Kamis, 11 September 2014

Dalil-dalil Para Perokok.

Rokok menjadi barang jualan paling aneh sedunia. Ketika produsen yang membuatnya saja mengaku dengan jujur bahwa barang buatannya itu berbahaya. Tertulis meski kecil-kecil dalam setiap bungkus rokok bahwa MEROKOK MEMBUNUHMU, tapi tetap saja banyak yang membelinya. Kemudian menghisapnya dengan begitu nikmat tanpa beban ketakutan dan kekhawatiran bahwa yang dikatakan oleh produsen rokok itu benar.

Dan Rokok juga menjadi fenomena yang tak henti dijadikan bahan eyel-eyelan (baca : debat atau diskusi) tentang bagaimana hukumnya secara syari'at islam, maupun secara etika manusia sebagai makhluk sosial.

Berkali-kali saya ikut diskusi tentang rokok baik di sosmed maupun di dunia nyata. Sungguh yang membela dan membenarkan rokok tidaklah sedikit. Tapi saya yakin sih, yang membela dan membenarkan rokok itu pastilah perokok.. (ya iyalah. hehe). Namun ironisnya terkadang para pembela rokok itu adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi dan juga alim dalam hal agama. Bahkan juga penghafal qur'an. Hmm..

Sekelumit rangkuman yang sering saya temukan dari para pembela rokok, alias dalil-dalil mereka dalam membenarkan hobi merokoknya adalah :

1. Yang tidak merokok pun juga banyak yang sakit dan mati muda tuh. Jadi bukan rokok yang bikin sakit. Tapi Gusti Allah. Pasrah ajee..
**Lalu dimana letak ikhtiyarmu? tawakkal itu setelah ikhtiyar sodara..

2. Ada faktanya orang yang sehat berumur sampai seratus tahun, dan dia perokok. Orang-orang sekitarnya juga sehat-sehat saja nggak ada yang sakit karena jadi penghisap/perokok pasif.
**Tapi ada juga kan faktanya, bahwa balita yang kena paparan asap yang menempel di baju ayahnya bisa meninggal. Asap rokok efeknya sampai radius 10meter menebarkan racun nikotinnya.. tak percaya? cek disini  : http://health.detik.com/read/2014/03/24/105635/2534413/763/1/2/terpapar-residu-asap-rokok-ayahnya-bayi-ini-meninggal-kena-pneumonia .... lalu masih ingin menjajal kesaktian tubuhmu dan juga keluargamu begitu?

3. Kalau tidak merokok saya tidak bisa berdzikir. Setiap kepulan asapnya adalah dzikir saya. Daripada saya nggak berdzikir? jadi lebih baik tetap merokok. (ini alasan yang pernah dilontarkan seorang guru/Ustadz yang alim.. )
**Mohon maaf, tanpa mengurangi hormat saya kepada guru tersebut dengan keilmuannya, saya ingin mengatakan betapa pelitnya penjengan. Kalau tidak ngisap rokok tak mau berdzikir. Haduuuh...

Senin, 21 Juli 2014

Belanja Niat Sedekah

Bulan Ramadhan bagi kebanyakan orang identik dengan bulan belanja, bulan yang dipastikan biaya untuk keperluan belanja menjadi naik dua kali lipat atau bahkan berkali lipat. Pakar perencanaan keuangan biasanya menganggap buruk kebiasaan tersebut dan memberikan teori untuk membatasi pengeluaran dan menekan biaya.

Padahal belanja Ramadhan itu ada kalanya bukanlah karena konsumtif dan lapar mata. Namun untuk melengkapi kebahagiaan yang adanya hanya pada momen bulan puasa dan lebaran. Seperti belanja membelikan anak-anak baju dan sandal baru, atau belanja makanan untuk dibagi-bagikan kepada sanak kerabat jelang hari raya atau saat mudik. Jika sebelumnya sudah menabung untuk keperluan tersebut maka tak ada salahnya belanja.

Jumat, 04 Juli 2014

Ramadhan dan Riuhnya Rakyat Memilih Presiden

Alhamdulilllaaah bisa ngeblog lagi.. meski menunggu loding buka blognya lamaaaaa biyanget.

