Jumat, 14 Maret 2014

Nastar Sederhana

Beuuh lama banget saya nggak mengisi blog ini.. hik hik hik.. Postingan terakhir terhitung bulan desember tahun lalu. Ibarat rumah pasti blog saya ini sudah ditawar produeser untuk dibuat syuting film spiderman hehehe kan sudah banyak sarang laba-laba tuh..

Baiklah, saya mulai pengen aktif lagi deh. Dimulai dengan posting geje resep nastar. Resep yang baru saja saya praktekkan dari resep internet tapi dengan kebiasaan saya nggak mau ribet sehingga skip beberapa bahan yang enggak ada di rumah. Males nyari-nyari.. karena 'hidayah' memasak itu nggak selalu datang tiap hari wkwkw. Mumpung lagi semangat ya garap aja dengan bahan yang ada sebelmu 'setan' malas kembali memeluk diri dengan mesra. Hmm..

Langsung saja ya..
Bahan-bahan nastar sederhana ala saya :

Selasa, 31 Desember 2013

Noni Kembang Api


“Dhuarrr..!!!!” gempar sura memecah angkasa, menggelegar dan memekakkan telinga itu membuat Noni tertawa-tawa. Gadis kecil itu pipinya terlihat seperti tomat saat tertawa lepas lepas menampakkan kepuasan luar biasa ketika petasan yang ia sulut meledak dengan sempurna.

Sementara aku sibuk berjongkok dan menggelungkan badan, mencari tempat sejauh yang bisa kujangkau sembari menutup telinga rapat-rapat dengan dua jari telunjuk. Tawa Noni semakin tumpah berderai melihat tingkahku. Padahal bukan sekali dua kali ia melihatku seperti ini tapi sudah berulang kali, ia tetap saja tertawa.

“Dasar Rijal, anak laki-laki penakut..!! hiiii..” Olok-olok Noni sambil menjulurkan lidah. Sebal sekali aku melihatnya. Aku tahu tinggal di kampung sentra pembuat petasan ini, bagi orang yang takut suara ledakan adalah seseuatu yang pantas ditertawakan, diolok-olok dan dihina habis-habisan.
Aku sebal dan malu. Kenapa tidak bisa seperti Noni, yang gendang telinganya seolah kebal dengan suara ledakan yang bagiku luar biasa keras. Dia seumur denganku, sama-sama sembilan tahun tapi dia sudah berani menyalakan petasan sendiri semenjak usia 7 tahun..ckckck.. bukan hal yang anek sih di kampung kami. Salah satu kampung di kota Jombang. Kampung yang diingat orang sebagai kampung petasan. Hmm bagaimana tidak, kata orang-orang, petasan produksi kampung kami ini sangat tokcer. Sehingga banyak orang dari berbagai sudut kota Jombang dan bahkan kota-kota lain seprti Gresik, Tuban dan Surabaya sengaja pergi ke kampung kami untuk membeli racikan bubuk petasan original buatan penduduk kampung kami untuk keperluan lebaran dan tahun baru.

“Rijal!! Hey.. ini buat kamu!” Sebuah benda kecil serupa kertas gulung arisan, namun agak tebal gulungannya itu dilemparkan ke tempatkau berjongkok. Tepat jatuh di sebelah kelingkingku. Kontan aku berteriak histeris dan lari tunggang langgang menuju rumahku.

“Emaaakkk!!” Aku berteriak dan sudah pasti pucat pasi. Sementara Noni tertawa-tawa memegangi perutnya. Dari kejauhan terlihat pipinya semakin semerah tomat matang saking puasnya dia tertawa. Petasan kecil yang dia lemparkan pedakau tadi tidak meledak. Rupanya dia tahu bahwa petasan itu busung[1], tetapi dengan sengaja melempar kepadaku dalam keadaan dinyalakan buat menakut-nakuti aku yang benci sekali degan ledakan petasan. ‘Semoga saja dia terkencing-kencing dan dimarahi ibunya karena membuat celana kotor dan pesing’ bathinku merutuk dengan amat kesal.

“Kita pindah dari kampung ini ya, Mak! Aku benci sama Noni, aku benci suara petasan dan orang-orang yang selalu tertawa saat membuat ledakan hu hu hu.. “ aku menangis dan meminta sesuatu yang berulang kali kuminta kepada Emak Bapak. Emak lagi-lagi hanya mengelus kepalaku.

