Cerpen anak yang dimuat di majalah Aku Anak Saleh, Desember 2011-Januari 2012/Muharam-Shafar 1433
Hari
minggu adalah hari yang ditunggu Nafisah. Karena pada hari itu Bapak akan
pulang dari kota Surabaya dengan membawa uang yang cukup banyak. Kata Ibu itu
adalah bayaran Bapak bekerja selama seminggu sebagai buruh bangunan.
Pada
hari biasa Ibu lebih sering membuatkan lauk tahu, tempe atau ikan asin. Tapi hari
minggu Ibu akan memasak lauk istimewa seperti ayam, daging, bandeng atau telur.
Kadang-kadang Bapak memberikan Nafis pilihan yaitu makan lauk ayam atau dibelikan
es krim. Wah kadang Nafis suka bingung memilihnya. Karena dua-duanya dia suka.
Sabtu
jam delapan malam. Gadis kelas empat SD itu belum bisa tidur.
“Kok
Bapak belum pulang juga ya Bu?” tanya Nafis.
“Mungkin
masih di jalan.” Baru saja Ibu menjawab tiba-tiba terdengar Bapak mengucapkan
salam. Nafis segera berlari menyambutnya.
“Belum
tidur Nafis?” tanya Bapak meskipun sudah hafal pada kebiasaan anaknya yang tak
mau tidur sebelum menyambut kepulangannya.
Nafis mengangguk. Dia senang
karena malam ini akan tidur ditemani dongeng dari Bapak.
Keesokan
harinya seperti biasa Nafis membantu Ibu menyapu rumah dan mencuci piring di
dapur. Dia tak sabar menanti waktu sarapan. Tadi malam dia memutuskan untuk
meminta lauk ayam saja.
Di
meja makan terlihat mangkok sayur yang berisi kari ayam. Aromanya sedap sekali.
Setelah
mengisi tiga piring nasi, Ibu mengambilkan sepotong paha Ayam untuk Nafis. Dia
tak sabar ingin segera makan.
“Berdo’a
dulu !” kata Ibu mengingatkan.
“O
iya lupa.” Jawab Nafis malu.
Selesai
berdo’a Nafis segera melahap makanan yang sejak tadi ditunggunya. Tapi
tiba-tiba dia berhenti ketika melihat piring nasi Bapak dan Ibu. Tak ada lauk
ayam disana. Hanya ada tahu dan kuah kari.
“Kenapa
Bapak dan Ibu tidak makan lauk ayam..?” tanya Nafis tak mengerti.
“Sudah..
habiskan saja makananmu Nafis! Ayamnya cuma ada sedikit, dan kamu yang lebih
membutuhkan gizi supaya pintar di sekolah.” Jawab Ibu.
“Kenapa
cuma beli sedikit..?” tanya Nafis masih tak mengerti.
“Sudah,
jangan makan sambil bicara.. nggak baik. Ayo habiskan makanannya!” suruh Bapak.
Nafis pun meneruskan makannya tapi dalam hati masih ingin bertanya.
Selesai
makan Ibu bercerita bahwa minggu ini Bapak tidak membawa uang yang banyak
seperti biasa karena uangnya dalam tas di copet orang. Untung saja bapak
menyisihkan sebagian uangnya di saku baju bagian dalam yang dijahitkan Ibu.
Nafis
sangat sedih mendengar cerita Ibu. Dia jadi mengerti betapa Bapak dan Ibu
sangat menyayanginya. Meski Bapak yang sudah capek bekerja tapi memberikan paha
ayam yang cuma ada sedikit itu pada anaknya. Padahal Nafis mengerti bahwa kedua
orang taunya juga jarang-jarang makan lauk enak dan bergizi.
“Terimakasih
Bapak.. Ibu..” Nafis memeluk kedua orang tua yang disayanginya.
***
Wah... pinter ananda bercerita lewat cerpen... Bakat menulis ya bunda...
BalasHapussedang belajar nih.. makasih sudah dibaca :)
HapusMak, boleh tahu gak kirim alamatnya kemana?
BalasHapuspengen coba dong hehe makasih
aas.redaksi@yahoo.com mbak..
Hapusselamat nyoba. moga sukses :)