Agak bingung mau nulis apa. Namun langsung teringat suasana hati yang jujur saat ini agak-agak jengah melihat riuhnya orang-orang dalam menghadapi pilpres. Melihat di dunia maya aja sih. Kalau dunia nyata saya adem-adem aja ituh, nggak pernah secara langsung melihat orang diskusi tentang capres, apalagi berdebat. *emang nggak pernah keluar rumah sih, keluar ke tetangga juga gak begitu peduli politik, yang diomongin paling-paling juga seputar "masak apa nih hari ini buat buka puasa?" hehehe

Suami yang bakal jadi panitia KPPS aja males, maunya berhenti nggak jadi panitia lagi. Capeeek kerjaannya gak sebanding sama honornya. Tapi sama timnya gak boleh keluar, rempong kalau harus ngelatih orang baru lagi. Jadi ya setengah hati deh menjalani tugas itu... hmm. Dan lagi saat saya tanya ntar nyoblos apa selalu jawabannya sama dengan yang dulu-dulu. "Biar adil aku coblosss semua" hahaha.. iya suami saya golput always. Kalau ada bagi-bagi duit saat pemilu gitu uangnya gak pernah boleh kami pakai, tapi disuruh naruh musholla, biar ntu jadi sumbangan dari yang memberi duit. Dia gak peduli politik, ambil keuntungan dari money politik, apalagi capek-capek komen dan diskusi tentang polotik.

Selasa, 08 April 2014

Sisi Lain pesta Demokrasi

Dulu kalau menjelang pemilu sering kali terdengar lagunya, Hmm Lagunya sebagai berikut.. (yang masih nyangkut di ingatan)

Pemilihan umum telah memanggil kitaaa
Seluruh rakyat menyambut gembiraaa
Hak demokrasi pancasilaaa
Itulah Undang-undang Indonesiaaaa

Pilihlah wakilmu yang dapat dipercaya
Pemegang amanat yang setiaaa
Dibawah undang-undang dasar empat lima
................ 
Dan seterusnya saya nggak hafal sampai habis ternyata. 

Kini Setelah era orde baru dan reformasi berakhir, suasana pemilu banyak sekali perubahan, dari membludaknya nama dan warna partai dan pemberitaan betapa semrawutnya Indonesia dengan semakin terbukanya media informasi, TV, radio dan bahkan sosial media. Berita korupsi dan juga hawa panas menjelang pemilu semakin panas karena partai yang ada tak hanya 3 biji seperti zaman dulu. Ditambah lagi semua pendukungnya bebas berekspresi di sosial media. Biyuuuh.. tahu sendirilah kayak gimana itu ramainya.

Jumat, 14 Maret 2014

Nastar Sederhana

Beuuh lama banget saya nggak mengisi blog ini.. hik hik hik.. Postingan terakhir terhitung bulan desember tahun lalu. Ibarat rumah pasti blog saya ini sudah ditawar produeser untuk dibuat syuting film spiderman hehehe kan sudah banyak sarang laba-laba tuh..

Baiklah, saya mulai pengen aktif lagi deh. Dimulai dengan posting geje resep nastar. Resep yang baru saja saya praktekkan dari resep internet tapi dengan kebiasaan saya nggak mau ribet sehingga skip beberapa bahan yang enggak ada di rumah. Males nyari-nyari.. karena 'hidayah' memasak itu nggak selalu datang tiap hari wkwkw. Mumpung lagi semangat ya garap aja dengan bahan yang ada sebelmu 'setan' malas kembali memeluk diri dengan mesra. Hmm..

Langsung saja ya..
Bahan-bahan nastar sederhana ala saya :

Selasa, 31 Desember 2013

Noni Kembang Api


“Dhuarrr..!!!!” gempar sura memecah angkasa, menggelegar dan memekakkan telinga itu membuat Noni tertawa-tawa. Gadis kecil itu pipinya terlihat seperti tomat saat tertawa lepas lepas menampakkan kepuasan luar biasa ketika petasan yang ia sulut meledak dengan sempurna.

Sementara aku sibuk berjongkok dan menggelungkan badan, mencari tempat sejauh yang bisa kujangkau sembari menutup telinga rapat-rapat dengan dua jari telunjuk. Tawa Noni semakin tumpah berderai melihat tingkahku. Padahal bukan sekali dua kali ia melihatku seperti ini tapi sudah berulang kali, ia tetap saja tertawa.

“Dasar Rijal, anak laki-laki penakut..!! hiiii..” Olok-olok Noni sambil menjulurkan lidah. Sebal sekali aku melihatnya. Aku tahu tinggal di kampung sentra pembuat petasan ini, bagi orang yang takut suara ledakan adalah seseuatu yang pantas ditertawakan, diolok-olok dan dihina habis-habisan.
Aku sebal dan malu. Kenapa tidak bisa seperti Noni, yang gendang telinganya seolah kebal dengan suara ledakan yang bagiku luar biasa keras. Dia seumur denganku, sama-sama sembilan tahun tapi dia sudah berani menyalakan petasan sendiri semenjak usia 7 tahun..ckckck.. bukan hal yang anek sih di kampung kami. Salah satu kampung di kota Jombang. Kampung yang diingat orang sebagai kampung petasan. Hmm bagaimana tidak, kata orang-orang, petasan produksi kampung kami ini sangat tokcer. Sehingga banyak orang dari berbagai sudut kota Jombang dan bahkan kota-kota lain seprti Gresik, Tuban dan Surabaya sengaja pergi ke kampung kami untuk membeli racikan bubuk petasan original buatan penduduk kampung kami untuk keperluan lebaran dan tahun baru.