Tentu saja nggak semudah itu untuk pindah tempat tinggal. Bapak bekerja di Pabrik kayu tak jauh dari kampung kami. Sementara kami tinggal di rumah warisan turun temurun dari Mbahkung, bapaknya emak.
“Tunggu saja kelak kalau kamu lulus SD, le[2]... kamu bisa sekolah di kota lain atau tinggal di pesantren..” tiba-tiba Bapak menanggapi permintaanku. Mataku berbinar, wah boleh juga itu. Tak mengapa jika tidak bisa pindah rumah, asalkan bisa jauh-jauh dari kampung ini... dan Noni!.
***

Sebenarnya aku bukan benci sekali dengan Noni. Dia itu cantik sekali, aku suka sekali melihat wajahnya yang putih dan langsung berubah merah saat dia tertawa atau malu karena diledek. Hahaha.. sejak kecil akupun suka bermain dengan dia. Karena dia anak seumuran yang paling dekat jarak rumahnya dengan rumahku. Dia suka banyak bicara bercerita apa saja, aku suka mendengarkan sambil melihat warna-warna wajahnya yang berubah-ubah lucu dan menarik sekali.

Oh iya namanya sih sebenarnya bukan Noni. Orang-orang saja yang suka memanggilnya begitu. Karena dia agak berbeda dengan kebanyakan anak-anak di kampung kami. Rambutnya coklat bergelung-gelung seperti orang yang baru saja memakai rol. Tapi kata emak, itu rambutnya Noni asli buatan Gusti Allah, bukan karena dirol seperti gadis-gadis dewasa yang ingin rambutnya tidak terlihat lurus. Ingin rambutnya bisa seperti Noni.

Iya, kata Emak, dia itu mirip Noni Belanda jaman dulu. Putih dan rambutnya bergelung-gelung seperti gulungan ombak. Nama asli Noni adalah Cahaya Kusuma Astuti. Orang taunya seringnya memanggilnya dengan sebutan Yaya. Tapi kalau dikampung ini ditanyakan mana anak yang bernama Yaya? Niscaya jarang orang yang tahu. Tapi kalau ditanyakan mana anak bernama Noni? Semua orang akan menunjuk rumah Haji Diran.

Rabu, 25 Desember 2013

Kue Singkong Wortel Panggang


Iseng-iseng... singkong kemarin sisa membuat kue lumpur singkong parut, saya olah lagi dengan bahan-bahan yang ada di rumah, alhamdulillah hasilnya enak, enggak tahu dinamakan kue apa? kue lumpur tapi enggak begitu lembut, wingko tapi nggak begitu padat, cake juga nggak begitu mengembang :D. Tapi rasanya gurih manis enak kok jadi pede mosting respenya ^^

Resepnya tadi :
-Singkong parut 1/4 kg (1 buah singkong ukuran agak kecil saja) 
-Mentaga 100 gram
-Wortel 1 buah ukuran sedang (diserut kecil)
-Gula 1 ons
-Telur 2 butir
-Baking powder 1/4 sdt
-Vanili 1/4 sdt
-Keju parut 50 gram
-Terigu 1 sdm
-Chocochip sesuai selera
-Garam secukupnya.


Caranya :

Selasa, 24 Desember 2013

Lumpia Isi Sayuran

Resep nyoba-nyoba saja, karena saya kurang suka Risoles atau lumpia yang isinya wortel yang dibikin semacam rogut itu loh, yang masaknya dicampurin tepung sama susu, bukannya tak suka wortelnya tapi tepung sama susu itu yang agak-agak tidak cocok sama lidah saya yang semenjak kecil selalu nek sama susu. Jadi saya bikin yang murah meriah dan juga pas sama selera lidah hehe

Resep isinya :
-Taoge alias kecambah, dikit saja, saya kemarin beli cuman 1500an dapat 3 bungkus kecil
-Wortel diserut halus.
-Tambahkan sosis atau suwiran daging ayam jika ada, kalau nggak ada yang sayuran saja sudah enak^^
-Daun bawang 1 tangkai saja.

Bumbunya :
-2 siung bawang merah.
-1 siung bawang putih.
-Merica beberapa butir, atau merica bubuk secukupnhya
-Beberap iris Lengkuas.
-Gula, aram secukupnya.
Jadi untuk mempermudah mengingat adalah bumbu sop ditambahin lengkuas dikit gitu aja.

