Ada fenomena menarik dan unik. Namun mungkin bagi sebagian kalangan adalah pemandangan yang ‘eneQ’.
Sebenarnya hanya cerita biasa. Namun aku menganggapnya agak luar biasa. Saat peristiwa-peristiwa itu sudah terlewatkan tiba-tiba saja menjadi moment indah yang rindu untuk mengulang kembali.
Santri di belahan pondok manapun. Tentulah hidup jauh dari orang tua dan sanak saudara. Mau tak mau segala sesuatu harus dilakukan sendiri. Untuk memenuhi semua kebutuhannya. Meniti hari-hari dengan rangkaian keluarga baru yaitu teman senasib, selorong dan seperjuangan yang berasal dari daerah yang berbeda-beda. Bersama sepikul sebeban dalam satu atap. Lalu lalang hilir mudik beraktivitas. Kesemuanya berporos pada satu titik... Ta’allum ulumuddiin.
Setelah hari kian bertambah. Ada ras rindu yang singgah.
“Mbak Sumi.. disambang Ibunya...!” pucuk dicita sambangan pun tiba. Hatipun berbunga.
Untuk buah hati, apapun jadi. Ibunya Sumini yang dari kampung pelosok, sejak jam tiga pagi sudah bangun untuk mempersipkan segala sesuatunya. Dari menanak nasi lebih banyak dari porsi biasanya sampai membuat lauk istimewa yang jarang-jarang pula mereka memakannya. Semua dibungkus, dimasukkan kardus, diikat rapat dengan ravia, ditenteng dengan hati gembira dan naik bus hingga sampai ketempat tujuan.
“Oalah Nduk... kok tambah lemu aee...” sang Ibu mencubit gemas pipi Sumini. Sumini nyengir sambil mengucek matanya.
“Piye sekolahe Nduk..?” bla...bla...bla... formalitas dua kerinduan yang dipertemukan.
.........................
“Belajar sing tenanan yo Nduk...” pesan dan harapan semua orang tua yang memondokkan anaknya. Sumi mengangguk. Ia mencium punggung tangan Ibunya dengan takdhim. Hatinya sumringah memandang kardus yang dibawakan Ibunya.
Setelah mengantar Ibu sampai ke gerbang. Bergegas Sumi mebuka bawaan Ibunya. Beberapa bungkus nasi dengan lauk ayam lodeh kesukaannya, setandan pisang dan beberapa bungkus mie instan. Dan dengan bungkus paten daun pisang, Sumi menata nasi dan lauknya membantuk bundaran datar dengan aroma menggugah selera.
Rezeki tak pernah direncanakan. Datang tanpa diduga. Semua santri yang ada di kamar itu tinggal menunggu kata kunci.
“Mbaaaak...!! monggo sedanten....!!” ucap keras Sumi. Wow... suasana yang asalnya tenang dan teratur langsung berubah drastis.
Bagi anda pembaca yang sudah pernah merasakan menjadi santri pasti sudah bisa membayangkan. Tapi bagi anda yang belum pernah punya pengalaman menjadi santri.... coba anda lihatlah sekumpulan ayam yang tiba-tiba disuguhi segenggam jagung... yaa, kurang lebih seperti itulah pemandangannya... he he.
Satu mulut untuk mendapatkan satu suapan harus berdesakan dorong-mendorong, tarik menarik dengan penuh perjuangan.
“Mbak Sumi... matur suwuuun....”
“Mbak yang ngasih...suwuuun”.....
“Iyo mbak sepurane ra ono lawuhe....” basa basi tulus mengakhiri adegan itu.
“Mbak.... monggo sedanten...!!!” terdengar pasword lagi dari arah pojok. Kaki yang sedianya akan melangkah pergi berbalik cepat menuju asal suara...tapi....
Tak ada apa-apa di pojokan. Cuma ada Sulis si santri jail yang sedang menggaruk kepalanya.
“Hehehe... monggo sedanten bancakan tumo-ku.... hehehe...”
“Huuuuu...” semua kecelee dan menggerutu. sulis tertawa puas. Ide usilnya sukses.
Ada-ada saja,
Aku jadi teringat dawuhnya Yai.. -lauknya orang makan itu Cuma ada 3 : badan sehat, perut lapar dan pikiran tenang- kiranya jika aku boleh menambah. Akan ada satu lagi yang menambah nikmat yaitu... -makan keroyokan-....
