Rabu, 29 Agustus 2012

Cinta, yang berawal dari terpaksa.

Saya menyukai dan mencintai batik. Terutama yang jenis sarung batik. Meskipun pada awalnya kemunculan rasa cinta itu berawal dari sebuah keterpaksaan.

Ceritanya begini....
Dulunya kan saya pernah hidup di pesantren salaf (pesantren Langitan Widang Tuban). Pesantren kuno yang menerapkan aturan wajib memakai fashion sarung dalam keseharian. Wajib disana bukan karena mewajibkan seperti dalam hukum Fiqih lho.. bukan banget. Wajib hanya sebatas peraturan dari pengasuh yang ingin mengikuti jejak kebiasaan berpakaian ulama'-ulama' dan orang sholeh di masa lalu. (Jadi semoga teman yang membaca tidak menjudge macam-macam tetang pesantren tersebut.. pesantren kenangan selalu membekas di hati lhooo..).
Untuk santriwan dan santriwati tentu saja beda jenis sarungnya. Untuk laki-laki lebih dominan corak kotak-kotak dan garis-garis, sementara untuk perempuan kebanyakan adalah sarung motif batik. batiknya pun lebih beragam corak dan motifnya.

Pada awalnya saya merasa dongkol banget dengan peraturan tersebut. Kenapa harus sarung? pakaian rok, qamis dan celana panjang itu kan juga menutup aurot. Protes itu hanya berdengung dalam hati hehe.. namun saya tetap mengikuti aturan yang ada, saya bukan tipe pemberani yang suka lantang memprotes untuk merombak tradisi yang tak sesuai dengan diri sendiri, karena logisnya mungkin ke-belum mengreti-an saya lah akan maksud tujuan tradisi atau aturan tersebut ditetapkan. Jadi kami di pesantren boleh mengenakan bawahan selain batik hanya ketika sekolah (memakai meksi alias sepan yang panjang sampe mata kaki), dan ketika pulang ke rumah boleh memakai rok panjang.

Karena sebelumnya belum terbiasa maka saya harus belajar mengenakan kain sarung batik dalam keseharian, ketakutan terlihat kedodoran dan gampang lepas alias keplorot(jawa) ternyata terlalu dramatisir, sebab dengan tekhnik khusus ternyata memakai sarung batik bisa menjadi nyaman dan aman. Bahkan nilai plusnya lagi... dengan fashion sarungan itu nggak perlu takut ketika berat badan turun naik, lingkar perut melebar atau menyempit kan tetap muat dong kalau sarung hihi..

So, saya sarungan batik karena terpaksa mematuhi aturan ketika belajar di pesantren. Berlanjut karena terbiasa sehingga lama-lama menjadi cinta. Benarlah pepatah orang jawa mengatakan bahwa tresno jalaran soko kulino (Cinta itu berawal karena sering jumpa alias sering pakai). Pepatah itu bisa jadi berawal dari tresno jalaran soko kapekso (Cinta berawal dari rasa terpaksa).. maksa banget ya bikin pepatah? :D

Sejak itulah sekarang meski saya sudah tidak hidup di pesantren, sudah tidak ditekan dengan peraturan bersarung batik namun dalam keseharian saya masih suka mengenakan sarung batik. Biasanya dengan atasan kaos panjang.. nyaman banget.




Koleksi sarung batik kesayangan saya.














Fashion saya sehari-hari di rumah. Memakai sarung batik khas Tuban, salah satu motif batik yang saya sukai. Biasanya motif besar-besar dan perpaduan warnanya mencolok. Awet warnanya.


Memakai sarung batik yang biasa disebut motif wayang. Dulu di pesantren pernah menjadi 'most wanted' karena warna dasarnya hitam dan motifnya tidak begitu kentara membuatnya menjadi cocok digabungkan dengan atasan warna apapun. Dulu harganya kalau tidak salah cuman 17ribu ^^.
(ssst... maaf saya kalau depan kamera suka grogi jadi di fotonya ga bisa senyum hehe).






Dan, saya juga mempunyai batik yang berhubungan dengan orang-orang tersayang. Cinta dari seseorang yang dinyatakan dengan batik. Jadi mengubah pepatah lagi nih.. yang asalnya 'katakan cinta dengan bunga!' bisa dirubah menjadi 'katakanlah dengan batik!'... maksa lagi kan? hehe..


 Batik termahal yang saya punya. Mahal karena harganya, dan mahal karena historinya. Yang merah bata itu batik sutra hadiah dari ibu saat pernikahan (sungguh harganya dulu bikin saya menganga, karena hampir sepadan dengan separuh harga sewa pelaminan heuheu.. sebelumnya nggak pernah beli pakaian semahal itu sih). Kemudian yang abu-abu itu adalah pemberian suami tersayang, namanya batik serat nanas. Harganya masih belum ada separuhnya si batik sutra, namun tetap menjadi sangat berharga karena diberikan dengan cintaaaah. Ehmm.. ^^




Hingga, sampai sekarang saya mencintai batik beserta kenangan yang mengiringinya. Ketika memakai sarung batik saya merasa seolah kembali lagi menjadi santri putri di pesantren. Dan ketika memakai batik pemberian orang tersayang saya selalu mengingat siapa yang memberikannya, cinta yang mereka berikan untuk saya.



