Malam itu, aku merasa sebal binti geregatan dengan seorang tamu yang tiba-tiba datang. Seorang sahabat lama dari suami, orangnya masih muda namun sudah bertitel haji meskipun kelihatan masih sangat selengekan.
Bagaimana nggak sebal coba! baru turun dari mobil sudah teriak-teriak dengan suara lumayan keras. "Khi!.. bojoku wis loro khi." ucapnya sambil tertawa cengengesan. Seketika aku perhatikan perempuan yang mengikutinya turun dari mobil. Memang tak sama dengan perempuan yang diajaknya silaturrahmi ke rumah setahun yang lalu.
Laki-laki itu, (sebut saja namanya Falul) berjalan dengan membusungkan dada, seolah-olah sedang memamerkan sebuah prestasi yang sangat luar biasa membanggakan. Suamiku menyambutnya dengan senyum-senyum kecil sembari berbisik kepadaku memberikan instruksi untuk menyiapkan kamar karena dipastikan mereka akan menginap. Falul berasal dari daerah Gresik dan akan bepergian ke pesantren Kediri, ketika mampir memang selalu menginap.
Setelah basa-basi dan mengobrol, aku tak dapat menahan keinginan untuk berbicara sesuatu pada tamu laki-laki itu. "Awas lho ya! jangan sampai sampeyan tularkan ilmu yang satu ini sama suamiku.." meski berbungkus canda aku benar-benar sangat serius dengan ucapanku. Falul tertawa lepas, sang istri 'baru' senyum-senyum kecil, sementara suamiku hanya senyum sedikit.
Poligami, oh poligami. Sungguh sebagai perempuan biasa aku tak pernah mengharapkannya meski hanya dalam mimpi (deuuu bahasanya.. :D).
Seharian aku berinteraksi dengan perempuan kedua dari teman suamiku itu. Dalam hati aku berpikir, bertanya-tanya dan juga membanding-bandingkan.
*Berpikir, kenapa laki-laki itu tega menduakan istri pertamanya yang (menurutku) sudah termasuk cantik, bisa punya anak, dan tergolong tipe yang kalem dan tidak neko-neko. Pokoknya alasan yang biasanya membuat laki-laki memutuskan mengambil langkah menikah lagi benar-benar tidak ada pada perempuan tersebut (si istri pertama). Namun semua itu hanya sebatas pengelihatanku yang sesaat saja sih, sejatinya hanya Allah yang tahu.
*Bertanya-tanya dan membanding-bandingkan, karena faktanya (lagi-lagi menurutku..) bahwa perempuan 'kedua' itu tak secantik yang pertama. tergelitik tanya usil dalam benakku 'cari yang baru kenapa nggak sekalian yang lebih cantik gitu loh?' hehe
Setiap mengangkat tema poligami dalam sebuah pembahasan, hampir dipastikan akan selalu menimbulkan kontroversi dan debat kusir antara laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki terkadang terlampau memperturutkan ego dengan sangat mantap berbicara : 'perempuan yang mau dipoligami dan ikhlas saat suaminya menikah lagi jaminannya adalah surga'
Ada juga yang bilang : 'poligami itu mengikuti sunnah nabi'
Ada lagi : 'lebih baik poligami daripada dollygami' (hadeeeh)..
Tanggapan perempuan : 'Banyak jalan lain kesyurga tanpa lewat jalan poligami'
'Sunnah nabi kenapa yang paling semngat ngikutnya cuma pada bab poligami saja? bagaimana dengan sunnah beliau yang lain seperti banyak sedekah sampai-sampai tak pernah punya simpanan harta untuk esok hari, berlapar-lapar hingga mengganjal perut dengan batu, banyak sholat sunnah sampai kaki bengkak padahal beliau sudah ma'shum alias dijamin suci dari dosa...' (bla bla bla.. kalau dilanjutin bisa makin panjaaang).
'Dollygami? alasan atau ancaman?'...
Kontroversi dan beragam diskusi sampai kapanpun, dalam hukum islam tetap nyata tertulis bahwa poligami itu BOLEH alias mubah. Hukum islam yang seolah-olah enak buat laki-laki dan menyakitkan bagi perempuan itu pasti terdapat hikmah jika Allah sudah menetapkan hukum kebolehannya. Hanya saja kita manusia (khususnya perempuan macam diriku yang masih suka melihat dan berpikir barengan sama emosi) masih belum menemukan hikmah tersebut.
Maka dari itu (saranku nih..) bagi laki-laki, hendaknya jangan terlalu memperturutkan ego ketika berbicara tentang poligami, seolah-olah poligami itu sangat baik untuk dilakukan dan dianjurkan, seolah-olah poligami itu menempati hukum sunnah apalagi wajib. Memang tak diragukan dalilnya -jaminan sempurna separuh agama ketika seseorang menikah- namun bukankah tak ada jaminan bakalan dapat separuh lagi sehingga menjadi sempurna utuh kalau menambah pernikahan dengan poligami. Iya toh? coba tunjukkan dalilnya kalau ada!