Bint@ al-MamBa
Di depan komplek E2
Rumah Lantany
Jumat, 03 Desember 2010
KISS **kisah indah seputar santri**
KISS
Kisah Indah Seputar Santri
Banyak yang bilang masa SMA adalah masa yang paling manis, kisah-kisah paling indah, hiasan masa remaja yang paling berkesan dan sejarah yang akan di bingkai dalam kenangan.
Namun jauh disini, disalah sudut bumi yang juga merasakan pembagian adil sorot hangat mentari pagi. Sudut yang jarang dilihat orang. Di dalam gerbang yang laksana benteng kokoh, dimana gembok besinya terlihat seperti belenggu kebebasan, dimana banyak orang menganggapnya penjara suci.
‘PESANTREN’.....pun disana menyimpan berjuta kisah yang indah, pun disana juga ada ukiran kenangan manis, unik dan tak terlalu picisan untuk digubah dalam karya pena.
Aku hanya ingin bercerita tentang apa yang pernah kurasa, betapa pernak-pernik perjalanan di arena pesantren terlalu sayang untuk hanya dikenang.
Aku ingin mendokumentasikan, gambaran irama pesantren tak seperti asumsi sebagian besar masyarakat luar. Banyak petikan hikmah dan pelajaran kehidupan yang dapat diambil. Ada banyak sekali.
Akhirnya, ada baiknya kukatakan sebagai awal tutur cerita. Bahwa “menjadi santri itu bukanlah pilihan yang mendatangkan penyesalan .................”. Barokah, tak pernah dapat dihitung dengan teori dan kalkulasi, yang dapat merasakan adalah hati.
Bint@ el-MamBa
LANGITAN
KISS 1 : UNTAIAN NADHOM PUJANGGA SHILIHIN
Dulu.........pernah terbesit rasa ngeri ketakutan yang dirasakan hampir semua anak yang ditawari pilihan untuk menempuh pendidikan salaf.
“Takut mbak, hafalannya itu lho iiihhh syeremm..... “
“Mana setiap hari disuruh menghafal terus.......trussssss. boleh nonton TV duuh ngebayangin aja aku sudah pusing........” beberapa asumsi senada banyak yang terdengar nyaring apa iyaaa......... ?
Awalnya aku juga merasakan ketakutan itu sekarang setelah aku menyelam sendiri, berat hanya dipermulaan, Semua kalah oleh niat, saat keraguan berbaur dengan tekat. Bayangkan saja menapaki anak tangga satu demi satu. Bayangkan saja seperti mengupas kelapa menyobek serat demi serat.
Apabila niat sudah terpatri seluruh anggota fisik tinggal mematuhi apa kata hati, Seiring berjalannya asa dengan istiqomah dan tawakkal sebutir pun akan jadi segenggam.
Mayoritas pesantren yang menerapkan konsep salafy biasanya menggunakan sistim hafalan nadhom. Kalam-kalam ilmu yang dirangkai dalam bentuk syair. Agar supaya mudah mendendangkan dalam alunan berirama. Dan menyenangkan menghafalkannya.
Ada nadhom tentang Fiqih, Tajwid,Tauhid, Gramatika arab yang terdiri dari Nahwu, Shorof, Balaghoh, I’lal dan lain sebagainya. Adapun pengarangnya adalah pujangga-pujangga hebat yang sulit dicari bandingannya di zaman sekarang. Mereka adalah alim ulama ’yang mencurahkan segenap pikirannya untuk kemaslahatan islam. Untuk menyebarkan ilmu syari’at tanpa memetik keuntungan sepeserpun dari hasil penjualan penggandaan karyanya. Yang mungkin jika diterapkan sistim royalty niscaya anak cucu mereka akan selalu dibanjiri keuntungan. Namun dapt kita saksikan, kitab-kitab karya mereka terus diterbitkan dari zaman ke zaman. Dipelajari, dikaji tak ubahnya lampu yang tak pernah padam.
Semua yang tersebut di atas adalah cerita dari guruku Syaikhina Abdullah Faqih Al-hajj. Cerita yang tidak hanya cerita. Syeh alim ‘allamah yang karya kitab-kitabnya kami kaji setiap hari bukanlah kaya sembarang orang. Tapi karya orang-orang pilihan dengan IQ yang pasti lebih superior dibandingkan enstein sekalipun. Orang-orang pilihan yang tidak mengharap apapun atas jerih payahnya kecuali mengharap ridho Allah SWT.
