Senin, 02 Juli 2012

Kisah si ratu gombal.

Kisah ini dimulai ketika aku mendapatkan kiriman majalah Embun sebagai tanda mata telah mengirimkan sebuah cerpen yang kemudian dimuat pada bulan Juni 2012/Sya'ban 1433.



Pada isi majalah keluarga tersebut ada sebuah rubrik bernama inspirasi bahagia. Spesifik menjabarkan dalam lingkup rumah tangga. Rubrik yang menarik untuk disimak, apalagi menilik judulnya memang bikin penasaran. Judulnya RAJA GOMBAL. Paragraf awal pun langsung dibuat gemes dengan Adegan rayuan temannya sule yanng sering kita jumpai di televisi.

"Bapak kamu tukang AC ya?"
Familiar sekali dengan kelanjutannya yang : "Kok tauuu" hehehe..

Sang Ustadz yang mengasuh rubrik tersebut menjelaskan bahwa rayuan gombal ala Mas Andre dalam acara komedi OVJ itu termasuk kebohongan yang tidak dilarang. Dengan tanda petik kebohongan tersebut harus berada dalam rambu-rambu ikatan rumah tangga. Rayuan suami pada istrinya gitu loh. Malahan pada akhir penjabaran, Ustadz itu menambahkan bahwa gombalnya suami itu malah dianjurkan sebagai perekat kisah cinta dalam rumah tangga yang sudah berjalan bertahun-tahun, yang biasanya didera rasa hambar dan bosan. Hmm..

 'Waaah bagus banget ini' pikirku, seolah mendapatkan sebuah ide cemerlang untuk menyuruh suami membaca rubrik ini. Siapa tau dengan membaca tulisan tersebut kangmas yang selalu kudambakan sekali-kali bersikap romantis itu bisa mewujudkan keinginan terpendamku, meskipun cuma gombal tapi pengeen hehe..

Dengan sedikit pringas pringis(1) aku meminta ayahnya Fahri buat membaca tulisan dalam majalah tersebut, berharap dia terinspirasi. Dia mau sih, tapi setelah baca cuman senyum-senyum dikit ajah dan 'sudah'? begitu saja. Heuuuu..

Duh, apa susahnya sih?
Kadang mikir, apa aku sudah nggak menarik banget buat sekedar digombali? sekedar mengimbuhi kata-kata "mirip emaknya" saat memuji cantiknya putri kedua kami saja enggan banget.
Gombal itu emang bohong. Mengatakan cantik, smlohey, seksi, keren, pinter atau apalah padahal aslinya nggak gitu cantik, nggak seksi lagi karena jumpalitan ngurus dapur sumur seharian. Tapi sesekali buat nyenengin istri kan jadi seperti embun yang seger gitu ya. Hehe bahasanya orang ngedumel dipuitiskan.

                              Sicantik Zahra yang tak pernah dikatakan mirip emaknya :D

Kemudian aku ingat sebuah cerita inspiratif tentang gadis kecil bernama Cindy, yang bersedih karena tak pernah mendapat pelukan dan ciuman ortunya menjelang tidur sebagaimana temannya yang bernama Emma. Dia mengambil inisiatif untuk memulai dari dirinya untuk memeluk dan mencium ortunya duluan. Dan ternyata hasilnya bagus, lama kelamaan pada akhirnya kedua ortunya merasa ada yang kurang saat Cindy kelupaan tak melakukan kebiasaan barunya menjelang tidur kebiasaanya. Kemudian merekalah yang akhirnya mencium dan memeluk Cindy sebelum tidur. So swiiiit kan..

Maka dari itu, sejak tulisan di majalah itu sama sekali nggak ngaruh pada kangmasku, aku mulai mengambil inisatif untuk memulai. Kalau dia nggak mau disuruh dan diminta jadi raja gombal maka akulah yang akan menjadi ratu gombal hehe.. Kenapa enggak? kalau menjadi perempuan genit, gemar merayu dan bergombal ria sebelum menikah itu merendahkan harga diri, namun jika sudah menikah sah sah saja tho. Kan sudah halal tuh...

