Kamis, 29 Agustus 2013

[Kopi instan & cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak] Mengulik nostalgia di Pesantren.


Kopi, seolah memang telah menjadi teman hidup saya, dari kecil sampe sudah berumah tangga menjadi emak-emak sekarang. Sehari tak berjumpa aromanya saja seolah hilang semangat dan kepala nyut-nyutan. Orang kampung saya bilang itu namanya 'ndakik' alias kecanduan. Ya emang nyandu sih, tapi inysaAllah nggak apa-apa, lambung saya baik-baik saja sampai saat ini karena saya meminumnya pun menjaga jangan sampai berlebihan.

Saya mempunyai begitu banyak cerita yang mengiringi momen-momen manis saya bersama kopi. Dan terkadang dengan menyesap kembali kopi yang sama, atau bahkan hanya dengan melihat bungkus mereknya saja saya seolah terbawa kembali mengarungi kenangan manis itu. Salah satunya adalah bersama “Kopi instan & cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak”



Kopi itu membuat saya terkenang kembali pada masa-masa indah dulu saat masih unyu-unyu^^. Saat masih menimba ilmu di Pesantren. Menjadi seorang santriputri yang penuh aktifitas, semangat dan juga keceriaan bersama sahabat-sahabat senasib seperjuangan.

Di pesantren itu kami santri-santri diwajibkan menghafal pelajaran yang diringkaskan melalui syair-syair berbahasa arab. Jadi semacam kata kunci untuk menjabarkan sebuah bab pelajaran-pelajaran agama. Ulama-ulama’ zaman dahulu meringkasnya dalam syair-syair yang runut dan mudah dihafalkan dengan cara dinyanyikan dengan irama tertentu. 


Nah untuk keperluan setor hafalan itulah saya dan teman-teman jadi sering ngopi di malam hari, sebagai usaha agar tidak diserang kantuk saat menghafal. Kopi instan & cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak seringkali menjadi pilihan saya. Karena banyak sekali varian rasanya. Sehingga setiap hari bisa menikmati rasa yang beda-beda, seru dan jadi tidak membosankan.

Di pesantren tuh ribet kalau punya wadah semacam gelas atau cangkir. Jadi seringnya kalau beli kopi itu ditaruh plastik trus dikasih sedotan. Kemudian tak lupa juga membawa jagung goreng alias marning sebagai cemilan awet. Komplit sudah perbekalan untuk membuat kami kuat melek, menghafal dan belajar namun juga diselingi ngobrol dan bercanda sana sini hehe.... 

Foto jadul saya saat masih jadi santriputri. 


Duuuh, kenangan banget. Setelah tak lagi di pesantren kemudian berkeluarga dan punya anak-anak, sering sekali rasa rindu itu datang. Rindu pada suasana pesantren yang penuh kebersamaan. Kadang saya mengobati rindu itu dengan kembali meminum "Kopi instan & cappuccino Good Day, kopigaul paling enak”. Karena kopi good day ini mudah didapat dimana saja, meski di kampung saya yang notabenenya.. lumayan terpencil.

Saya ingat dulu pernah saat kiriman dari orang sedang menipis, saya makan patungan bareng seorang teman sekamar. Nasi itu kami simpan untuk makan malam usai acara Muhadhoroh[1], namun na’as nasib kami, teman saya yang membawa nasi itu kesandung dan nasinya tumpah. Hiks.. padahal sungguh uang kami tinggal sedikit. Kami cekikikan menertawakan malangnya nasib kami malam itu, dan dengan tertawa sambil nangis kami memunguti nasi bagian atas yang belum kena kotor untuk tetap memakannya.

Hidup ini sungguh banyak rasa, dan rindu yang saya rasakan itu seperti meringkuk dibalik selimut saat musim salju. Lupa menaruh korek api dan bingung saat akan menyalakan perapian untuk menghangatkan badan. Meskipun "Kopi instan &cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak” itu bisa sesekali menjadi korek api penghangatnya, dan zaman internet juga telah mempertemukan saya kembali dengan teman-teman pesantren saya dalam sosial media facebook. Namun saya juga tetap berusaha untuk mewujudkan pertemuan secara fisik. Meluangkan waktu, tenaga dan juga biaya untuk hadir kembali ke pesantren pada saat acara haul yang diadakan setiap tahunnya. Acara tersebut juga menjadi ajang reuni sesama santri, karena kebanyakan alumni juga sama hadir untuk sowan silaturrahmi ke guru-guru kami.

Suka sekali dengan good day dengan es yang dikocok...


Senang sekali rasanya setelah hampir 5 tahun lamanya tak berkunjung akhirnya kemarin saya bisa hadir kembali ke pesantren. Naik sepeda motor bersama suami dengan rute pegunungan yang naik turun, dari Jombang ke Tuban. sowan kembali dengan bunyai, ustadzah-ustadzah dan tentu saja teman-teman yang juga sudah sama berkeluarga, punya anak-anak. Rasanya seperti ikut menjadi ledakan petasan warna warni dia angkasa, senaaaaang banget. 

Acara Haul pesantren, sowan silaturrahmi ke Bunyai, Pengasuh dan guru di pesantren dulu...

Sayang sekali saat itu saya tak bertemu dengan Hevi, teman patungan makan yang saya ceritakan di atas. Andai saja ketemu pasti akan saya ajak makan dan ngopi bareng lagi seperti dulu. Dan dia pasti akan komen..."Mbak ini nggak berubah ya.... kopiiii maniaaa" hehe... Semoga haul tahun depan berkesempatan datang lagi ke pesantren. Amiiin..

Saya kembali kerumah dan tetap menyimpan kenangan manis itu selamanya, dan sesekali menuliskannya di Blog kesayangan saya ini. Kisah-kisah indah seputar dunia santri yang tak akan terlupa. Menulis, ngeblog tentu saja sambil ngopi^^..
***

Espreso, teman ngeblog.




Good Day Hangat ala saya juga ^^




[1] Sebuah acara ajang unjuk kebolehan bakat-bakat santri, biasanya dilakukan pada selasa malam di aula atau mushola. Ada yang sholawatan, puisi dan juga pidato.

1 komentar:

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...