Kebiasaan di pondok kami adalah mengadakan ‘lalaran nadhoman’ setiap malam selasa ba’da maghrib. Semua santri berkumpul menurut kelasnya masing-masing. Bermacam irama kami coba dengan alat musik seadanya. Dentingan dari sendok, drum dari wadah galon kosong sampai menggebuk bangku pun jadi.
Hmmm.. kalau dibayangkan sih sepertinya norak. Tapi yang kurasakan... apa mungkin dapat kutemukan band seperti ini di tempat lain...? (hehehe...)
Ada rasa bangga, ada rasa puas. Saat seratus nadhom tadi kudendangkan tanpa membuka catatan sedikitpun. Begitu juga pasti yang dirasa semua teman-temanku. Mengingat bagaimana kemarin kami menghafal satu bait demi satu bait.
Aku semakin kagum memandang mereka senior-seniorku, para Ustadz, dan tentu saja Syaikhina pengasuh pondokku. Di dalam kepala mereka pasti sudah tersimpan berjuta beribu-ribu bait lengkap dengan makna dan keterangannya. Mereka sudah menapaki istiqomah muthola’ah dan ikhlas membagi ilmu dalam bilangan tahun yang tidak sedikit.
Dan perlu kukatakan pada semuanya. Manusia-manusia sekaliber mereka hanya dapat ditemui di sini... di penjara suci.
Langitan
Catatan kecil di pagi hari
Senin, 29 November 2010
MUTIARA DARI KANGMAS

MUTIARA DARI KANGMAS
Pernahkah terpikir dalam lingkup seberkas gerakan hati. Kemana arah kita membelanjakan uang yang sedang bersarang dalam dompet atau kantong saku..?? untuk sekedar memenuhi kebutuhan primer, sekunder, tersier atau mungkin ekstra lux dalam laju hidup kita... membeli pakaian, sekedar menambah koleksi yang sudah ada. Atau beberapa aksesoris yang sebenarnya bukan kebutuhan mendesak, cemilan, makanan untuk memberi sentuhan seni pada tuntutan lidah yang ingin menari....

Hanya ingin sekedar berbagi kisah tentang -lahirnya sebuah pemahaman baru-
Dulu, aku paling cerewet kalau membeli dan memilih sesuatu. Jika berbelanja ke pasar. Suka putar-putar keliling dulu untuk mencari yang paling pas dengan selera, yang paling berkwalitas tapi murah (mayoritas insting manusia memang ga mau rugi kan.... hehe). Putar-putar sampe capek pun tak masalah. Asalkan sesuai dengan pilihan hati. Apalagi saat kota kecil kami mulai dipersolek oleh penguasa modal. Dengan menjamurnya mini market yang bersih dan dagangan tertata indah, sungguh nyaman untuk berbelanja. rasanya biar punya dompet tipis pun tetep semangat buat jalan-jalan belanja. Memanjakan mata meski tak niat beli wikikiy... :D aku jarang mau membeli dagangan yang tinggal sedikit dan tak memberi keleluasaan untuk memilih dan membandingkan. Entahlah...
Dalam alur yang mempertemukan aku dengan teman hidup. Ternyata suamiku adalah seorang pedagang pakaian. Tepatnya adalah sales pakaian yang memasok kemeja dan celana cowok ke pasar-pasar tradisional. Dia punya banyak teman sesama sales dan pedagang pasar. Dan sanak kerabat dari pihak keluarganya mayoritas juga berprofesi sebagai pedagang berbagai kebutuhan masyarakat.
Kesemuanya tiba-tiba membuat perubahan dalam hidupku. Perubahan tentang kebiasaan dan perenungan dalam memandang sebuah perputaran uang.
Yup... zaman terus berlenggang. Tak peduli pada kaki-kaki ringkih yang berlomba mengejar. Di kota kecilku kini telah dibangun sebuah pusat perbelanjaan yang cukup wah bagi orang-orang kampung. KERATON mall... namanya. Dengan fasilitas eskalator atau tangga berjalan seperti yang sering terlihat di sinetron layar kaca, sungguh memikat konsumen dari penjuru daerah jombang dan sekitarnya. Berduyun berdesakan datang kesana... sungguh keren pokoknya kalau bisa cerita...
