Kamis, 15 November 2012

Ajakan ‘Back to home’ bagi para ibu.







.


Judul     : Rumah surga yang dirindu wanita.
Penulis   : Jazimah Almuhyi
Penerbit : Pro u media
Jumlah halaman : 188.
Cetakan I : 2012
ISBN    : 979-1273-94-4



Ketika isu kesetaraan gender dikumandangkan. Banyak tokoh yang menyuarakan agar perempuan menjadi berani berpendapat untuk jangan hanya menjadi konco wingking, untuk tidak ‘hanya’ berkutat di wilayah dapur, sumur dan kasur saja. menyuarakan agar para perempuan juga harus berkiprah di publik. Sebuah tema yang kesannya ingin mengangkat derajat kaum perempuan, namun secara bersamaan juga sangat berpotensi menenggelamkan rasa percaya diri perempuan yang ingin berkiprah sebagai ibu rumah tangga sepenuhnya.
Fenomena itulah yang menjadikan spirit bagi Jazimah Almuhyi (seorang penulis sekaligus ibu rumah tangga) untuk menulis buku ini. Yang inti dari keseluruhan isinya adalah mengajak para ibu untuk kembali ke rumah, kembali pada fitrah dan kodratnya sebagai pengasuh dan pendidik putra-putrinya sejak dini. Selain itu juga mengajak para ibu yang semula merasa baik-baik saja ‘hanya’ berada di rumah, melayani suami dan anak dan mengurus rumah tangga namun mendadak harus merasa tak berharga dan runtuh percaya diri karena jargon-jargon yang diteriakkan oleh mereka yang menyatakan sebagai pembela hak asasi perempuan. Buku ini mengajak mereka untuk bangkit, kembali tersenyum penuh semangat dan percaya diri.
Sungguh bukan perkara mudah bagi wanita karier yang sudah mempunyai pekerjaan bagus, gaji yang cukup dan ritme kerja yang sesuai dengan minat dan bakatnya untuk meninggalkan semua itu, kemudian hanya fokus mengasuh anak dan keluarga. Anak merupakan titipan yang selalu diharapkan dan dinanti-nantikan oleh setiap pasangan yang meniti jenjang pernikahan.
Sering terjadi dan terlihat di sekitar kita sebuah fenomena ‘menitipkan titipan’ manakala sang ibu harus bekerja. Adakalanya menitipkan anak kepada orang tua, kerabat atau pengasuh anak. naluri keibuan yang sebenarnya tidak tega dan merasa bersalah terkadang harus dipaksa untuk belajar tega demi tuntutan pekerjaan.
Ibu juga manusia, yang pastinya punya nurani yang pasti mengatakan ‘seharusnya saya tidak meninggalkan anak-anak saya dari pagi hingga sore bersama orang lain’. seringkali wanita karier yang mempunyai balita berkeluh kesah, ketika di tempat kerja ingat rumah, namun ketika di rumah ingat pekerjaan. Sehingga diapun tidak bisa fokus dan maksimal menghandle keduanya. Berkenaan dengan hal itu, dpada halaman 29 buku ini ada quote yang menarik untuk direnungkan : “Rasa bersalah itu adalah suara nurani, dengarkanlah ia!.. karena jika kerap tidak didengarkan maka lama kelamaan ia akan berhenti bicara”.
Nah, ketika para ibu sudah mendengar kata nuraninya. Terkadang masih saja ada kendala untuk merealisasikan niat back to home. ada yang merasa tidak nyaman bergantung kepada suami, ekonomi keluarga dirasa masih belum cukup, menimbang rasa orang tua yang telah menyekolahkan mahal, dilarang suami resign, sampai tanggung jawab dakwah. Dalam buku ini dibahas dengan argumentasi yang berdasarkan pengalaman dan pengamatan langsung si penulis. Tentu saja juga tinjuan secara syari’at yang diambil dari sumber-sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.
Beberapa kisah nyata juga banyak dituturkan dalam buku ini. Kisah penulis sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Kesemuanya akan mengantar kita pada perenungan untuk mendengarkan nurani sebagai ibu dan perempuan yang merindukan surga sebagai tujuan akhir semua perjalanan.
*** 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...