Rabu, 03 Oktober 2012

Cara Mencegah Dan Menanggulangi Tawuran

Kalau nggak mau anaknya tawuran, ya masukkan saja ke pesantren! nggak ada kan situ pernah dengar ada tawuran antar pesantren... 

Ssst... Maaf jika terdengar fanatik dan emosional dikarenakan latar belakang saya yang pernah 'mencicipi' sejenak didikan di pesantren. Jangan berpikiran negatif dulu ya.. mohon lanjutkan baca ulasan saya di bawah ini, cekidot :D...

Saya membaca beberapa blog teman yang juga sedang menulis judul sama seperti punya saya diatas. Hmm.. semua ulasan tipsnya keren dan membuat saya mengangguk setuju. Saya hanya ingin menambahkan beberapa hal yang insyaAllah bisa dijadikan tips dini pencegahan tawuran pada anak remaja.

Gambar berasal dari SINI.


Bagi anak memanglah semua berawal dati ketenangan di rumah. Kenyamanan dan sekaligus pemenuhan cinta dari keluarga akan membuatnya merasa percaya diri sekaligus tidak gampang goyah oleh ajakan teman-temannya saat diajak ikut nyemplung ke arena tawuran (Alasan biasanya : biar tidak dibilang cemen, biar dinilai solid sama teman dan lain-lain).

Namun sejatinya seorang anak bukanlah milik kita sendiri. Mereka adalah milik zamannya, mereka punya dunia sendiri kelak. Berdasarkan pengamatan di sekitar lingkungan saya, anak usia sekolah SMP ke atas lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, sekolah dan ketika pulang sekolah pun lebih banyak waktu di luar untuk eskul atau sekedar bermain bersama teman-teman sebayanya. Waktu dirumah paling banter sekitar sore ba'da Ashar hingga malam (kalau anak cowok malah sudah malam pun terkadang masih dolan ke tetangga atau ke temannya).

 Dan kita orang tuanya hanya bertugas mengantarkan mereka menuju dunia miliknya sendiri, hingga ia mampu bertanggung jawab melakukan apapun dalam dunia miliknya. Tanggung jawab urusan dunia (yang tak pernah ada finalnya) pun tanggung jawab urusan akhiratnya. Iya, kan?
Ketika kecil kita mungkin bisa mengajarinya sendiri alif ba' ta, a be ce de.. namun beranjak bertambah umur pasti lebih banyak ilmu yang dia butuhkan dan kita tidak punya stok untuk diberikan. Kita butuh orang lain untuk membantu. Yah.. kita butuh sekolah atau sebuah instansi pendidikan. Dan disanalah menjadi sangat penting bagi orang tua untuk memilihkan tempat pendidikan dan lingkungan pergaulan yang terbaik untuk anak.

Susah-susah gampang memilih tempat pendidikan sekarang. Bahkan pesantren pun kadang bukan jaminan paten bahwa anak akan menjadi lebih baik akhlaknya jika dimasukkan disana. Beberapa terlihat malah semakin nakal dan membuat orang tuanya kecewa. Banyak sekali ragam pesantren dan sekolah sekarang, benar-benar harus jeli memilih mana yang cocok dan baik buat anak-anak kita. Benar-benar harus bisa membedakan mana yang abal-abal dan mana yang orisinal dalam visi misinya menebarkan ilmu.

Namun saya mengingat nasehat seorang guru[1]:
Keberhasilan pendidikan anak intinya cuma bergantung pada 3 hal yaitu :

1, Ikhlasnya pendidik (guru).
    Guru yang ikhlas selain mendidik juga selalu mendoakan kesuksesan anak didiknya.
    Guru yang ikhlas dipastikan tak hanya mengajar dan mendidik murid-muridnya dengan itung-itungan untung rugi secara materi. Bisa dikata dia tidak terlalu ribut manakala belum juga berhasil mendapat sertifikasi (maaf), meski mungkin agak susah mencari guru yang benar-benar ikhlas dalam mengabdikan diri untuk menyebarkan kemanfaatn ilmu, namun saya yakin di beberapa tempat masih ada guru-guru semacam itu.
    (Yang pernah saya ketahui adalah guru-guru saya di pesantren, paman dan bibi yang pernah mengajar di pesantren salaf bisayroh[2]nya hanya puluhan ribu tidak sampai ratusan setiap bulannya).
    Memilih guru atau tempat pendidikan haruslah sangat jeli dan hati-hati. Pilih dari rekomendasi teman kerabat terdekat. dengarkan dan cermati bagaimana akhlak calon guru atau institusi yang akan kita percayakan mendidik anak-anak kita.

2, Ikhlasnya yang dididik (murid).
     Seorang anak bisa menjadi murid yang ikhlas itu juga tidak mudah. Adakalanya ketika sesuai minat dan bakatnya ia akan senang hati dan ikhlas ketika dididik oleh gurunya. Adakalanya juga pilihan orang tua disertai pemberian pemahaman serta pengertian akan sisi positif dan kemanfaatan juga membuat anak senang dan ikhlas menjalani masa pendidikannya.