Pun bagi perempuan, juga hendaknya tidak terpancing emosi ketika dihadapkan pada bahasan poligami. Jangan sampai terpeleset mengeluarkan statement bahwa poligami itu HARAM. Karena itu merupakan ingkar terhadap ketentuan Allah SWT. Sangat berbahaya sekali untuk akidah seorang muslim.
Jadi, pendapatku tentang poligami adalah...
InsyaAllah tidak akan mengatakan 'TIDAK' pada poligami. Namun (dalam posisi sebagai perempuan) jujur aku mengatakan 'BELUM' mampu untuk bisa mempunyai keikhlasan hati menjalani kisah 'berbagi suami' huhuhu..
Hiperbolanya nih, jika kisah itu terjadi aku bisa mati mengenaskan meski mulut masih bernafas, meski jantung masih berdetak dan hidup harus berlanjut. (smoga ayahnya Fahri tak membaca postingan ini :D).
Akhir cerita..
Sembari masih cengengesan Falul menanggapi ucapan -serius-ku tadi.
"Ojo kuatir mbak. Aku ngerti banget kalau bojo sampeyan iki orang yang setia hehehe.." hmm jawaban jujur atau basa-basi? namun lumayan membuat sebal dan geregetanku menguap dengan cepat.
Saat tamu-tamu itu sudah pulang, tersibaklah cerita sebenarnya tentang si Falul. Suamiku yang menjelaskan kisah betapa ruwetnya rumah tangga mereka sehingga membuatku malas dan jengah untuk mengetahuinya lebih banyak. Keruwetan-keruwetan (yang tak bisa kuceritakan disini) bagai benang kusut yang mendengar saja jadi ikut pusing.
Aku hanya berdo'a smoga suamiku nggak tergoda meniru langkah temannya itu setelah mengerti sendiri keruwetan-keruwetan mereka. Amiiiin..
***
Tulisan ini diikutkan dalam evennya mbak Leyla imtichanah (bagi-bagi buku gado-gado poligami)
Bagaimana nggak sebal coba! baru turun dari mobil sudah teriak-teriak dengan suara lumayan keras. "Khi!.. bojoku wis loro khi." ucapnya sambil tertawa cengengesan. Seketika aku perhatikan perempuan yang mengikutinya turun dari mobil. Memang tak sama dengan perempuan yang diajaknya silaturrahmi ke rumah setahun yang lalu.
Laki-laki itu, (sebut saja namanya Falul) berjalan dengan membusungkan dada, seolah-olah sedang memamerkan sebuah prestasi yang sangat luar biasa membanggakan. Suamiku menyambutnya dengan senyum-senyum kecil sembari berbisik kepadaku memberikan instruksi untuk menyiapkan kamar karena dipastikan mereka akan menginap. Falul berasal dari daerah Gresik dan akan bepergian ke pesantren Kediri, ketika mampir memang selalu menginap.
Setelah basa-basi dan mengobrol, aku tak dapat menahan keinginan untuk berbicara sesuatu pada tamu laki-laki itu. "Awas lho ya! jangan sampai sampeyan tularkan ilmu yang satu ini sama suamiku.." meski berbungkus canda aku benar-benar sangat serius dengan ucapanku. Falul tertawa lepas, sang istri 'baru' senyum-senyum kecil, sementara suamiku hanya senyum sedikit.
Poligami, oh poligami. Sungguh sebagai perempuan biasa aku tak pernah mengharapkannya meski hanya dalam mimpi (deuuu bahasanya.. :D).
Seharian aku berinteraksi dengan perempuan kedua dari teman suamiku itu. Dalam hati aku berpikir, bertanya-tanya dan juga membanding-bandingkan.
*Berpikir, kenapa laki-laki itu tega menduakan istri pertamanya yang (menurutku) sudah termasuk cantik, bisa punya anak, dan tergolong tipe yang kalem dan tidak neko-neko. Pokoknya alasan yang biasanya membuat laki-laki memutuskan mengambil langkah menikah lagi benar-benar tidak ada pada perempuan tersebut (si istri pertama). Namun semua itu hanya sebatas pengelihatanku yang sesaat saja sih, sejatinya hanya Allah yang tahu.
*Bertanya-tanya dan membanding-bandingkan, karena faktanya (lagi-lagi menurutku..) bahwa perempuan 'kedua' itu tak secantik yang pertama. tergelitik tanya usil dalam benakku 'cari yang baru kenapa nggak sekalian yang lebih cantik gitu loh?' hehe
Setiap mengangkat tema poligami dalam sebuah pembahasan, hampir dipastikan akan selalu menimbulkan kontroversi dan debat kusir antara laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki terkadang terlampau memperturutkan ego dengan sangat mantap berbicara : 'perempuan yang mau dipoligami dan ikhlas saat suaminya menikah lagi jaminannya adalah surga'
Ada juga yang bilang : 'poligami itu mengikuti sunnah nabi'
Ada lagi : 'lebih baik poligami daripada dollygami' (hadeeeh)..