“Aku dah pernah ke keraton lho....”
“Baju ini beli di keraton.. suer..”....
Begitupun aku, sempat pengen banget menginjakkan kaki di shoping mall yang baru buka itu. Banyak yang bilang sedang banjir promo karena masih baru dan tempatnya luas, bagus banget... namun suamiku tak memberikan respon yang antusias seperti diriku. Dia hanya mengangguk tanpa tersenyum namun juga tak melarang kemauanku.
Maka berangkatlah kami ke keraton, melihat betapa ramainya sehingga area parkir seolah muntah ke badan jalan raya. Meluber ke depan beberapa toserba di kanan kirinya. Sempat miris juga melihat pemandangan itu. Seolah berbicara tentang perasaan tergilas oleh kekuatan uang. Ya... toserba-toserba mini mendadak jadi senyap tanpa warna. Dan sengaja aku melempar pandang pada pasar legi (pasar tradisional) yang letaknya tak jauh dari keraton. Dapat terlihat perbedaan mencolok dalam keramaian pengunjungnya seperti mendung yang merindukan cerah. Ahh.....
Memasuki area pusat perbelanjaan. Mata dimanjakan dengan aneka rupa produk yang tertata indah. Dilantai bawah kebanyakan adalah deretan makanan, cemilan dan wahana permainan anak. Di sela-selanya juga terdapat outlet-outlet mini makanan cepat saji yang bau harum masakannya menyebar menggoda hidung siapa saja.
Kami meneruskan langkah menuju eskalator.....
“Duh.... Mas aku naik tangga saja ah...” dari pada kelihatan kampungannya didepan banyak orang hehe... jadilah kami berpisah sebentar karena masalah alat bantu naik ke lantai atas itu. Sampai di lantai dua. Tak hanya mata yang di manja, bahkan telinga dan kulit pun dibelai dengan alunan musik dan hawa sejuk kipas-kipas yang tak lelah berputar. Dengan langkah ringan namun pasti aku mulai putar-putar di arena fashion...hmmm,, banyak model dari kelas ‘wah’ dan paling murahan dengan bandrol harga yang ternyata ga bisa di tawar... wew, musti tambah jeli nih dalam pilih memilih. Tak begitu peduli pada kangmas yang mengekor langkahku dengan raut enggan. Aku terus berjalan, mencari yang ini yang itu... semua harus seperti yang kumau wehehe..
Kami pulang dengan membawa lelah. Bersama sekantong belanjaan yang ternyata membengkak dari daftar kebutuhan yang terjadwal sebelumnya. Akibat lapar mata yang seolah menuntut dengan kuat untuk dipuaskan.
“Oh Robby....” aku memandang dengan lelah dan secuil sesal. Ternyata banyak barang sebenarnya belum terlalu dibutuhkan. Hanya karena tergoda diskon dan hadiah-hadiah kecil bisa menguras kantong begitu rupa. Kangmas memandangku tanpa ekspresi. Aduh..
“Kita mencari rejeki dengan berdagang dek, aku seneng banget jika banyak orang yang membeli karena itulah pintu rejeki kita............” kangmas diam, apa maksudnya sih...?
“Kalau kita mau membeli dagangan dari teman atau kerabat kita sendiri paling tidak kita sudah membantu datangnya rejeki mereka. Bahkan mereka selalu memberi harga murah untuk persahabatan dan persaudaraan...” glekk.. nyindir nih, aku cemberut. Kangmas meninggalkan tempatku duduk dan menghentikan pembicaraan. Dia memilih bermain dengan anak-anak.
Fyuh... aku jadi teringat pada novel ‘ayat-ayat cinta’ karya kang abik yang kemaren selesai kubaca. Pada salah satu halaman diceritakan Fahri yang membeli 2 buah boneka karena sang penjual menghiba ingin dagangannya laku. Fahri teringat pada masa kecilnya yang berjualan tape bersama sang ayah, betapa bahagia rasa hati saat barang dagangan ada yang membeli.... hingga 2 boneka itu yang mengantarnya pada benang merah dengan Aisya. Sweet, hikmah yang terselip dengan manis.
Hiks, rasanya memang ada yang perlu dibenahi. Memposisikan diri menjadi pihak yang memang butuh pembeli. Bukankah keinginan belanja di tempat-tempat yang ‘wah’ dan keren sama halnya membuat pemilik modal besar tambah makmur dan pemilik modal kecil perlahan tergusur. Logika yang masuk akal kan....
