Jumat, 01 November 2013

YOGA DAN IKAN SUNGAI.

Alhamdulillah dimuat lagi di Koran Konan Radar Bojonegoro, Hari Ahad 27 Oktober 2013



Monggo yang berkenan baca... 
Dan jika ingin mengirmkan karya juga bisa dikirimkan ke alamat email kenalyan@yahoo.co.id dengan subjek Cerpen Anak. Panjang bebas seperti cerita anak pada umumnya di media lain.

YOGA DAN IKAN SUNGAI

Musim hujan datang lagi. Daun-daun dan atap rumah sering terlihat basah. Matahari juga jarang tersenyum membagikan sinarnya, sehingga Ibu sering mengeluh karena pakaian yang dicuci jarang bisa kering dengan sempurna.

Hari-hari yang kurang menyenangkan bagi Yoga dan teman-temannya. Yoga yang suka bermain bola dan gobak sodor terpaksa tidak bisa bermain karena lapangan dan halaman-halaman rumah banyak yang becek. Sementara Ibu selalu melarang bermain kotor-kotoran.

“Huh...” Yoga mendengus dengan bosan memandangi tanah becek yang tak kunjung kering. Padahal ini hari minggu, waktunya libur dan bebas bermain.

“Yoga.. Yogaaa...” terdengar teriakan kawan-kawan dari jalan depan rumah. Mereka terlihat membawa alat pancing dan melambaikan tangan dengan gembira.

“Mancing yuk, di sungai dekat sawah...!” ajak Irfan. Dalam sekajab wajah muram Yoga berubah menjadi senyum riang. Yap, tak ada main bola memancing pun jadi. Ia segera berlari ke dalam rumah mengambil alat pancing yang dibelikan Ayahnya. Setelah pamit pada Ibu diapun berlari menyusul kawan-kawannya.


Irfan, Yoga, Totok dan Hilmi berjalan riang menuju sungai. Tak butuh waktu lama mereka untuk mencari cacing tanah yang digunakan untuk umpan. Tanggul-tanggul di pinggir persawahan yang lembab itu, ketika dicongkel tanahnya sedikit saja menggunakan rating kecil, maka sebagian besar akan bermunculan cacing yang gemuk.

Setelah mendapatkan cacing yang cukup, mereka segera mencari tempat paling nyaman untuk duduk dan melemparkan umpan. Hujan yang turun setiap sore membuat air sungai penuh.
“Wah kalau aku dapat ikan nanti aku mau di masak pepes saja ah..” Ucap Irfan sambil menelan ludah. Padahal umpan baru saja dilempar dia sudah membayangkan pepes ikan yang lezat. Hehehe... tentu saja teman-teman yang mendengarnya tertawa.

“Kalo aku suka dibakar pakai kecap.., seperti di restoran restoran, pasti maknyus seperti kata pak Bondan “ Totok tak mau kalah menceritakan masakan Ibunya yang lezat. Persis dengan ikan bakar di restoran, padahal semua juga tau Totok belum pernah makan di restoran. Hehe.. tentu saja anak-anak itu kembali tertawa.

Tapi ternyata Yoga tidak terlalu memperhatikan obrolan dan canda teman-temannya. Ia asyik memperhatikan isi sungai yang tidak begitu jernih. Seperti ada ikan-ikan yang berenang kesana-kemari dengan gembira.

‘Enak ya jadi ikan, meskipun hujan atau panas mereka tetap bisa bermain kesana kemari. Tanpa ada yang melarang’ pikir Yoga.

“Wah waktu hujan dan banyak air begini, paling enak untuk bermain ya..” tiba-tiba seekor ikan berbicara pada kawan-kawannya. Yoga terlonjak keheranan. Namun ia bengong tak bisa berkata apa-apa untuk memberitahukan pada teman di sampingnya.

“Tapi awas, jangan sampai kena tangkap manusia. Nanti kita bisa di goreng kalau tidak hati-hati! “ seekor ikan yang lain ikut bicara.

“Iya hati-hati, kalau melihat makanan jangan asal dimakan... lihat dulu diatasnya apakah ada benangnya atau tidak...” ikan yang agak besar memberikan nasehat. Yoga semakin bengong. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? kenapa kawan-kawannya yang lain seperti tidak mendengar apa yang ia dengar.

“Ayo kita puas-puaskan bermain sebelum musim panas tiba dan kita hanya bisa sembunyi didalam lubuk..”
“Jadi jika musim panas kalian malah tidak bisa bermain..?” Yoga memberanikan diri bertanya. Ingin mengetahui juga apakah ikan-ikan itu bisa mendengar dan mengerti ucapannya.

“Iya benar... tidak mungkin kami meminta hujan sepanjang tahun, karena pasti akan jadi banjir. Jadi harus dibagi-bagi, musim hujan untuk kegembiraan kami dan musim-musim yang lain adalah untuk kegembiraan makhluk yang lain...” Ikan yang agak besar tadi memberikan penjelasan pada Yoga. Yoga masih terheran-heran namun mengerti apa yang disampaikan ikan tersebut.

Tiba-tiba ikan itu melompat sehingga membuat air sungai berkecipak mengenai wajah Yoga.
“Ups...” Yoga tergagap.

“Aduuuuh Yoga, mancing kok ditinggal tidur sih..?” Irfan dan Hilmi memercikkan air di wajah Yoga sambil tertawa-tawa.

Ternyata... mimpi ya si Yoga. Buru-buru dia melihat lagi kedalam sungai, ternyata dalam sungai itu tidak terlihat apa-apa selain air yang mengalir dan pancing-pancing yang menunggu Ikan datang memakan umpan.


***  ***  *** 

5 komentar:

  1. Selamat ya mbak, pengen nih menulis "serius" lagi :)

    BalasHapus
  2. Udah banyak yang dimuat ya mbak Binta. Dari ngirim sampai tayang nunggunya berapa lama ya?

    BalasHapus
  3. mbk ivonie : makasih.. tuk semangat nulis lagi..
    mbk hana : makasih ya mbak :)
    mbak sri : wah saya gak ngitung mbak.. sesudah kirm lupakan.. cari peluang di alin tempat gitu deh, jd lupa persisnya nunggu berapa lama hehe

    BalasHapus
  4. Selamat ya Mba... ^_^
    Semoga makin sukses, Aamiin....

    BalasHapus

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...