Tanggapan perempuan : 'Banyak jalan lain kesyurga tanpa lewat jalan poligami'
'Sunnah nabi kenapa yang paling semngat ngikutnya cuma pada bab poligami saja? bagaimana dengan sunnah beliau yang lain seperti banyak sedekah sampai-sampai tak pernah punya simpanan harta untuk esok hari, berlapar-lapar hingga mengganjal perut dengan batu, banyak sholat sunnah sampai kaki bengkak padahal beliau sudah ma'shum alias dijamin suci dari dosa...' (bla bla bla.. kalau dilanjutin bisa makin panjaaang).
'Dollygami? alasan atau ancaman?'...
Kontroversi dan beragam diskusi sampai kapanpun, dalam hukum islam tetap nyata tertulis bahwa poligami itu BOLEH alias mubah. Hukum islam yang seolah-olah enak buat laki-laki dan menyakitkan bagi perempuan itu pasti terdapat hikmah jika Allah sudah menetapkan hukum kebolehannya. Hanya saja kita manusia (khususnya perempuan macam diriku yang masih suka melihat dan berpikir barengan sama emosi) masih belum menemukan hikmah tersebut.
Maka dari itu (saranku nih..) bagi laki-laki, hendaknya jangan terlalu memperturutkan ego ketika berbicara tentang poligami, seolah-olah poligami itu sangat baik untuk dilakukan dan dianjurkan, seolah-olah poligami itu menempati hukum sunnah apalagi wajib. Memang tak diragukan dalilnya -jaminan sempurna separuh agama ketika seseorang menikah- namun bukankah tak ada jaminan bakalan dapat separuh lagi sehingga menjadi sempurna utuh kalau menambah pernikahan dengan poligami. Iya toh? coba tunjukkan dalilnya kalau ada!
Pun bagi perempuan, juga hendaknya tidak terpancing emosi ketika dihadapkan pada bahasan poligami. Jangan sampai terpeleset mengeluarkan statement bahwa poligami itu HARAM. Karena itu merupakan ingkar terhadap ketentuan Allah SWT. Sangat berbahaya sekali untuk akidah seorang muslim.
Jadi, pendapatku tentang poligami adalah...
InsyaAllah tidak akan mengatakan 'TIDAK' pada poligami. Namun (dalam posisi sebagai perempuan) jujur aku mengatakan 'BELUM' mampu untuk bisa mempunyai keikhlasan hati menjalani kisah 'berbagi suami' huhuhu..
Hiperbolanya nih, jika kisah itu terjadi aku bisa mati mengenaskan meski mulut masih bernafas, meski jantung masih berdetak dan hidup harus berlanjut. (smoga ayahnya Fahri tak membaca postingan ini :D).
Akhir cerita..
Sembari masih cengengesan Falul menanggapi ucapan -serius-ku tadi.
"Ojo kuatir mbak. Aku ngerti banget kalau bojo sampeyan iki orang yang setia hehehe.." hmm jawaban jujur atau basa-basi? namun lumayan membuat sebal dan geregetanku menguap dengan cepat.
Saat tamu-tamu itu sudah pulang, tersibaklah cerita sebenarnya tentang si Falul. Suamiku yang menjelaskan kisah betapa ruwetnya rumah tangga mereka sehingga membuatku malas dan jengah untuk mengetahuinya lebih banyak. Keruwetan-keruwetan (yang tak bisa kuceritakan disini) bagai benang kusut yang mendengar saja jadi ikut pusing.
Aku hanya berdo'a smoga suamiku nggak tergoda meniru langkah temannya itu setelah mengerti sendiri keruwetan-keruwetan mereka. Amiiiin..
***
Tulisan ini diikutkan dalam evennya mbak Leyla imtichanah (bagi-bagi buku gado-gado poligami)
:D
BalasHapushabis mba ceritanya?
kirain masih ada ... ;p
ya habis lah mbak :D
Hapushai mbak binta.. tulisannya bagus. smga menang ya.. oya, ada 1 tulisanku nyempil di buku itu, hehe
BalasHapusbtw kita dah temenan di fb loh :)
wah selamat ya mbak..
Hapussalam kenal ya mbak :)
Sudah kubaca, mbaaa.. lucuuuu :D
BalasHapusmakasih mbak ley :)
HapusMengaminkan doa nya mbaa... hmm, poligami... kisah yang misteri bagiku, sepandai2nya manusia memperlakukan manusia, kemungkinan untuk bisa adil itu kecil, dan bisa saja tetap ada yang tersakiti. Saya ga menghujat poligami, tapi sama seperti mba, semoga suamiku ga kepikiran kaya gitu deh. aamiin
BalasHapusamiin juga mbak.. saling mengingatkan sebagai sesama perempuan muslim. hati2 jika berstatement ttg poligami :)
Hapus