“Rijal!! Hey.. ini buat kamu!” Sebuah benda kecil serupa kertas gulung arisan, namun agak tebal gulungannya itu dilemparkan ke tempatkau berjongkok. Tepat jatuh di sebelah kelingkingku. Kontan aku berteriak histeris dan lari tunggang langgang menuju rumahku.

“Emaaakkk!!” Aku berteriak dan sudah pasti pucat pasi. Sementara Noni tertawa-tawa memegangi perutnya. Dari kejauhan terlihat pipinya semakin semerah tomat matang saking puasnya dia tertawa. Petasan kecil yang dia lemparkan pedakau tadi tidak meledak. Rupanya dia tahu bahwa petasan itu busung[1], tetapi dengan sengaja melempar kepadaku dalam keadaan dinyalakan buat menakut-nakuti aku yang benci sekali degan ledakan petasan. ‘Semoga saja dia terkencing-kencing dan dimarahi ibunya karena membuat celana kotor dan pesing’ bathinku merutuk dengan amat kesal.

“Kita pindah dari kampung ini ya, Mak! Aku benci sama Noni, aku benci suara petasan dan orang-orang yang selalu tertawa saat membuat ledakan hu hu hu.. “ aku menangis dan meminta sesuatu yang berulang kali kuminta kepada Emak Bapak. Emak lagi-lagi hanya mengelus kepalaku.

Tentu saja nggak semudah itu untuk pindah tempat tinggal. Bapak bekerja di Pabrik kayu tak jauh dari kampung kami. Sementara kami tinggal di rumah warisan turun temurun dari Mbahkung, bapaknya emak.
“Tunggu saja kelak kalau kamu lulus SD, le[2]... kamu bisa sekolah di kota lain atau tinggal di pesantren..” tiba-tiba Bapak menanggapi permintaanku. Mataku berbinar, wah boleh juga itu. Tak mengapa jika tidak bisa pindah rumah, asalkan bisa jauh-jauh dari kampung ini... dan Noni!.
***

Sebenarnya aku bukan benci sekali dengan Noni. Dia itu cantik sekali, aku suka sekali melihat wajahnya yang putih dan langsung berubah merah saat dia tertawa atau malu karena diledek. Hahaha.. sejak kecil akupun suka bermain dengan dia. Karena dia anak seumuran yang paling dekat jarak rumahnya dengan rumahku. Dia suka banyak bicara bercerita apa saja, aku suka mendengarkan sambil melihat warna-warna wajahnya yang berubah-ubah lucu dan menarik sekali.

Oh iya namanya sih sebenarnya bukan Noni. Orang-orang saja yang suka memanggilnya begitu. Karena dia agak berbeda dengan kebanyakan anak-anak di kampung kami. Rambutnya coklat bergelung-gelung seperti orang yang baru saja memakai rol. Tapi kata emak, itu rambutnya Noni asli buatan Gusti Allah, bukan karena dirol seperti gadis-gadis dewasa yang ingin rambutnya tidak terlihat lurus. Ingin rambutnya bisa seperti Noni.

Iya, kata Emak, dia itu mirip Noni Belanda jaman dulu. Putih dan rambutnya bergelung-gelung seperti gulungan ombak. Nama asli Noni adalah Cahaya Kusuma Astuti. Orang taunya seringnya memanggilnya dengan sebutan Yaya. Tapi kalau dikampung ini ditanyakan mana anak yang bernama Yaya? Niscaya jarang orang yang tahu. Tapi kalau ditanyakan mana anak bernama Noni? Semua orang akan menunjuk rumah Haji Diran.

Rabu, 25 Desember 2013

Kue Singkong Wortel Panggang


Iseng-iseng... singkong kemarin sisa membuat kue lumpur singkong parut, saya olah lagi dengan bahan-bahan yang ada di rumah, alhamdulillah hasilnya enak, enggak tahu dinamakan kue apa? kue lumpur tapi enggak begitu lembut, wingko tapi nggak begitu padat, cake juga nggak begitu mengembang :D. Tapi rasanya gurih manis enak kok jadi pede mosting respenya ^^

Resepnya tadi :
-Singkong parut 1/4 kg (1 buah singkong ukuran agak kecil saja) 
-Mentaga 100 gram
-Wortel 1 buah ukuran sedang (diserut kecil)
-Gula 1 ons
-Telur 2 butir
-Baking powder 1/4 sdt
-Vanili 1/4 sdt
-Keju parut 50 gram
-Terigu 1 sdm
-Chocochip sesuai selera
-Garam secukupnya.


Caranya :

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...