Jumat, 29 Juni 2012

Main kamera sambil menangkap matahari pagi.

Membuka jendela pada pagi hari. Segera tersapa gugusan sinar yang belum segarang siang hari.
Entahlah tiba-tiba iseng ingin bermain dengan cahaya mentari, mumpung tak ada siapa-siapa yang bakalan menertawakan narsisnya diri ini... :D
Hmm.. mencoba pose tanpa menatap pada kamera. Enjoy saja memandang secuil ruang di luar jendela.

Minggu, 24 Juni 2012

Ponsel pintar, penggenggamnya harus lebih pintar.




Wow. Zaman berlenggang, berlari kencang tanpa peduli dengan kaki-kaki ringkih yang berusaha mengejar.

Ibu rumah tangga sekarang, jangan dikira hanya berdaster lecek dan bawaannya sekeranjang kangkung dan baunya aroma terasi. Sekarang rasanya sudah tidak aneh melihat ibu-ibu yang menenteng ponsel keren dan lihai menggunakannya, pun tak jarang juga pintar memanfaatkan dan mengambil peluang-peluang kreatif dengan ponselnya.

Menengok sebentar saja di jejaring maya, saya sudah melihat deretan perempuan yang sukses berkarier online dengan cara berjualan di dunia maya. Ada juga yang sukses menjadi penulis karena rajin ikut audisi yang infonya tersebar di dunia maya. Ada juga yang menggabungkan keduanya, yaitu sukses menjadi penulis sekaligus berjualan bukunya dengan kreasi marketing yang unik dan menarik.

Rabu, 20 Juni 2012

Ketika Tuhanku kasmaran.

Sebentar lagi.
Tuhanku akan jatuh cinta,
Dengan porsi luar biasa.
Sesaat lagi.
Tuhanku akan menggemakan semesta.
Dengan hamburan janji beraroma asmara.

Senin, 18 Juni 2012

MUTIARA DARI KANGMAS




Pernahkah terpikir dalam lingkup seberkas gerakan hati. Kemana arah kita membelanjakan uang yang sedang bersarang dalam dompet atau kantong saku?? untuk sekedar memenuhi kebutuhan primer, sekunder, tersier atau mungkin ekstra lux dalam laju hidup kita. Membeli pakaian, sekedar menambah koleksi yang sudah ada. Atau beberapa aksesoris yang sebenarnya bukan kebutuhan mendesak, cemilan, makanan untuk memberi setuhan seni pada tuntutan lidah yang ingin menari, apalagi?


Hanya ingin sekedar berbagi kisah tentang lahirnya sebuah pemahaman baru dalam perjalanan kehidupanku.

Dulu, aku paling cerewet kalau membeli dan memilih sesuatu. Jika berbelanja

Kamis, 14 Juni 2012

Yang kedua.



Penulis : Riawani Elyta.
penerbit : Bukene.
Genre    : Novel romance.
Jumlah halaman : 243.
Cetakan pertama : maret 2012.
ISBN    : 602-220-040-7.
Harga    : 37000


Membaca novel yang kedua ini, berasa sedang menyaksikan infotaiment dan indonesian idol atau AFI. Ya karena kisah di dalamnya memang menceritakan tentang kehidupan di dunia hiburan. Namun olah kata yang dihadirkan penulis ini mampu memberikan kemasan yang menarik ketika kisah 'biasa' tersebut sudah menjadi suguhan karya deretan kata.

Saya katakan 'biasa' karena memang kisah seperti itu hampir selalu terlihat di layar kaca (apalagi yang doyan nonton infotaiment :D).

Tokoh Vienna yang menapaki karier menjadi penyanyi lewat audisi pencarian bakat, lambat laun menjadi semakin terkenal. Kemudian sang suami menjadi manager. Sudah sering kan, lihat yang seperti itu?!

Persona non grata




Penulis    : Riawani Elyta.
Penerbit  : Indiva media kreasi.
Genre     : Novel inspiratif.
Jumlah halaman : 280.
Cetakan pertama : muharram 1433/ desember 2011.
ISBN      : 978-602-8277-50-1


Novel ini digarap dengan racikan diksi-diksi cerdas dan lincah. Mirip sebuah cerita misteri yang menonjolkan teka teki, yang alurnya ditata dengan apik oleh penulisnya.

Menampilkan sosok seorang gadis tak bernama. Mengalirnya kisah dari bab satu ke bab selanjutnya menggunakan plot yang meloncat-loncat dan selalu menyisakan tanya 'bagaimana kelanjutan ceritanya?' dan juga semakin penasaran juga semakin penasaran siapa sebenarnya sosok gadis tak bernama itu?

Rabu, 13 Juni 2012

Mengajarkan anak pada bahasa tanah kelahirannya.







Suatu hari aku pernah kedatangan tamu seorang teman yang mana anaknya dibiasakan berbahasa indonesia. Maklum sekali karena dia dan istrinya beda suku jadi mengajari anaknya bahasa nasional. Ketika berbincang dan bermain-main dengan anakku yang sehari-hari kami biasakan berbahasa jawa, agaknya mereka kurang nyambung. Dan yang namanya anak-anak memang biasa terjadi pertengkaran kecil yang ujung-ujungnya gampang sekali untuk rukun kembali.
“Maaf.. mungkin karena nggak nyambung bahasanya ya, jadi rame.. Fahri kami ajarkan bahasa jawa saja.”
“Lho emangnya kita ini orang indonesia apa orang jawa??” tiba-tiba temanku itu menanggapi dengan serius dan berapi-api. Sepertinya menganggapku tidak nasionalis, fanatis kedaerahan atau bagaimana, aku juga kurang faham. ‘Lho?’.....
“Iya orang indonesia dan jawa juga sih... hehe.” jawabku dengan nada canda namun ternyata terasa garing.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...