Kulitnya :

Penolong Anak-anak Yatim

Kembali lagi menulis tentang -Keajaiban Cinta- yang nyata saya jumpai di lingkungan dekat tempat tinggal saya.

Terkadang kita bilang film atau sinetron itu lebay. Begitu juga novel-novel romance buah imaji para penulis. Novel harus dimirip-miripkan fakta, sementara fakta kehidupan sendiri terkadang jauh lebih lebay dan tidak masuk akal melebihi sinetron maupun novel.

Saya akan menceritakan satu kisah seseorang lagi dengan nama samaran. Karena tidak semua orang bersedia kisahnya dinarsiskan.

Seorang perempuan sebut saja namanya Mbak Ika, dia perempuan yang dianugerahi wajah yang awet muda. Saat berumah tangga selalu mengalami kegagalan saat mencoba kontrasepsi, jadilah dia beruntun punya anak dengan jarak yang rapat sampai 5 orang anak. Kejadian yang membuat dia kadang jadi bahan nyinyiran orang, bahkan bidan-bidan posyandu agak-agak mencibir. namun si mbak Ika termasuk eazy going yang lebih suka tersenyum daripada meratapi nasib. Hidup terus bergerak bukan? dia mengasuh anak-anaknya -yang pasti riweh dan melelahkan itu, 5 anak-anak gitu loh, yang balita masih ada sejumlah 3 anak kalau nggak salah-.

Senin, 23 Desember 2013

Kue Lumpur dari Singkong Parut

Dapet resep dari teman lama. Teman pesantren yang kebetulan sekarang ketemu lagi di Facebook, namanya Ais Kumala. Yah ketemu sudah jadi emak-emak, bahasannya gak jauh-jauh dari urusan dapur. Posting status dan aplod foto pamer masakan atau kue sudah menjadi kebiasaan.. enak banget kan abis itu nanya resep dan praktek. Manfaat banget deh facebook kalau buat nyari resep, bisa nanya-nanya langsung secara detil kepada yang sudah pernah praktek.

kebetulan Kue lumpyr yang diaplod fotonya sama teman saya ini bahannya murah meriah. Jadi langsung praktek deh gak pake mikir lama hehe..

Langsung saja ini resepnya, Saya bikinnya setengah resep dari yang diberikan teman saya,

-1/2 kg singkong parut (cuma 2 batang singkong kecil, kalau gede mungkin cuma 1)
-Santan 1 gelas.
-Mentega 1ons
-Gula 1/2 ons (ditambahin juga boleh kalau kurang manis, saya kemarin namabhin dikit)
-2 butir telur
-Vanili sepucuk sendok teh.
-Garam secukupnya.

Caranya :
-Telur dimixer sampai mengembang.
-Santan, mentega, gula direbus sampai mendidih.
-Parutan singkong agak diperas dibuang airnya, (setiap olahan singkong parut buat apa saja selalu saya peras, soalnya kalau nggak diperas ada rasa pahit-pahitnya).
-Semua bahan dicampur (garam vanili jangan lupa!) dan dipanggang dalam cetakan, sebelumnya cetakan dioles mentega, jangan lupa apinya kecil saja, karena nyetaknya seperti kue lumpur, nggak usah dibalik, ohya lebih baik ditutup agar panasnya cepat merata dan lebih cepat matang bagian atasnya.
-Tunggu sampai matang dan angkat.

Begini penampakannya kalau sudah matang, enak banget^^..

Selasa, 17 Desember 2013

KALIMAT SAFIYYAH


Karena apa...
Satu jiwa harus berbangga
Selayak rona kokohkan cakrawala

Apakah titisan garis darah?
Pantaskah menjadi alasan...
Untuk mendongakkan kepala
Paras semerdu untaian pelangi...
Bukankah titipan semata?

Kilau dunia semegah istana...
Tak kan bisa membeli sejatinya syurga.
Dan, mungkin
Kuasa menjadi nahkoda.
Kan berakhir saat kapal berlabuh di dermaga

Adakah lebih bermakna?
Menggores maha karya.
Dengan arsir prestasi.
Pada lembar-lembar jati diri.

Hingga dunia mengakui,
‘Aku adalah aku’....
Seraya menjawab pertanyaan mereka.
Dengan kalimat Safiyyah binti Huyay
“Aku adalah istri Muhammad,
Bapakku Musa dan pamanku Harun”
(*)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...