Senin, 17 Juni 2013

Liburan Peri Sikoci.

Alhamdulillah cernak saya dimuat di Koran Lampung Post, Minggu 16 Juni 2013. 
Silahkan dibaca bagi yang berkenan :)
--------------------------------------------------------------  




 LIBURAN PERI SIKOCI.


Peri Sikoci gembira sekali menanti saat liburan tahun ini. Ayah biasanya akan mengajak berlibur ke tempat-tempat menakjubkan diluar negeri rumpun bambu yang mereka huni.  Tahun lalu Ayah mengajak ke negeri kupu-kupu, berkenalan dengan penduduknya yang mempunyai sayap-sayap lebar dan indah, warna-warni dan sebagian ada yang membentuk gambar menyerupai mata ketika direntangkan. Kata Kupipi, sikupu-kupu kecil yang  ia kenal disana, gambar sayap menyerupai mata itu gunanya untuk menakut-nakuti hewan pemangsa agar tak berani memakan karena menyangka kupu-kupu itu hewan yang sangat besar karena melihat gambaran mata yang besar pada sayapnya itu.

Peri Sikoci juga diajak jalan-jalan ke taman bunga tempat para kupu-kupu mencari madu, makanan mereka yang berupa cairan rasanya manis sekali. Wah pokoknya Sikoci sungguh senang dengan petualangan dalam mengisi liburan sekolahnya tahun kemarin.

“Ayah.. liburan ini kita akan jalan-jalan kemana?” tanya peri Sikoci tak sabar.
“Ayah akan mengajakmu ke negeri kunang-kunang....” jawab Ayah sambil tersenyum.
“Kunang-kunang, makhluk apa itu Yah?” tanya peri Sikoci ingin tahu.
“Kunang-kunang adalah makhluk yang bersayap juga seperti kita, dia punya keistimewaan pada ekornya yaitu bisa menyala terang seperti lampu.” Cerita Ayah.

“Wah menakjubkan... berarti kita berangkat besok pagi-pagi ya, Ayah!” ajak Sikoci tak sabar menanti esok pagi. Ayah mengangguk dan tersenyum.
 Kesokan harinya Ibu sudah membuatkan tiga bungkus manisan buah belimbing hutan untuk bekal perjalanan.


“Ini yang satu bungkus untuk oleh-oleh buat Pak Koni ya...” ucap Ibu. Ayah mengangguk. Wah Pak Koni ini pasti teman Ayah dari negeri kunang-kunang, pikir Sikoci.
Setelah semuanya siap Ayah dan Sikoci segera terbang meninggalkan negri rumpun bambu. Dan tidak sampai siang mereka sudah sampai ke tempat yang di tuju. Negri kunang-kunang ternyata sekumpulan rumput dan alang-alang yang ditinggali oleh Pak Koni dan banyak sekali temannya.

“Kenalkan ini Kidoi anakku.. dia seumuran dengan Sikoci.. nanti kamu bisa bermain bersamanya.” Pak Koni memperkenalkan anaknya pada Sikoci. Kidoi menyalaminya sebentar dan kembali bermain dengan kawan-kawannya sendiri. Sikoci jadi tidak enak hati merasa tak diperhatikan. Dan lagipula kok yang diceritakan Ayah kemarin tidak ada sih? Tentang ekor yang bisa bercahaya seperti lampu. Yang ia lihat Ekor Pak Koni dan Kidoi tampak biasa-biasa saja. Sikoci jadi cemberut dan merasa bosan di tempat itu.

“Wah terimakasih ya.. manisan buatan Ibumu enak sekali...” ucap Kidoi menjelang senja. Sikoci mengangguk sebentar, baru saja dia ingin minta pulang pada Ayah tiba-tiba Kidoi mulai ramah menyapa.

“Kita menginap disini Sikoci...!” Ucap Ayah. Sikoci menurut meskipun hatinya kurang setuju karena merasa tidak menyenangkan di tempat itu.

Dan malam pun tiba. Kidoi berteriak-teriak dari atas rumput. Dia terbang tinggi sekali melewati batas tinggi alang-alang.

“Sikoci.. mari kesini bermain bersama kami! kami akan berlomba beradu cahaya terang di ekor kami..” Kidoi memanggil Sikoci, ternyata disana sudah banyak teman-teman sesama kunang-kunang yang terbang dan berputar-putar. Dan, waaaah... ekor mereka menyala. Tampak terang sekali ketika malam gelap seperti lampu-lampu yang indah.

Sikoci takjub dan gembira menyaksikan Kidoi dan teman-temannya.
“Kenapa tadi siang kok ekor kamu tidak bisa bercahaya ya, Kidoi?” tanya Sikoci ingin tahu.
“Sebenarnya ekor kami juga bercahaya ketika siang hari. Namun kalah dengan dengan cahaya matahari sehingga tidak kelihatan.. karena itu aku baru mengajakmu bermain menjelang malam karena aku bisa punya sesuatu untuk kutunjukkan padamu.” Jawab Kidoi. Sikoci mengangguk baru mengerti alasan Kidoi tidak begitu ramah tadi siang.

Peri Sikoci dan Kidoi bersama teman-teman yang lain terus bermain dan bertukar cerita hingga lelah. Akhirnya mereka pun tertidur nyenyak.
Keesokan harinya Sikoci dan Ayahnya pamit pulang. Pak Koni dan Kidoi mengantar mereka dan melambaikan tangan.
“Kamu senang liburan kali ini Sikoci?” tanya Ayah sambil terbang menyusuri jalan pulang.
“Senang sekali Ayah....” jawab Sikoci gembira.

“Makanya pergi ke tempat manapun kamu harus ramah dan tidak boleh cemberut saat berkenalan dengan orang baru. Kalau kamu ramah dan gembira pasti akan banyak mendapatkan teman dan pengalaman yang menakjubkan...” nasehat Ayah. Ternyata Ayah tahu kalau kemarin dia sempat cemberut karena merasa bosan dan ingin minta pulang. Wah seandainya kemarin dia benar-benar pulang pasti tidak bisa melihat ekor lampu punya Kidoi teman barunya dari negeri kunang-kunang dan berbagi banyak cerita.

“Iya Ayah..” Sikoci mengangguk menanggapi nasehat Ayahnya. Berharap tahun depan Ayah mengajak lagi ke tempat-tempat menakjubkan yang pernah dikunjungi Ayah dahulu. Sikoci juga membayangkan kelak jika dia sudah besar dan punya anak, dia akan mengajak anaknya berpetualang saat liburan sekolah. Hihi.. peri Sikoci tersenyum sendiri karena merasa gembira.

***  *** *** 

4 komentar:

  1. Selamat Mba Binta, anak saya langsung minta baca cernak ini.

    BalasHapus
  2. Hikmahnya dapet, pantes aja dimuat. Selamat ya mak.

    Saya undang partisipasi GA saya : http://forgiveaway.blogspot.com/2013/06/give-away-menyemai-cinta.html

    BalasHapus

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...