Selasa, 08 April 2014

Sisi Lain pesta Demokrasi

Dulu kalau menjelang pemilu sering kali terdengar lagunya, Hmm Lagunya sebagai berikut.. (yang masih nyangkut di ingatan)

Pemilihan umum telah memanggil kitaaa
Seluruh rakyat menyambut gembiraaa
Hak demokrasi pancasilaaa
Itulah Undang-undang Indonesiaaaa

Pilihlah wakilmu yang dapat dipercaya
Pemegang amanat yang setiaaa
Dibawah undang-undang dasar empat lima
................ 
Dan seterusnya saya nggak hafal sampai habis ternyata. 

Kini Setelah era orde baru dan reformasi berakhir, suasana pemilu banyak sekali perubahan, dari membludaknya nama dan warna partai dan pemberitaan betapa semrawutnya Indonesia dengan semakin terbukanya media informasi, TV, radio dan bahkan sosial media. Berita korupsi dan juga hawa panas menjelang pemilu semakin panas karena partai yang ada tak hanya 3 biji seperti zaman dulu. Ditambah lagi semua pendukungnya bebas berekspresi di sosial media. Biyuuuh.. tahu sendirilah kayak gimana itu ramainya.

Eih, di postingan ini kan saya gak mau membahas tentang kampanye atau apa-apa tentang sepak terjang partai dan orang-orang di dalamnya, saya hanya mau sedikit cerita tentang sisi lain dari pemilu. 

Meskipun tak semuanya menyambut gembira pesta demokrasi ini, tapi nyatanya ada loh masyarakat kecil yang gembira. Bukan karena 'serangan fajar' yang dilancarkan sebagian caleg yang 'berjuang' keras menarik simpati pemilih, namun ada yang benar-benar menikmati even 5 tahun sekali itu. 

Sebut saja di daerah adik ipar saya bekerja sebagai penjual perhiasan emas. Sebelum hari H pemilu pembeli perhiasan itu meningkat lumayan banyak dari hari-hari biasa, keudian beberapa hari setelah pemilu perhiasan-perhiasan itu dijual kembali ke toko adik saya. Mirip sekali dengan kebiasaan saat jelang lebaran, ramai-ramai beli perhiasan kemudian beberapa hari setelah lebaran mereka ramai-ramai menjualnya kembali... ckckck (ini kisah fakta loh meski tidak saya sebutkan nama daerahnya, sungkan ah).. jadi mereka menganggap pesta demokrasi itu kurang lebih seperti lebaran ehehe.

Kemudian kalaulah anda sempat memperhatikan di TPS, (kalau saya sih sering memperhatikan para pemilih yang datang ke TPS, soalnya 5 tahun lalu PILEG dan PILPRES bertempat di halaman rumah saya yang kayak lapangan bulu tangkis itu). Saya melihat lansia-lansia yang sepuh gitu terlihat sumringah sekali hadir ke TPS dengan dibonceng pelan-pelan, jalannya dipapah atau bahkan harus didorong pakai kursi roda. Ah agaknya saya faham kenapa mereka terlihat ceria, karena bertemu dengan banyak orang bisa jadi adalah hiburan mereka, karena setiap harinya mereka hanya bisa berdiam di rumah karena keterbatasan fisiknya. Meskipun pilihan mereka biasanya disetir anak cucunya saat di bilik suara, mereka itu senang sekali bisa hadir sejenak ke TPS.

Sisi lain pesta demokrasi, saya bersyukur TPS ada di depan rumah saya, panitianya juga suami saya... kadang pas waktu mencoblos dicandain sama panitia lain, olok-olok pada suami saya supaya ikut mengantar ke bilik suara.. nyoblos bareng ahaha,,, 

Yups saya enggak golput lah, saya akan memilih, karena 1 suara saya sudah difasilitasi sedemikian rupa oleh negara... melihat begitu capeknya suami saya melaksanakan tugas mencatat surat panggilan dan mencocokkan dengan data beserta kerjaan ini itu lainnya, begadang beberapa malam dengan bayaran yang disediakan oleh negara. 

Bagaimana dengan anda? 

Gamabar berasal dari SINI.



9 komentar:

  1. kalau TPS tempat saya kadang ikut bantuin dan ngamati soalnya sebelah rumah.

    BalasHapus
  2. Masyarakat sekarang udah pada cerdas-cerdas kok, walau mungkin sempat kebagian serangan fajar namun pada saat dibilik suara yang dipilih mungkin saja berbeda

    BalasHapus
  3. eruverda : ya sesama pengamat hehe
    reza : makasih sdh mampir :)
    ardhyanz : iya memang tapi masih ada yg prnsipnya balas budi.. sdh dikasih duit buat kebutuhan 1-2 hari jd membalsnya dgn memberikan suara.. hmm miris ya

    BalasHapus
  4. ya, ampun sampe segitunya, ya. Berarti pas mau ke TPS dandan maksimal dong

    BalasHapus
  5. Blog-nya jadi cantik, Mbak... ^_^

    Sukaaaa...

    BalasHapus
  6. saya suka dg kalimat2 dlm paragraf terakhir, selain itu saya mungkin ke dalam kelompok yg gembira ada pesta demokrasi 5 tahun sekali itu.. saya merasa bahwa satu hari di 5 tahun sekali itu saya diberi hak untuk menyatakan pendapat saya sendiri, bahwa saya ikut menentukan nasib negara ini... di luar dari intrik mereka yg dipilih untuk melakukan apapun agar terpilih.

    BalasHapus
  7. 5 menit untuk 5 tahun ya, jangan sampe disia-siain begitu aja :)

    BalasHapus
  8. saya nanti juga mau milih, untuk kemajuan Indonesia...

    BalasHapus

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...