Dan tentang rejeki seperti yang dibicarakan suamiku, kita gak punya wewenang untuk sok ngebantu malaikat mikail membagi rizki pada semesta. Tapi apa salahnya..? dipikir secara logika tetap lebih banyak benarnya. Ah rasanya ada pelangi yang tiba-tiba mewarnai ruang hati. Betapa beruntung aku punya ‘lelaki’ itu. Aku tersenyum memandangnya dari jauh. Ada raut kelegaan melihat rona cemberutku yang masam sudah hilang dari peredaran.. hehehe,
Sejak itu aku berusaha tak lagi cerewet dalam memilih dan membeli sesuatu. Tentang pakaian, jadi lebih sering beli pada teman-teman suami sambil silaturrahmi ke rumah mereka. Dan ternyata membawa point positif aku jadi bertambah teman baru, istri-istri dari teman suamiku. Berikut cerita-cerita baru tentang berbagai warna hidup manusia. Bahkan kami sering dapat harga murah dengan tanpa menawar berbelit-belit.
Terkadang aku mendapati suamiku yang membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dia inginkan, hanya karena penjualnya adalah nenek tua yang membawa dagangannya sambil berjalan dari rumah ke rumah.
Inilah sekolah kehidupan, dengan guru paling dekat di sampingku. Layaknya mutiara yang dihadiahkan kepadaku. Indah dan cerah menerangi ruang jiwa yang kadang sering kusut dan kusam. Rasanya aku tak akan menuntut di belikan mutiara asli yang mahal. Hmmm tapi kalau dibelikan sih gak nolak weheheh.. cukuplah aku menjaga yang ini, dalam dekapan waktu.
$%#$%#
Bint@alMamba
Sabtu, 06 November 2010
rumpi hati, sepenggal warta tentang dolly
Suguhan layar kaca.
Saat bertubi-tubi warta tentang bencana. Ada satu berita mengusik indraku.
....demonstrasi para penghuni wisma dan masyarakat gang dolly. Mereka menuntut rencana pemerintah surabaya untuk menutup gang dolly. Karena akan membunuh perekonomian mereka...
Gang dolly. Siapa yang gak kenal ?
Sebenarnya hanya sebuah gang kecil ditengah perkampungan kota surabaya. Mengapa menjadi sangat fenomenal ? tak lain adalah sebuah bisnis prostitusi yang sudah mendapatkan lebel ‘terbesar se-asia tenggara’ haduuh *ngelap kringet nulisnya*
Puluhan wisma ‘siap saji’ berjajar dengan pekerja-pekerja profesional. Banyak pelanggan berdatangan. Masyarakat sekitar kecipratan rejeki dengan menjual rokok, minuman, makanan dan lain-lain.
Terlahir semacam simbiosis mutualisma antara pekerja non formal ini dengan masyarakat sekitar sehingga menjadi seperti pagar besi yang memebrikan sekat perlindungan untuk mereka. Membiarkan tetap ada atas nama perekonomian.
Pemerintah mengupayakan berantas kemungkaran ?
Hohoho gak semudah itu lah Gus Ipul.
Bisa saja Dolly di tutup menjadi malah jadi bumerang seperti pribahasa ‘mati satu tumbuh sepuluh’
Berikut petikan beberapa wawancara :
Wawancara dengan PSK dengan wajah dan nama disamarkan. **sayang ya. padahal biasanya orang masuk TV jadi narsis banget tingkahnya hehe**
“Kalau Dolly ditutup kami bisa jatuh melarat. Malah keliaran di pinggir jalan. Kalo dikasih kerjaan lain yang layak pasti mau ganti kerjaan. Lah pemerintah bisa kasih nggak... janji janji saja gak pernah ada kenyataannya..” **nah tuh.. **
Wawancara dengan pemilik wisma.
“Kalau dolly ditutup bakal ada banyak pengangguran yang pasti bedampak buruk bagi kampung kami...”
Wawancara dengan ketua RT.
