Alhamdulillah cernak saya dimuat di Koran Lampung Post, Minggu 16 Juni 2013.
Silahkan dibaca bagi yang berkenan :)
--------------------------------------------------------------
LIBURAN PERI SIKOCI.
Peri
Sikoci gembira sekali menanti saat liburan tahun ini. Ayah biasanya akan
mengajak berlibur ke tempat-tempat menakjubkan diluar negeri rumpun bambu yang
mereka huni. Tahun lalu Ayah mengajak ke
negeri kupu-kupu, berkenalan dengan penduduknya yang mempunyai sayap-sayap lebar
dan indah, warna-warni dan sebagian ada yang membentuk gambar menyerupai mata ketika
direntangkan. Kata Kupipi, sikupu-kupu kecil yang ia kenal disana, gambar sayap menyerupai mata
itu gunanya untuk menakut-nakuti hewan pemangsa agar tak berani memakan karena
menyangka kupu-kupu itu hewan yang sangat besar karena melihat gambaran mata
yang besar pada sayapnya itu.
Peri
Sikoci juga diajak jalan-jalan ke taman bunga tempat para kupu-kupu mencari
madu, makanan mereka yang berupa cairan rasanya manis sekali. Wah pokoknya
Sikoci sungguh senang dengan petualangan dalam mengisi liburan sekolahnya tahun
kemarin.
“Ayah..
liburan ini kita akan jalan-jalan kemana?” tanya peri Sikoci tak sabar.
“Ayah
akan mengajakmu ke negeri kunang-kunang....” jawab Ayah sambil tersenyum.
“Kunang-kunang,
makhluk apa itu Yah?” tanya peri Sikoci ingin tahu.
“Kunang-kunang
adalah makhluk yang bersayap juga seperti kita, dia punya keistimewaan pada
ekornya yaitu bisa menyala terang seperti lampu.” Cerita Ayah.
“Wah
menakjubkan... berarti kita berangkat besok pagi-pagi ya, Ayah!” ajak Sikoci
tak sabar menanti esok pagi. Ayah mengangguk dan tersenyum.
Kesokan harinya Ibu sudah
membuatkan tiga bungkus manisan buah belimbing hutan untuk bekal perjalanan.
“Ini
yang satu bungkus untuk oleh-oleh buat Pak Koni ya...” ucap Ibu. Ayah
mengangguk. Wah Pak Koni ini pasti teman Ayah dari negeri kunang-kunang, pikir
Sikoci.
Setelah
semuanya siap Ayah dan Sikoci segera terbang meninggalkan negri rumpun bambu.
Dan tidak sampai siang mereka sudah sampai ke tempat yang di tuju. Negri
kunang-kunang ternyata sekumpulan rumput dan alang-alang yang ditinggali oleh
Pak Koni dan banyak sekali temannya.
“Kenalkan
ini Kidoi anakku.. dia seumuran dengan Sikoci.. nanti kamu bisa bermain
bersamanya.” Pak Koni memperkenalkan anaknya pada Sikoci. Kidoi menyalaminya
sebentar dan kembali bermain dengan kawan-kawannya sendiri. Sikoci jadi tidak
enak hati merasa tak diperhatikan. Dan lagipula kok yang diceritakan Ayah
kemarin tidak ada sih? Tentang ekor yang bisa bercahaya seperti lampu. Yang ia
lihat Ekor Pak Koni dan Kidoi tampak biasa-biasa saja. Sikoci jadi cemberut dan
merasa bosan di tempat itu.
“Wah
terimakasih ya.. manisan buatan Ibumu enak sekali...” ucap Kidoi menjelang
senja. Sikoci mengangguk sebentar, baru saja dia ingin minta pulang pada Ayah
tiba-tiba Kidoi mulai ramah menyapa.
“Kita
menginap disini Sikoci...!” Ucap Ayah. Sikoci menurut meskipun hatinya kurang
setuju karena merasa tidak menyenangkan di tempat itu.
Dan
malam pun tiba. Kidoi berteriak-teriak dari atas rumput. Dia terbang tinggi
sekali melewati batas tinggi alang-alang.
“Sikoci..
mari kesini bermain bersama kami! kami akan berlomba beradu cahaya terang di
ekor kami..” Kidoi memanggil Sikoci, ternyata disana sudah banyak teman-teman
sesama kunang-kunang yang terbang dan berputar-putar. Dan, waaaah... ekor
mereka menyala. Tampak terang sekali ketika malam gelap seperti lampu-lampu
yang indah.
Sikoci
takjub dan gembira menyaksikan Kidoi dan teman-temannya.
“Kenapa
tadi siang kok ekor kamu tidak bisa bercahaya ya, Kidoi?” tanya Sikoci ingin
tahu.
“Sebenarnya
ekor kami juga bercahaya ketika siang hari. Namun kalah dengan dengan cahaya
matahari sehingga tidak kelihatan.. karena itu aku baru mengajakmu bermain
menjelang malam karena aku bisa punya sesuatu untuk kutunjukkan padamu.” Jawab
Kidoi. Sikoci mengangguk baru mengerti alasan Kidoi tidak begitu ramah tadi
siang.
Peri
Sikoci dan Kidoi bersama teman-teman yang lain terus bermain dan bertukar
cerita hingga lelah. Akhirnya mereka pun tertidur nyenyak.
Keesokan
harinya Sikoci dan Ayahnya pamit pulang. Pak Koni dan Kidoi mengantar mereka
dan melambaikan tangan.
“Kamu
senang liburan kali ini Sikoci?” tanya Ayah sambil terbang menyusuri jalan
pulang.
“Senang
sekali Ayah....” jawab Sikoci gembira.
“Makanya
pergi ke tempat manapun kamu harus ramah dan tidak boleh cemberut saat
berkenalan dengan orang baru. Kalau kamu ramah dan gembira pasti akan banyak
mendapatkan teman dan pengalaman yang menakjubkan...” nasehat Ayah. Ternyata Ayah
tahu kalau kemarin dia sempat cemberut karena merasa bosan dan ingin minta
pulang. Wah seandainya kemarin dia benar-benar pulang pasti tidak bisa melihat
ekor lampu punya Kidoi teman barunya dari negeri kunang-kunang dan berbagi
banyak cerita.
“Iya
Ayah..” Sikoci mengangguk menanggapi nasehat Ayahnya. Berharap tahun depan Ayah
mengajak lagi ke tempat-tempat menakjubkan yang pernah dikunjungi Ayah dahulu. Sikoci
juga membayangkan kelak jika dia sudah besar dan punya anak, dia akan mengajak
anaknya berpetualang saat liburan sekolah. Hihi.. peri Sikoci tersenyum sendiri
karena merasa gembira.
*** *** ***
Selamat Mba Binta, anak saya langsung minta baca cernak ini.
BalasHapusalhamdulillah.. smoga bermanfaat :)
Hapushaihh gemesin ceritanya ya
BalasHapusHikmahnya dapet, pantes aja dimuat. Selamat ya mak.
BalasHapusSaya undang partisipasi GA saya : http://forgiveaway.blogspot.com/2013/06/give-away-menyemai-cinta.html