, sama-sama buah yang mengandung vitamin dan baik untuk kesehatan manusia..” jawab salak.
“Iya sih. Tapi asal kita kan tidak sama. Aku, pear, jeruk mandarin dan anggur merah berasal dari luar negri... tau nggak? luar negri itu jauuuh. Kami di petik dan diterbangkan ke banyak tempat dunia karena kelezatan kami yang luar biasa“ cerita apel makin pongah.
“Dulu pada zaman raja-raja di negri padang pasir. Aku selalu jadi hidangan yang disukai raja lho “sambung si anggur merah menceritakan bahwa dirinya menjadi buah yang zaman dahulu menjadi kesukaan raja raja Arab. Dia ikut-ikutan si apel membanggakan dirinya.

Apel tertawa lebar. Sementara pisang ulin yang asalnya dari kampung jawa dan asli Indonesia menunduk sedih. Ia merasa memang tak pantas berada dalam satu keranjang bersama mereka para buah-buahan mahal. Yang sepertinya punya cerita hebat dan patut untuk dibanggakan.
“Nah sekarang dengarkan ceritaku... !!” sambil batuk-batuk kecil Si buah pear minta didengarkan.
“Kalian tahu kan kalau aku adalah buah yang banyak mengandung air. Sangat menyegarkan, menyehatkan dan kata dokter-dokter yang kerja di laboratorium itu daging buahku sangat bagus untuk menghaluskan kulit“ cerita pear kerena kemarin sempat mendengar perbincangan Bik Inah dengan temannya yang suka baca majalah.

“Dan lagi buah seperti aku ini nggak dijual di sembarang tempat. Dijual di supermarket dan toko buah yang bagus. Beda dengan kalian yang bisa dibeli di pasar pinggir jalan hehehe..”
Pisang ulin semakin sedih. Kalau saja bisa meloncat ia ingin keluar dari tempat itu.
“Aku juga hebat lho. Asalku dari negri china. Negrinya para pendekar jago kungfu hehehe..” jeruk mandarin tak mau kalah.
“Lihat itu salak.... !! sering dengar cerita kan kalau kebanyakan makan salak bisa susah buang air besar. Buang air besar jadi sakit sampai nangis nangis...” si apel kini bukan hanya sombong. Dia mulai menghina dan mencari-cari kejelekan kawannya.
Salak masih tersenyum mendengar perkataan apel.
“Semua makanan kalau kebanyakan pasti tidak baik. Begitu juga kebanyakan makan apel bisa membuat mencret” apel cemberut mendengar jawaban salak.

Ssssst... semua diam.
Meja makan sudah ditata rapi oleh Bik Inah. Semua makanan diletakkan di meja. Nasi, sayur asem, pepes ikan lele, ayam goreng tepung, urap-urap daun singkong, dan setoples kerupuk. Tak ketinggalan pula sekeranjang buah-buahan segar.

Sabtu, 06 April 2013

Harumnya kopi Ermera

Setelah beberapa hari hanya sempat mengintip prolognya, malam ini saya sudah menuntaskan baca buku bersampul kuning itu.

Saya menamakannya sebagai novel yang beraroma harum kopi. Karena membacanya seolah benar-benar bisa mengintip dan mencicipi imajinasi sebuah kampung di lorosae timor leste. Ermera, kampung penghasil kopi dimana sang tokoh Marsela dan Juanito berada. 

Peristiwa referendum di Timor-timor yang menjadi latar kisah antara Marsela dan Juanito. Perbedaan pilihan orang tua menjadikan mereka terpisah oleh jarak dan ketidakpastian atas nasib dan mimpi yang sudah mereka rancang dengan sederhana. Ah, sesederhana apapun sebuah mimpi ketika harus dihancurkan paksa oleh keadaan, tetap saja namanya sakit dan pedih.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...