Sekotak kue-kue itu kenapa tak lagi menarik perhatian anak-anakku?
Ada kue mendut, nogosari, apem, ketan salak, tetel (yang di beberapa daerah lain dinamakan jadah), ada juga jenang (biasanya disebut dodol).
Sekotak kue yang lazim diberikan oleh tetangga-tetangga yang mengadakan selamatan itu sama sekali tak menerbitkan selera anak-anak zaman sekarang? pertanyaan miris yang seringkali kulontarkan. Mereka lebih suka jajanan ringan dengan kemasan berwarna-warni yang dijual di toko-toko. Padahal saat aku kecil dulu, membuka berkat[1] bawaan Bapak yang baru pulang menghadiri acara selamatan, syukuran atau hajatan lain-lain, yang biasanya dibagikan makanan dan beragam kue tradisional, aku selalu rebutan dengan saudara-saudara yang lain.
Anak-anak sekarang terkadang lebih tertarik dengan jajanan yang sering diiklankan di layar kaca, snack yang tidak mengenyangkan, minim gizi dan harganya juga relatif mahal. Biasanya juga menawarkan ikon-ikon rasa tertentu yang 'luar negeri' banget. Seperti rasa barbekyu, rasa pizza dan lain-lain. Juga makanan-makanan cepat saji yang iklannya sungguh sangat sangat sangat gencar (saya menyebutkan tiga kali karena memang kenyataannya sangat sering melebihi iklan makanan lainnya) juga selalu mencuri perhatian anak-anak ketika melihat televisi. Mereka selalu merajuk meminta dibelikan makanan-makanan tersebut dengan wajah sangat antusias, beda sekali rautnya saat disodori kue mendut atau apem. Duuh..
Dan menurut analisaku adalah,
anak-anak bahkan orang dewasa pun banyak yang tersugesti dengan makanan-makanan yang sering diiklankan tersebut. Ketika memakan burger atau pizza, orang akan lebih merasa 'keren' dan menyuruh otakknya mengakui bahwa rasanya enak. Padahal lidah yang biasanya lebih familar dengan bakwan dan tahu isi itu mungkin hanya 50% mengakui kalau makanan itu enak. Hmm...
Sugesti yang terlahir dari gencar dan kreatifnya promo mereka. Bisa saja terjadi kan?.
Saya sendiri pernah sangat penasaran dengan burger dan kebab. Setelah benar-benar membeli dan mengerti rasanya ternyata ya begitu begitu saja. Memang cita rasanya lain, namun beda yang mencolok yang hampir pasti saya rasakan adalah seporsinya belum membuat kenyang, sementara uang yang dikeluarkan sudah sama seperti beberapa porsi makanan lokal yang bisa membuat kenyang.
Saya setuju sekali dengan langkah menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, dalam sebuah berita di VOA mengatakan agar kuliner Indonesia semakin mendunia, perlu ada beberapa makanan khusus yang ditentukan sebagai ikon. Beliau mengatakan kepada VOA, akan melakukan langkah promosi secara besar-besaran di banyak restoran Indonesia yang tersebar di luar negeri.
Pasti akan keren sekali jika ada makanan atau jajanan asli Indonesia yang dikenal oleh masyarakat dunia sebagaimana kebab yang identik dengan turki, sushi dengan Jepang, mie ramen dengan Korea, Tom yam gung dengan Thailand, pizza dan spagheti dengan Italia dan lain sebagainya. Sya juga penasaran, pada akhirnya nanti makanan mana yang terpilih sebagai ikon, mengingat begitu buanyak dan beragamnya kuliner khas asli Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Namun rasanya saya ingin menambahkan bahwa selain mempopulerkan di ranah internasional, sebaiknya menteri Mari Elka Pangestu juga terfikir untuk menambah promo besar-besaran di dalam negeri sendiri. Yah, mengingat fakta yang saya paparkan di atas. Bahwa anak negeri sendiri mulai sedikit-demi sedikit meninggalkan kuliner khas indonesia. Merasa tidak keren ketika menenteng jajanan tradisional indonesia, (suer, fakta banget lho ketika orang menenteng jajanan burger itu lebih bisa tersenyum bangga daripada menenteng jajanan klepon atau onde-onde, iya kan?). Siapa tahu dengan promo yang serius dan didanai pemerintah dipadu dengan kreatifitas orang-orang yang berkecimpung di dunia periklanan, esok hari anak-anak kita akan lebih merasa keren dan kembali tersugesti rasa 'enak' ketika memakan pecel, lontong kikil, soto lamongan, juga ketika nyemi jajanan onde-onde atau kue nagasari.
