Beberapa hari yang lalu di facebook beberapa teman saya ada yang membagikan sebuah status dari seseorang. Yang mana status itu berisi informasi tentang pengemis-pengemis jalanan yang oleh pemkot akan dipekerjakan sebagai penyapu jalanan dengan gaji 700rb sebulan. Mereka menolak dan menawar kalau gajinya dinaikkan menjadi 4-10 juta sebulan baru mereka mau..
Copas statusnya adalah :
Himbauan :
Para pengemis dan anak jalanan di kota Bandung, akan dipekerjakan sebagai penjaga kebersihan kota (penyapu jalanan dll) oleh walikota Bandung terpilih, Ridwan Kamil. Gaji yg ditawarkan Rp.700.000,-/bln ( standart gaji rata-rata Asisten Rumah Tangga pemula ). Namun pada saat mereka di kumpulkan di sauatu tempat, Mereka menolak sambil mengajukan syarat, boleh asalkan gajinya 4-10juta sebulan
Oleh sebab itu :
*Ayo, kita stop utk membagi2kan uang kpd pengemis di jalanan .
Karena sangat sangat :
TIDAK MENDIDIK.....!
Itu himbauan dari Bpk Walikota Ridwan Kamil
Para pengemis dan anak jalanan di kota Bandung, akan dipekerjakan sebagai penjaga kebersihan kota (penyapu jalanan dll) oleh walikota Bandung terpilih, Ridwan Kamil. Gaji yg ditawarkan Rp.700.000,-/bln ( standart gaji rata-rata Asisten Rumah Tangga pemula ). Namun pada saat mereka di kumpulkan di sauatu tempat, Mereka menolak sambil mengajukan syarat, boleh asalkan gajinya 4-10juta sebulan
Oleh sebab itu :
*Ayo, kita stop utk membagi2kan uang kpd pengemis di jalanan .
Karena sangat sangat :
TIDAK MENDIDIK.....!
Itu himbauan dari Bpk Walikota Ridwan Kamil
Yang membuat saya agak merenung adalah saat teman-teman membagikan status itu beserta ajakan "jangan memberi uang kepada pengemis!". Hmm.. ada benarnya memang jika memberikan uang kepada pengemis yang menjadikannya sebagai 'profesi' itu memang tidak mendidik. Membuat mereka malas dan manja. Namun bukankah tidak semua pengemis menjadikannya sebagai profesi? bagaimana jika kebetulan kita bertemu dengan pengemis yang benar-benar terpaksa mengemis karena keterdesakan hidup? benar-benar dua hari belum bertemu makanan... bagaimana pertanggung jawaban kita nanti di akhirat ketika ditanyakan "kenapa hari itu kamu biarkan orang itu kelaparan?". Tak semua orang susah hidupnya rela menggadaikan harga diri demi menjadi pengemis.
Jadi meskipun faktanya memang ada orang-orang yang dengansengaja menanggalkan harga diri sengaja ber'profesi' sebagai pengemis, dan mendapat keuntungan jutaan, Menurut saya janganlah sampai menjadikan kita berburuk sangka dan gebyah uyah (memukul rata) kepada semua pengemis yang kebetulan kita jumpai. Saran untuk menyalurkan zakat dan sedekah kepada badan-badan zakat memang juga baik, lebih jelas penyaluran zakatnya. Tapi tetaplah jangan berburuk sangka, mata dan hati kita harus bisa jeli juga membedakan mana pengemis yang 'profesi' dan mana pengemis yang bukan menjadikannya sebagai profesi dan benar-benar orang terpaksa yang layak mendapatkan uluran tangan dari kita. Jika masih memungkinkan kita bisa menolong secara langsung dengan sebutir recehan saja, jangan sampai urung karena kuatir mereka menipu dan menjadi kaya (*)
Gambar berasal dari SINI. |
Waw, itu diprotes karena penghasilan pengemis lebih tinggi ya? Hehehe...
BalasHapusYang penting ikhlas ngasihnya ya, mau mereka itu pengemis 'jahat' ya urusannya sendiri :D
iya niat dan ikhlas hanya Allah yang tahu :)
HapusSetuju.. kita ngasinya juga ga banyak-banyak..
BalasHapusJangan sampai malah jadi alasan untuk tidak berbagi..
berbagi lewat badan zakat dan sedekah jg bagus tp tdk menutup mata pada pengemis yg bertemu langsung... jeli dan amati apakah mereka pengemis profesi atau benar2 layak dibantu, hati biasanya yang bisa menjawab..
Hapusitu yang saya maksudkan :)
Ngasih recehan pun hasilnya banyaaaak lho, Mba Binta. Aku pernah koq ketemu nenek2 yg nukerin uang recehannya ke tukang fotokopi. Recehannya ada 1 kantong kresek besar, hasil ngemil sehari. Allah saja sangat membenci pengemis. Yang cacat kaki pun sebenarnya masih bisa kerja klo emang mau kerja, bukan ngemis. Aku setuju imbauan itu, karena sudah lama aku gak ngasih ke pengemis. Pengemis udah dijadikan profesi, bukan terpaksa lagi. Aku lebih suka liat nenek2 jualan krupuk daripada ngemis.
BalasHapusyah kenyataan itu memang ada mbak.. tapi apakah mbak bisa menjamin semua pengemis itu sama.. menjadikan sebagai profesi?
Hapuskisah kehidupan kadang lebih lebay daripada sinetron loh mbak... ada jg yang sdg benar2 kesulitan dan pada hari itu terpaksa ngemis.. :( namun besoknya saat sdh makan dan bekerja dia akan berusaha kembali mencari kerjaan dan tak lagi menggadaikan harga diri.
iya, betul. gak semua pengemis itu dijadikan profesi, ada juga yang benar-benar butuh sampe gak bisa makan, hheemm...kasihan.
BalasHapusmaklum, budaya latah orang Indonesia ya begitu. Ada himbau sedikit langsung digebyah uyah.
BalasHapusrosa : iya kasiyan kalo dipukul rata..
BalasHapusivonie : kalau disamain kasihan yang bener2 terpaksa dianggap nipu.. sudah ga dibantu masih dipandang sinis