Sabtu, 31 Maret 2012

SAJAK BENANG KAPAS


               

Ada sajak ….
Dimana lembar rajutan benang kapas
Menjadi sebuah bunga rampai
Pelindung identitas

Menjadi jendela kaca
Bagi sang anggrek bulan
Bahkan …
Menjadi duri untuk sang mawar

Sajak itu …

SAYEMBARA MENULIS CERPEN FANTASTIC FICTION 2012


Sebagai garda depan perfiksian di Tanah Air, Ufuk Fiction menantang kamu meningkatkan kreativitas dan imajinasimu melalui SAYEMBARA MENULIS CERPEN  FANTASTIC FICTION 2012. Sayembara ini merupakan bentuk apresiasi bagi kamu pecinta cerita fantasi yang mempunyai minat, bakat, dan kemampuan dalam menulis. Melalui sayembara ini, diharapkan nantinya kamu terpacu untuk menulis, utamanya menulis fiksi fantasi dengan lebih baik dan bermutu sehingga akan lahir dan tumbuh penulis-penulis fantasi andal di negeri ini. Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai berikut.

Jumat, 30 Maret 2012

Bahagiaku,.. adalah menikmati proses mendamaikan hati dengan takdir

Berjibaku dengan isi rumah yang rutinitasnya jelas hampir sama setiap harinya. Sebagai Ibu rumah tangga sepenuh waktu, sesungguhnya bohong banget kalau aku tidak merasa bosan, jenuh dan sesekali dirudung sesal. Perasaan itu (meski tidak setiap hari) acapkali mampir dan mengganggu pikiranku
 Apalagi mendengar cerita teman-teman sekolah sekarang, Kabar mereka saat ini ada yang sudah diangkat jadi PNS. Kerja disana-sini yang mencerminkan bukti kesuksesan setelah menggenggam gelar sarjana.

Kenapa sesal??
Ya, kalau flashback ke masa lalu. Kenapa dulu aku tidak berjuang lebih keras lagi meminta pada orang tuaku untuk kuliah. Padahal secara ekonomi keluarga kami mampu. Kenapa aku terlalu menurut untuk masuk ke pesantren seperti keinginan Ibuku. Hingga jalan hidupku jadinya 'hanya' seperti ini. Keluar dari pesantren kemudian menikah dan beruntun punya anak-anak.

Selasa, 27 Maret 2012

Pilihan komunitas ibu RT...

Ketika meng-klik dengan satu jari saja, maka sampailah kepada dunia maya yang ajaib. Ya, bagaimana tidak ajaib ketika disana bisa terhubung dengan orang-orang di berbagai belahan dunia.

Aku menginjakkan kaki di dunia maya alias melek internet pertama kalinya adalah dengan mengenal jejaring sosial bernama facebook. Hmm... jika di dunia nyata aku sebagai ibu rumah tangga fulltime, teman-temanku otomatis ya para tetatngga yang sama-sama ibu RT namun di dunia maya aku bisa berteman dengan bermacam-macam orang dari berbagai profesi (yang sepertinya susah ditemukan di dunia nyata) seperti bidan, guru, pengusaha warung, wartawan, dokter dan lain-lain. Selain itu lambat laun aku bisa mencari dan menemukan orang-orang yang punya hoby sama yaitu memasak dan menulis. Tentu saja dengan cara memasuki sebuah komunitas yang gampang sekali ditemukan di dunia maya.

Senin, 26 Maret 2012

Daun sukun dan sebuah vonis

Ketika itu...
Perempuan yang kukenal selalu ceria dan lebih banyak tegar dalam segala vonis-vonis yang jika saja dijatuhkan padaku, aku ragu bisa menghadapinya. Namun saat itu kulihat wajahnya tampak kuyu dan terhimpit meski berusaha untuk tetap tersenyum.

Bagaimana tidak? setelah berbilang waktu yang tidak sedikit dia merawat suami yang sering kali keluar masuk RS karena beragam komplikasi di tubuhnya. Kini harus menghadapi kenyataan lagi bahwa kreati ginjal suaminya sudah mencapai angka 14. Dan dokter sudah mewajibkan untuk cuci darah. Ya.. cuci darah seumur hidup jika ingin menyambung nyawa.