Ketika kuliner asli Indonesia menduia sekaligus kembali dicintai dan dibanggakan oleh anak negeri sendiri, bukankan itu sangat menyenangkan?
***
Tulisan ini diikutkan dalam Kontes ngeblog VOA.
Footnote :
[1] Berkat adalah sebutan di daerah kami untuk pemberian dari tetangga yang selamatan, biasanya berupa nasi beserta macam-macam lauk. Kemudian di atasnya ditambah sekotak kue tradisional yang biasanya berisi 5-7 macam kue.
Ada kue mendut, nogosari, apem, ketan salak, tetel (yang di beberapa daerah lain dinamakan jadah), ada juga jenang (biasanya disebut dodol).
Sekotak kue yang lazim diberikan oleh tetangga-tetangga yang mengadakan selamatan itu sama sekali tak menerbitkan selera anak-anak zaman sekarang? pertanyaan miris yang seringkali kulontarkan. Mereka lebih suka jajanan ringan dengan kemasan berwarna-warni yang dijual di toko-toko. Padahal saat aku kecil dulu, membuka berkat[1] bawaan Bapak yang baru pulang menghadiri acara selamatan, syukuran atau hajatan lain-lain, yang biasanya dibagikan makanan dan beragam kue tradisional, aku selalu rebutan dengan saudara-saudara yang lain.
Gambar berasal dari sini.
Dan menurut analisaku adalah,
anak-anak bahkan orang dewasa pun banyak yang tersugesti dengan makanan-makanan yang sering diiklankan tersebut. Ketika memakan burger atau pizza, orang akan lebih merasa 'keren' dan menyuruh otakknya mengakui bahwa rasanya enak. Padahal lidah yang biasanya lebih familar dengan bakwan dan tahu isi itu mungkin hanya 50% mengakui kalau makanan itu enak. Hmm...
Sugesti yang terlahir dari gencar dan kreatifnya promo mereka. Bisa saja terjadi kan?.
Saya sendiri pernah sangat penasaran dengan burger dan kebab. Setelah benar-benar membeli dan mengerti rasanya ternyata ya begitu begitu saja. Memang cita rasanya lain, namun beda yang mencolok yang hampir pasti saya rasakan adalah seporsinya belum membuat kenyang, sementara uang yang dikeluarkan sudah sama seperti beberapa porsi makanan lokal yang bisa membuat kenyang.
Gambar berasal dari sini.
Saya setuju sekali dengan langkah menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, dalam sebuah berita di VOA mengatakan agar kuliner Indonesia semakin mendunia, perlu ada beberapa makanan khusus yang ditentukan sebagai ikon. Beliau mengatakan kepada VOA, akan melakukan langkah promosi secara besar-besaran di banyak restoran Indonesia yang tersebar di luar negeri.
Pasti akan keren sekali jika ada makanan atau jajanan asli Indonesia yang dikenal oleh masyarakat dunia sebagaimana kebab yang identik dengan turki, sushi dengan Jepang, mie ramen dengan Korea, Tom yam gung dengan Thailand, pizza dan spagheti dengan Italia dan lain sebagainya. Sya juga penasaran, pada akhirnya nanti makanan mana yang terpilih sebagai ikon, mengingat begitu buanyak dan beragamnya kuliner khas asli Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Namun rasanya saya ingin menambahkan bahwa selain mempopulerkan di ranah internasional, sebaiknya menteri Mari Elka Pangestu juga terfikir untuk menambah promo besar-besaran di dalam negeri sendiri. Yah, mengingat fakta yang saya paparkan di atas. Bahwa anak negeri sendiri mulai sedikit-demi sedikit meninggalkan kuliner khas indonesia. Merasa tidak keren ketika menenteng jajanan tradisional indonesia, (suer, fakta banget lho ketika orang menenteng jajanan burger itu lebih bisa tersenyum bangga daripada menenteng jajanan klepon atau onde-onde, iya kan?). Siapa tahu dengan promo yang serius dan didanai pemerintah dipadu dengan kreatifitas orang-orang yang berkecimpung di dunia periklanan, esok hari anak-anak kita akan lebih merasa keren dan kembali tersugesti rasa 'enak' ketika memakan pecel, lontong kikil, soto lamongan, juga ketika nyemi jajanan onde-onde atau kue nagasari.
