Minggu, 03 Oktober 2010

JANJI BIRU *fiksimini*

JANJI BIRU

Akhirnya datang juga masa itu... arena waktu tempat bersatunya rindu kita. setelah sekian lama aku hanya memandangmu dari kejauhan. Menggenggam pilu, melihat bertabur bintang dengan binar megah mengelilingimu.
Cinta... aku tidak bisa menyentuhmu, bahkan sekedar berlenggang mengiring langkahmu. Kecuali nanti setelah janji biru benar-benar ditepati.
Kadang aku muak pada mereka. Makhluk-makhluk yang menjadi penghalang pertemuan kita. Muak.... karena mereka masih saja diberi kesempatan bernafas, menari dan melukis mimpi. Padahal mereka terlalu sering mencaci dan menghitamkan yang putih.
Tertegun dalam jebakan rindu. Bosan dan malas melaksanakan tugasku. Namun demi kasihku padamu kembali kujalani semua ini.
Maka... inilah hari persandingan kita. Rembulan dan matahari... dan biarkan mereka menikmati pesta kehancuran semesta.


111 kata gak kurang gak lebih.
**persandingan rembulan dan matahari hanya terjadi saat kiamat kehancuran segenap isi bumi dan seluruh galaksi.

EMPAT MUSIM DI BELANTARA HATI

EMPAT MUSIM DI BELANTARA HATI

Kadang,..
Jiwaku pongah menantang embun dan semilir.
Hangatnya pagi sepenuhnya adalah karena selimutku sendiri.
Benderangnya siang...
Karena janji matahari dan cinta manisnya padaku.
Pelosok-pelosok nadi menjadi lintasan aura jejaring nafas.
Sebagai teori pasti
.......
Tersandung perih goresan pahit.
Aku mencatat semua protes...
Dalam sajak yang serak..
Dalam linang yang basah.
Menggugat pada semesta yang menjadi tak ramah.
Mencerca diri serupa raga yang payah...
Huft,...
........
Mendapati alur berliku dalam bingkai taqdir.
Memandang jatah yang sudah ditentukan.
Mamatut wajah dalam sebuah perenungan.
Ternyata udara adalah universitas kehidupan.
Petik segala bintang untuk genggaman pengajaran.
.........
Inilah teratai dalam telaga...
Syurga harus kubangun sendiri,
Dengan rakitan syukur dan ikhlas.
Redam segala api....
Dan rantai kesombongan diri.
Ingin menggapai meski dengan tertatih.

PROSA PENCARI JEJAK

PROSA PENCARI JEJAK

Banyak kisah yang menjadi petuah
Tentang sebuah jejak sang penguasa semesta,
Tentang prosa....
Sebuah melodi matahari.
Segenggam cahaya adalah jejak kebradaan-Nya
Tentang teoritis tukang kayu dan furniturenya....
Sentuhan karya akan bicara..
Bahwa ia tidak lahir dengan sendirinya,
Secara kebetulan.
Bahkan fantasi nyata koloni rayap yang buta,
Dengan bangunan gedung super megahnya.
tentang serpihan tulang dan rancangan menara eifel.
Ah... untuk otak cerewetku,..
Penjabaran rumit untuk bukti sebuah jejak.
Demi meniti cinta-Nya.
......
Padahal, senyum dan mimpi ini
Adalah sewarna jejak paling ramah.
Tak pekat dan buram.
....
Tertawalah dengan segala dongeng mbah darwin.



*** terpesona oleh buku harun yahya. yang menjabarkan beragam bukti kekonyolan teori evolusi darwin.
salah satunya perbedaan manusia dan kera paling mudah terletak pada senyum dan mimpi. kera hanya bisa menyeringai meski terlihat seperti senyum, dan dia tak pernah bermimpi kecuali hanya untuk makan.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...