“Sebenanarnya saya juga setuju dengan rencana ditutupnya bisnis prostitusi ini tapi kan ya kasiyan orang-orang. pasti akan kacau kalau tidak dibarengai jalan keluar yang benar-benar tepat..” **hmmm...**
Wawancara dengan Gus Ipul (wagup jatim, tangan kanan pakde karwo tentunya)
“ Kami sudah siapkan program pelatihan ketrampilan dan menyebar yang nantinya akan dicarikan lapangan kerja di kota-kota wilayah jatim. InsyaAllah “
Kenapa..? ini adalah tanyaku. Tak bisa menyumbang jalan keluar apa-apa. Karena mungkin aku bukan penduduk Dolly yang bisa merasakan beratnya bayangan masa depan mereka tanpa bisnis ‘esek-esek’ itu. Jika aku meneriakkan idealisme menurut opiniku. Rasanya tak mampu.
Kenapa..? ini tetap menjadi tanyaku...
Padahal Allah itu ada. Beserta para malaikatnya yang tak pernah mengantuk apalagi tidur tetap membagi rizki pada semua hambanya. Maaf jika aku sok tau, menyatakan betapa piciknya pemikiran dengan meninggalkan dolly dan segala ekosistem saling keterkaitan ekonomi beregam profesi penduduknya dari bisnis haram. Akan membuat mereka putus dari rizki. Bukankan hidup adalah berjuang ? berjuang bertahan hidup adalah kamus pasti semua orang.
Yang mungkin terlupa dicarikan jalan keluar adalah. Kemana nanti para hidung belang berkantong tebal jika mau ‘pipis sembarangan’ hehehe..
Maaf temans, ini sekedar rumpi hati...
Minggu, 03 Oktober 2010
JANJI BIRU *fiksimini*
JANJI BIRU
Akhirnya datang juga masa itu... arena waktu tempat bersatunya rindu kita. setelah sekian lama aku hanya memandangmu dari kejauhan. Menggenggam pilu, melihat bertabur bintang dengan binar megah mengelilingimu.
Cinta... aku tidak bisa menyentuhmu, bahkan sekedar berlenggang mengiring langkahmu. Kecuali nanti setelah janji biru benar-benar ditepati.
Kadang aku muak pada mereka. Makhluk-makhluk yang menjadi penghalang pertemuan kita. Muak.... karena mereka masih saja diberi kesempatan bernafas, menari dan melukis mimpi. Padahal mereka terlalu sering mencaci dan menghitamkan yang putih.
Tertegun dalam jebakan rindu. Bosan dan malas melaksanakan tugasku. Namun demi kasihku padamu kembali kujalani semua ini.
Maka... inilah hari persandingan kita. Rembulan dan matahari... dan biarkan mereka menikmati pesta kehancuran semesta.
111 kata gak kurang gak lebih.
**persandingan rembulan dan matahari hanya terjadi saat kiamat kehancuran segenap isi bumi dan seluruh galaksi.
Akhirnya datang juga masa itu... arena waktu tempat bersatunya rindu kita. setelah sekian lama aku hanya memandangmu dari kejauhan. Menggenggam pilu, melihat bertabur bintang dengan binar megah mengelilingimu.
Cinta... aku tidak bisa menyentuhmu, bahkan sekedar berlenggang mengiring langkahmu. Kecuali nanti setelah janji biru benar-benar ditepati.
Kadang aku muak pada mereka. Makhluk-makhluk yang menjadi penghalang pertemuan kita. Muak.... karena mereka masih saja diberi kesempatan bernafas, menari dan melukis mimpi. Padahal mereka terlalu sering mencaci dan menghitamkan yang putih.
Tertegun dalam jebakan rindu. Bosan dan malas melaksanakan tugasku. Namun demi kasihku padamu kembali kujalani semua ini.
Maka... inilah hari persandingan kita. Rembulan dan matahari... dan biarkan mereka menikmati pesta kehancuran semesta.
111 kata gak kurang gak lebih.
**persandingan rembulan dan matahari hanya terjadi saat kiamat kehancuran segenap isi bumi dan seluruh galaksi.
EMPAT MUSIM DI BELANTARA HATI
EMPAT MUSIM DI BELANTARA HATI
Kadang,..
Jiwaku pongah menantang embun dan semilir.
Hangatnya pagi sepenuhnya adalah karena selimutku sendiri.
Benderangnya siang...
Karena janji matahari dan cinta manisnya padaku.
Pelosok-pelosok nadi menjadi lintasan aura jejaring nafas.
Sebagai teori pasti
.......