Ketika kuliner asli Indonesia menduia sekaligus kembali dicintai dan dibanggakan oleh anak negeri sendiri, bukankan itu sangat menyenangkan?
***
Tulisan ini diikutkan dalam Kontes ngeblog VOA.
Footnote :
[1] Berkat adalah sebutan di daerah kami untuk pemberian dari tetangga yang selamatan, biasanya berupa nasi beserta macam-macam lauk. Kemudian di atasnya ditambah sekotak kue tradisional yang biasanya berisi 5-7 macam kue.
Aku suka nasi berkat mbaaa, pake urap, telur setengah trus ikan asin. Enaaaaak. Sayang ngga pernah dapat lagi, di kota besar jarang hajatan pakai urap :((
BalasHapuswah beda daerah beda rupa berkatnya ya mbak.. kalo disini gak adaberkat ikan asin, seringnya ya ayam, bandeng atau telur.. ditambah mie goreng, oseng buncis, srundeng.. macem2 deh, urap juga kadang2.. :)
Hapusmakasih sudah mampir :)
kereeen. mbak Binta rajin bgt ikut lomba blog. moga menang ya mbak.. btw, aku masih suka lho dg jajanan tradisional :)
BalasHapusonde-onde, bubur ketan hitam, klepon dll. Lidahku kurang sreg sm burger dan sejenisnya, lidah ndeso :D
sama klo gt miss.. lidahku jg ndeso :D
HapusSelama tinggal di LN, rasa cintaku terhadap negeriku semakin bertambah mbak. Budaya, bahasa daerah, kuliner tradisional, dan lain-lain. Aku setuju jika kuliner-kulienr Indonesia perlu diikonkan. Di daerahku, ada beberapa kuliner tradisional yang hampir punah. kuliner ini adanya di daerah kluet yang dibuat oleh suku kluet. Dalam catatan-catatan kuliner Aceh, entah kenapa kuliner dari suku kluet ini tidak tercantum.
BalasHapusSemoga menang ya mbak :)
wahh.. disini jg beberapa ada yg punah mbak. jajanan pasar jadul sdh ga dijual lagi di abang tukang sayur atau di pasar2..
Hapusmakasih doanya :)
nasi berkat dulu peyelamat kami dikala ekonomi melarat:) *mengenang*
BalasHapusiya mbak.. dulu berkat itu sangat ditunggu n begitu berarti
HapusMembuka berkat bawaan bapak memang hal yang menyenangkan, sampai-sampai bapak tak kebagian apa yang dibawanya sendiri,,, hehehe...
BalasHapusMudah-mudahan menang kontes ya mbak....
iya banget mbaaaak.. bapak yg bawa berkat sdh cukup kenyang liat anaknnya rebutan, n gak ikut makan hehe..
Hapusmakasih doanya, makasih jg sdh berkunjung :)
Tes
BalasHapustes diterima mbak.. :D
Hapuslidah sy indonesia bgt, wlaopun suka juga makanan luar.. tp tetep aja buat sy makanan Indonesia paling juara
BalasHapussiip :)
HapusAku suka ngemil mbak...baca posting soal nyam nyam pas dng seleraku .
BalasHapusTulisannya keren dan renyah, fotonya bagus pula
Semoga menaang
Anonymous is Dwi Aprilytanti Handayani :D
ternyataaaa.. :)
Hapusjadi pengen buka puasa pake onde onde...
BalasHapussemoga menang y? hehe
dedeknya lucu... :-)
makasih doanya.. :)
Hapus