Senin, 19 Maret 2012

The Yearling

Sebuah buku yang ditulis oleh Majorie Kinnan Rawlings. Memenangkan Pultizer Prize pada tahun 1939 (kurang tau penghargaan apa gerangan), namun ternyata setelah nanya sam Om Gugel ternyata itu adalah penghargaan bergengsi yang menyebabkan buku ini beberapa kali cetak ulang sehingga penulisnya berhasil membeli sebidang tanah dekat florida (yang jadi seting novel tersebut) kemudian mendirikan sebuah restoran yang diberi nama seperti judul buku itu... The yearling, (dalam bahasa indonesia berarti yang berumur satu tahun)

Buku setebal 500 halaman tersebut menceritakan tentang Jody baxter dan keluarganya yang hidup di tanah pertanian terpencil tepi hutan florida pada akhir tahun 1800an. Jody merupakan anak tunggal karena beberapa kali kakak-kakanya meninggal saat baru dilahirkan. Papanya, Ezra Baxter yang biasa dipanggil Penny karena tubuhnya yang kurus kecil (penny adalah sebutan uang kecil disana, kalau disini mungkin disebut recehan :D). Dia sangat menyayangi Jody dan membelanya ketika Ma Baxter memarahinya. Mamanya Jody bernama Ori namun di buku ini dia lebih sering disebut sebagai Ma baxter, dia selalu merasa berkabung dalam kesedihan karena anak-anaknya yang satu persatu meninggal, sehingga susah baginya untuk memperlihatkan kasih sayang pada Jody karena sejatinya dia takut kehilangan. Dia seorang Mama yang agak galak namun tak pernah lupa menghidangkan makanan untuk keluarganya.

Sabtu, 17 Maret 2012

Kain cantik, yang tak sekedar daster atau penutup mayat.




Jika mendengar kata batik, bagi saya yang tinggal di kampung maka yang akan tergambar dalam ruang otak adalah tentang daster. Pakaian wanita yang terbuat dari bahan katun yang menyerap keringat sehingga nyaman dipakai beraktifitas sehari-hari di rumah. Jarang sekali pakaian khas Ibu rumah tangga itu dipakai untuk acara resmi atau piknik nyantai keluar rumah.

Namun menoleh sejenak ke masa lalu. Ketika kecil saya sudah mengenal batik sebagai kain sewek (jarik) yang dipakai nenek atau mbah-mbah tua di masa itu. Yang jika berjalan harus dengan langkah thimik-thimik kalau orang jawa bilang. Artinya berjalan dengan langkah pendek-pendek dan pelan. Kemudian jika duduk harus tempo (menyilang samping) yang bisa membuat kaki kesemutan jika dalam 5 menit saja tidak berganti posisi. Masih dalam ingatan dan pemikiran masa kecil, kain jarik juga identik sebagai penutup mayat ketika jenazah sudah dimandikan dan dikafani. Karena seringnya melihat orang mati pada masa itu ditutup dengan kain jarik daripada dengan selimut. Selain itu kain jarik batik juga digunakan sebagai hiasan-hiasan panggung ketika ada acara tujuh belasan. Sebagai hiasan ketika acara pernikahan. Apalagi ya?... sebagai selendang untuk menggendong bayi dan lain-lain yang tak berhasil saya ingat.

Bergeser zaman, saya yang semasa kecil sudah merasa antipati terhadap batik yang dalam benak tertanam bahwa batik adalah kain jarik yang membuat orang tidak bisa jalan dan duduk dengan bebas dan enak. Kemudian jelang remaja saya juga tetap antipati terhadap batik yang berganti penilaian lagi bahwa batik itu adalah daster yang pasti pemakainya akan terkesan seperti ibu-ibu yang sudah sibuk merawat anak, selain terkesan seperti ibu-ibu pemikiran masa remaja kala itu adalah memakai batik nanti juga akan terlihat seperti orang tua, nggak trendy dan nggak keren. Hmm.... biarpun banyak teman seumuran saya yang juga antipati, ternyata batik indonesia tetap ada dimana-mana. Kebanyakan pemakainya orang-orang tua.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...