3, Ikhlasnya orang tua yang membiayai, plus kehalalan segala uang yang dijadikan biaya pendidikan anak.
    Point yang sangat penting sekali. Profesi apapun orang tua harus benar-benar menjaga hartanya dari jalan syubhat[3] apalagi haram. Uang dan makanan yang tidak jelas kehalalannya sangat berpengaruh terhadap akhlak seorang anak. Ketika darahnya dialiri nutrisi dari barang haram sangat mungkin ia menjadi bebal terhadap segala macam nasehat dan petuah kebaikan.

Lalu, apa hubungannya semua ulasan saya tadi dengan tips tawuran?
Yah, menurut saya tetap ada hubungannya. Ketika kita sebagai orang tua sudah berusaha sejak dini memilihkan tempat yang baik untuk pendidikannya insyaAllah anak-anak akan 'sukses' dalam pendidikannya.  Sukses dalam arti baik akhlak dan moralnya di segala situasi dan kondisi. Dia tidak akan mungkin menjadi inisiator yang mengajak tawuran, dan dia juga tidak akan ikut-ikutan ajakan teman untuk solidaritas bernama tawuran.

Fahri (anak sulung saya) sekarang masih kelas 1SD, dia saya sekolahkan di MI Mujahidin parimono, Jombang. Masih banyak waktu untuk berpikir dan memilih tempat mana kelak ia akan melanjutkan pendidikan, saya masih dalam proses mencari tahu bakat dan minatnya, mencari dan meneliti tempat-tempat yang baik untuknya kelak. Berencana dengan ikhtiyar meskipun penentu jalan hidup tetaplah Allah SWT yang maha berkuasa.

Fahri dengan seragam olah raga ketika ospek kecil-kecilan diwajibkan memakai topi oranye ^^


Dengan banyaknya berita kenakalan remaja yang berwarna-warni tentu saja membuat saya khawatir dan miris. Hanya bisa berdo'a dan berusaha memberikan pendidikan (berdasarkan teori dan nasehat-nasehat yang pernah saya dapat) yang terbaik meskipun mungkin bukan yang mahal dan berkwalitas dalam penilaian masyarakat umum.

Wallahu a'lam.

***

Footnote :
[1] Guru saya, pengasuh ponpes langitan (Almarhum) KH Abdullah Faqih.
[2] Bisyaroh : Bayaran.
[3] Syubhat : Status yang tidak jelas halal haramnya/samar.

*

Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bersatu:




19 komentar:

  1. wah ini betul bgt deh masukkan saja ke pesantren yang punya dedikasi tinggi

    BalasHapus
  2. bagus banget mbak sarannya, super duper gitu mbak binta

    btw, kalo parimono ya deket sama smp saya dulu mbak, saya dulu alumni smp negeri 3 jombang, dari MI Mijahidin lurus ke timur 100m

    tetep semngat ya untuk adek fahri

    BalasHapus
  3. sepakat mas, semua unsur pendidikan harusnya mempunyai sikap ikhlas sehingga pendidikan akan menghasilkan produk yang terbaik. kalau semuanya sudah ikhlas, tidak akan ada lagi tawuran, InsyaAlloh.

    BalasHapus
  4. Semoga tidak ada lagi tawuran, miris melihatnya..

    BalasHapus
  5. Kalau ketiga pihak sdh sama2 ikhlas lahir batin, maka akan terjalin suasana belajar yg menyenangkan dan menenangkan.

    BalasHapus
  6. matur suwun smua yg sdh berkunjung :)

    BalasHapus
  7. Terima kasih atas partisipasi sahabat.
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  8. lha itu dia ikhlas penting banget mbak ben podo ikhlas ilmu ne ke anak :D

    Fathi keren deh pake berpelukan pake topi oren, peluk juga aah :D

    BalasHapus
  9. Setujuuuuu... Mbak Binta, keren deh ulasannya

    Gutlak yah untuk kontesnya ^_^

    BalasHapus
  10. Sepakat banget, Mbak. Inilah yang dinamakan dahsyatnya keikhlasan. Sungguh, pengaruhnya luar biasa dalam kehidupan, lebih khusus dalam hal ini dalam dunia pendidikan.

    BalasHapus
  11. matur suwun selalu atas kunjungan dan doa teman2 :)

    BalasHapus
  12. Aku juga mau masukin anak-anakku ke pesantren...
    ulasannya bagus, mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mbak ley.. pesantren ttp kudu milih milih mbak, jaman sekarang :)

      Hapus
  13. #Info : Tulisan ini ke 16, searching pada Google :D

    BalasHapus
  14. Guru ikhlas mengajar, murid ikhlas belajar dan orangtua ikhlas menitipkan anaknya di pesantren... suka sekali dengan kalimat ini.. :)

    Salam hangat dari Jogja :)

    BalasHapus
  15. Hari sumpah pemuda telah berlalu, komentarku untuk artikel di atas mengenai peristiwa tawuran yg melibatkan pemuda-pemudi berstatus pelajar pun kunjung datang,,
    Saya berharap hari peringatan sumpah pemuda ini dapat mengetuk para hati pemuda-pemudi di Indonesia (apapun statusnya)..

    BalasHapus
  16. makasih yang sdh mampir berkunjung :)

    BalasHapus

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...