Tersandung perih goresan pahit.
Aku mencatat semua protes...
Dalam sajak yang serak..
Dalam linang yang basah.
Menggugat pada semesta yang menjadi tak ramah.
Mencerca diri serupa raga yang payah...
Huft,...
........
Mendapati alur berliku dalam bingkai taqdir.
Memandang jatah yang sudah ditentukan.
Mamatut wajah dalam sebuah perenungan.
Ternyata udara adalah universitas kehidupan.
Petik segala bintang untuk genggaman pengajaran.
.........
Inilah teratai dalam telaga...
Syurga harus kubangun sendiri,
Dengan rakitan syukur dan ikhlas.
Redam segala api....
Dan rantai kesombongan diri.
Ingin menggapai meski dengan tertatih.
Kadang,..
Jiwaku pongah menantang embun dan semilir.
Hangatnya pagi sepenuhnya adalah karena selimutku sendiri.
Benderangnya siang...
Karena janji matahari dan cinta manisnya padaku.
Pelosok-pelosok nadi menjadi lintasan aura jejaring nafas.
Sebagai teori pasti
.......
Tersandung perih goresan pahit.
Aku mencatat semua protes...
Dalam sajak yang serak..
Dalam linang yang basah.
Menggugat pada semesta yang menjadi tak ramah.
Mencerca diri serupa raga yang payah...
Huft,...
........
Mendapati alur berliku dalam bingkai taqdir.
Memandang jatah yang sudah ditentukan.
Mamatut wajah dalam sebuah perenungan.
Ternyata udara adalah universitas kehidupan.
Petik segala bintang untuk genggaman pengajaran.
.........
Inilah teratai dalam telaga...
Syurga harus kubangun sendiri,
Dengan rakitan syukur dan ikhlas.
Redam segala api....
Dan rantai kesombongan diri.
Ingin menggapai meski dengan tertatih.
PROSA PENCARI JEJAK
PROSA PENCARI JEJAK
Banyak kisah yang menjadi petuah
Tentang sebuah jejak sang penguasa semesta,
Tentang prosa....
Sebuah melodi matahari.
Segenggam cahaya adalah jejak kebradaan-Nya
Tentang teoritis tukang kayu dan furniturenya....
Sentuhan karya akan bicara..
Bahwa ia tidak lahir dengan sendirinya,
Secara kebetulan.
Bahkan fantasi nyata koloni rayap yang buta,
Dengan bangunan gedung super megahnya.
tentang serpihan tulang dan rancangan menara eifel.
Ah... untuk otak cerewetku,..
Penjabaran rumit untuk bukti sebuah jejak.
Demi meniti cinta-Nya.
......
Padahal, senyum dan mimpi ini
Adalah sewarna jejak paling ramah.
Tak pekat dan buram.
....
Tertawalah dengan segala dongeng mbah darwin.
*** terpesona oleh buku harun yahya. yang menjabarkan beragam bukti kekonyolan teori evolusi darwin.
salah satunya perbedaan manusia dan kera paling mudah terletak pada senyum dan mimpi. kera hanya bisa menyeringai meski terlihat seperti senyum, dan dia tak pernah bermimpi kecuali hanya untuk makan.
Banyak kisah yang menjadi petuah
Tentang sebuah jejak sang penguasa semesta,
Tentang prosa....
Sebuah melodi matahari.
Segenggam cahaya adalah jejak kebradaan-Nya
Tentang teoritis tukang kayu dan furniturenya....
Sentuhan karya akan bicara..
Bahwa ia tidak lahir dengan sendirinya,
Secara kebetulan.
Bahkan fantasi nyata koloni rayap yang buta,
Dengan bangunan gedung super megahnya.
tentang serpihan tulang dan rancangan menara eifel.
Ah... untuk otak cerewetku,..
Penjabaran rumit untuk bukti sebuah jejak.
Demi meniti cinta-Nya.
......
Padahal, senyum dan mimpi ini
Adalah sewarna jejak paling ramah.
Tak pekat dan buram.
....
Tertawalah dengan segala dongeng mbah darwin.

salah satunya perbedaan manusia dan kera paling mudah terletak pada senyum dan mimpi. kera hanya bisa menyeringai meski terlihat seperti senyum, dan dia tak pernah bermimpi kecuali hanya untuk makan.
Langganan:
Postingan (Atom)