Jumat, 06 Juli 2012

PAHA AYAM BUAT NAFIS.



Cerpen anak yang dimuat di majalah Aku Anak Saleh, Desember 2011-Januari 2012/Muharam-Shafar 1433



Hari minggu adalah hari yang ditunggu Nafisah. Karena pada hari itu Bapak akan pulang dari kota Surabaya dengan membawa uang yang cukup banyak. Kata Ibu itu adalah bayaran Bapak bekerja selama seminggu sebagai buruh bangunan.
Pada hari biasa Ibu lebih sering membuatkan lauk tahu, tempe atau ikan asin. Tapi hari minggu Ibu akan memasak lauk istimewa seperti ayam, daging, bandeng atau telur. Kadang-kadang Bapak memberikan Nafis pilihan yaitu makan lauk ayam atau dibelikan es krim. Wah kadang Nafis suka bingung memilihnya. Karena dua-duanya dia suka.
Sabtu jam delapan malam. Gadis kelas empat SD itu belum bisa tidur.
“Kok Bapak belum pulang juga ya Bu?” tanya Nafis.
“Mungkin masih di jalan.” Baru saja Ibu menjawab tiba-tiba terdengar Bapak mengucapkan salam. Nafis segera berlari menyambutnya.
“Belum tidur Nafis?” tanya Bapak meskipun sudah hafal pada kebiasaan anaknya yang tak mau tidur sebelum menyambut kepulangannya.
              Nafis mengangguk. Dia senang karena malam ini akan tidur ditemani dongeng dari Bapak.
Keesokan harinya seperti biasa Nafis membantu Ibu menyapu rumah dan mencuci piring di dapur. Dia tak sabar menanti waktu sarapan. Tadi malam dia memutuskan untuk meminta lauk ayam saja.
Di meja makan terlihat mangkok sayur yang berisi kari ayam. Aromanya sedap sekali.
Setelah mengisi tiga piring nasi, Ibu mengambilkan sepotong paha Ayam untuk Nafis. Dia tak sabar ingin segera makan.
“Berdo’a dulu !” kata Ibu mengingatkan.
“O iya lupa.” Jawab Nafis malu.
Selesai berdo’a Nafis segera melahap makanan yang sejak tadi ditunggunya. Tapi tiba-tiba dia berhenti ketika melihat piring nasi Bapak dan Ibu. Tak ada lauk ayam disana. Hanya ada tahu dan kuah kari.
“Kenapa Bapak dan Ibu tidak makan lauk ayam..?” tanya Nafis tak mengerti.
“Sudah.. habiskan saja makananmu Nafis! Ayamnya cuma ada sedikit, dan kamu yang lebih membutuhkan gizi supaya pintar di sekolah.” Jawab Ibu.
“Kenapa cuma beli sedikit..?” tanya Nafis masih tak mengerti.
“Sudah, jangan makan sambil bicara.. nggak baik. Ayo habiskan makanannya!” suruh Bapak. Nafis pun meneruskan makannya tapi dalam hati masih ingin bertanya.
Selesai makan Ibu bercerita bahwa minggu ini Bapak tidak membawa uang yang banyak seperti biasa karena uangnya dalam tas di copet orang. Untung saja bapak menyisihkan sebagian uangnya di saku baju bagian dalam yang dijahitkan Ibu.
Nafis sangat sedih mendengar cerita Ibu. Dia jadi mengerti betapa Bapak dan Ibu sangat menyayanginya. Meski Bapak yang sudah capek bekerja tapi memberikan paha ayam yang cuma ada sedikit itu pada anaknya. Padahal Nafis mengerti bahwa kedua orang taunya juga jarang-jarang makan lauk enak dan bergizi.
“Terimakasih Bapak.. Ibu..” Nafis memeluk kedua orang tua yang disayanginya.
***





4 komentar:

  1. Wah... pinter ananda bercerita lewat cerpen... Bakat menulis ya bunda...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sedang belajar nih.. makasih sudah dibaca :)

      Hapus
  2. Mak, boleh tahu gak kirim alamatnya kemana?

    pengen coba dong hehe makasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. aas.redaksi@yahoo.com mbak..
      selamat nyoba. moga sukses :)

      Hapus

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...