Kedua anak saya yang ceria memaki batik
Saya tetap nyaman dengan sarung batik asal khas daerah manapun, yang tentu saja produk batik Indonesia. Apalagi sekarang sudah ada celana leging yang bisa dipakai daleman. Jadi meski tekhnik memakai sarung sudah lumayan aman dari insiden lepas kendali, memakai daleman celana akan bisa lebih antisipasi atas segala kemungkinan lain (semisal diisengin orang dengan cara menarik paksa hehe..).

Tapi jangan salah ya... cinta saya kepada batik bukan berarti menjadi shopingcholic (bener nggak sih tulisannya? maksud saya sih gila belanja itu lho.. sok sok an aja pake bahasa inggris hihi..). Saya hanya menjaga, memakai dan merawat baik-baik batik yang saya punya. Sesekali beli jika ada rejeki dan tidak memaksakan mengikuti trend atau mode terbaru. Prinsip saya sih jika benar-benar ingin menambah koleksi (pakaian) maka saya harus 'mengurangi' koleksi lama yang ada. Takut menjadi kawannya setan lhooo.. punya koleksi yang nganggur dan jaraaaaang dipakai itu sama saja dengan menyia-nyiakan sesuatu alias mubadzir. Iya kan?

Astaghfirullah min qoulin bila 'amalin. Semoga bisa seperti pepetah sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, mengikuti kontes menulis alias GA sekaligus berbagi inspirasi atau sekedar teman nyemil di sore hari.
:)
***

Postingan ini diikutsertakan dalam Giveaway Catatan Akhir Pekan dengan Tema Aku Cinta Batik Indonesia.



20 komentar:

  1. Wah Mbak, saya makin seneg batik sejak di kantor diwajibkan memakainya. Soalnya lebih nyaman daripada peke blazer kerja...

    BalasHapus
  2. manis banget mba.. si kecil yang pake batk. Kalo saya seneng batik semenjak modelnya udah macem2 dan modis. Klao dulu kan terkesan resmi banget pake batik, kalo ngga anak sekolah, pekerja kantor, yang make ya orang tua hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ibunya jg manis kan mbak wkwkwk..
      makasih sdh mampir dan meninggalkan jejak :)

      Hapus
  3. wowww..keren bgt tuh mbak Binta. Artinya emang cinta produk Indo 100%. Siiplah. Bisa ditiru tuh gayanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mbak.. gaya bersarungnya ya? hihi silahkan.. nyaman banget kok biar banyak yg komen 'ndeso' :D

      Hapus
  4. aku dulu seneng make sarung sejak di asrama.. punya teman dari jombang menjelang maghrib selalu pakai saarung.. seperti kostum kepribadiannya,,, dipakai setiap hari,,
    aku melihat dia begitu anggun.. sampai aku kepincut dan niru gaya dia.. :D tapi sering mlorot :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi sini tak ajarin tekhnik sarungan yang aman mbak nunu ^^

      Hapus
  5. Hyperlinknya masih keliru mbak.... link yang dituju http://www.batikrg.com/

    bukan http://www.blogger.com/%20http://www.batikrg.com/ yang di Giveaway Catatan akhir pekan juga masih keliru... mohon diperbaiki, Terima kasih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih sudah diingatkan. sdh saya edit dan urlnya sy kirim ulang. smoga sdh benar :)

      Hapus
  6. Mba Binta aku juga suka batik... paling cinta daster batik yg adem untuk dipakai dines di rumah :D kalo sarung ga bisa pakainya, ajarin triknya donk biar ga mlorot ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. harus pake youtube klo ngajarin mbak.. susah buat ditulis.. maen ke rumah nyata ku yuk.. :D

      Hapus
  7. aku lum punya koleksi batikkk....^_^.mupeng liat koleksi mbak binta

    BalasHapus
  8. suka banget ......boleh donk titip mba binta
    salam kenal

    BalasHapus
  9. waahhhh aq juga suka pakek sarung mbk,,,,aq sbnere bukan orang pondok,tp anak2 sekeliling desa q pada mondok dan make sarung dan akhirnya aq kepincut jg mbk,,,hehehe,,,,asyik bgt y mbk pkek sarung,,,hehe

    BalasHapus

  10. Assalamualaikum wr..wb..
    Sekedar mau konfirmasi ulang, apakah Tali Asih dari CAP udah nyampe? kalo belum segera konfirmasi ke no 0852 3555 4237. Terima kasih..
    Dan Jangan lupa ada program CAPek-Ma Berbagi, Karena dengan berbagi senantiasa menambah rezeki dan ada kebahagian tersendiri tentunya… setuju ?? setuju gak setuju belakangan yang penting jangan lupa ikutan karna gak dipungut bayaran alias gratisan dan berkesempatan mendapat pulsa di awal bulan, hehehe :)

    SaHaTaGo [Salam Hangat Tanpa Gosong..] Pojok bumi Kali Bayem-Jogja...

    BalasHapus

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...