Maka mulai saat itu aku gencar ber'gombal' ria. Apapun jadi deh, apalagi diriku kan penulis yang biasanya sering menulis kisah cinta dan romantisme yang manis manis (dari alam bawah sadar mungkin, saking pengennya hehe). Aku tak lagi gengsi sering-sering bilang kangmasku itu ganteng dan super keren. Tapi ya pas di rumah aja sih, bukan pas di keramaian. Malu lah, kayak punya suami sendiri sedunia wkwkw.. 
Pengen tahu cuplikannya?! 
Yang paling lebay gini :
Sehabis mandi dan kemudian siap-siap berangkat kerja, wajar banget kan kalau kelihatan bersih, rapi dan wangi. Selalu kupuji-puji ganteng (meski faktanya nggak segitunya, tapi namanya juga gombal wkwkw) dan ia hanya mesam mesem(2) tak peduli (aku nebak aslinya hatinya jumpalitan :D), setelah itu aku mengucapkan pesan serius "Mas, aku pengen deh kasih tempelan tulisan buat ditaruh didepan jaket pean(3))
"Tulian apa?"
"Jangan naksir ya!, sudah punya istri nih di rumah!" hehehe.. "Kuatir cewek-cewek pada naksir
Reaksinya masih sama, cuman mesam mesem saja. Bahkan dilanjutkan dengan ekspresi kerutan kening (yang kuterka isi kepalanya bertanya-tanya 'kenapa sih ini orang kesambet apa ya?') heuuu..

Tak kenal lelah, aku hanya berpikir tak ada ruginya berlebay-lebay ketika masih dalam area rumah kami yang tak berkumpul dengan ortu dan mertua.

Hingga pada akhirnya sebuah sms dari ayahnya Fahri masuk ke hapeku, balasan smsku tadi yang nitip minta dibelikan saldo untuk aku jualan pulsa elektrik. 
"Oke sayangku yang cantiiik.." huaaaa, rasanya gimanaaa gitu, setelah sekian lama komunikasi sms atau telepon diantara kami hanya sekedar formalitas standar sesuai kebutuhan. Kata-kata klise yang nggak ada puitis dan kreatifnya sama sekali tapi membuat hatiku serasa melonjak-lonjak saking senengnya. Norak banget ya? yo wis beeen(4) hehe. Paling tidak, ini adalah kejutan kecil yang semoga menjadi awal 'pacaran' kami lagi setelah disibukkan dengan berbagai problema dalam rentang masa seumur 2 buah hati (7tahun) yang kami lewati.

Yup kisah ini akhirnya... belum berakhir dengan happy ending ever after. Kayak dongeng dooong, ya belum berakhir lah, karena kami masih di tengah perjalanan panjang. Belum bisa menerka jalan yang terbentang di depan kami seperti apa dan bagaimana. Kami hanya bisa berdoa, terus belajar memahami sembari sesekali mengusahakan 'pupuk' tanaman cinta. 

So, percayalah. Tak ada ruginya menjadi raja gombal atau ratu gombal dalam rumah tangga. ^^
*** 

Footnote :
(1) Senyum-senyum dengan ekspresi lucu dan pura-pura culun (jawa)
(2) Senyum-senyum juga tapi dengan ekspresi sok imut dan sok manis hehe (dari bahasa jawa juga)
(3) Pean kependekan dari sampeyan artinya kamu, bahasa madya yang digunakan untuk berbicara pada teman sebaya (Jawa lagi doong).
(4) Ya sudahlah (yang pasti bukan bahasa sunda, mana aku bisa hehe..).










13 komentar:

  1. Huaaaaaa..mbak Binta menggomba, euy!
    lucuuu dan segar tulian mbak Binta yang ini. Inspiratif. Mau ah ngikutin caranya mbak Binta, soale suamiku juga jarang muji. Muji mesti disuruh dulu, hihihiiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. hayoo mbak, nggak rugi kok jd ratu gombal :D

      Hapus
  2. hehehe, gombal itu sumber kebahagiaan kalo udah nikah ya, mba. ngegombalnya dah halal lagi sama suami sendiri :D

    BalasHapus
  3. kl ngegombal sm suami sendiri emang asik ya.. heheh...

    BalasHapus
  4. wah, aku udah sering ngegombali suami... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. aq juga sdh sering sih mbk dr dulu.. tapi intensitasnya sangat meningkat setelah kasus baca rubrik majalah embun itu hehe.. makin menjadi2 sampai kerutan keningnya seolah berkata "kesambet dari mana sih ini?" wkwkw..

      Hapus
  5. wkwkwk...aku juga suka nggombal ke suamiku.kalo gak dibales-bales...ya maksa"mbok ya o istrimu ini dipuji-puji tho yah..."wkwkwk....ben ae yo mbak.sik penting lak nggombali bojone dewe.dudu bojone liyan.wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. bahaya mbak nek bojone wong liyo :D

      Hapus
    2. he he, lucu. wis berhasil berarti :-)

      Hapus

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...