Rabu, 24 April 2013

Mencintai dengan cara kami.




"Hobi pean apa?" Tanyanya di sms, beberapa waktu sebelum menikah.
"Hmm.. menulis, aku pengen sekali jadi penulis, pean mau kan mendukungku?" jawabku sembari mengimbuhi dengan balik nanya. 
"InsyaAllah aku dukung sebisanya.." jawabnya, masih dengan sms pada hape jadul kami.
.....
Usai smsan aku mengembalikan hape tak berwarna itu kepada bapak. Hape yang jaman dulu sudah sangat mewah di rumah kami, dan hanya bapak yang punya, saya belum pernah membayangkan bakal bisa pegang hape sendiri. Rasanya amat terlalu mewah.

Saya dan suami hanya sempat berkenalan dan sms-an kurang lebih sebulan saja sebelum menikah. Itu juga dengan memakai hape bapak saya, dan sungguh masih sangat gapteknya saya dulu belum bisa mematikan nada pesan masuk mengubah menjadi getar, untungnya sih sudah mengerti cara menghapus pesan-pesan beruntun kami supaya tidak dibaca bapak hehehe.. (tahun berapa sih, bu nikahnya? ntar ya, baca dulu lanjutan cerita saya ^^).

Dan setelah menikah, saya sih tak begitu menagih apa-apa janji suami saya tentang dukungan menulis itu. Tahu diri dengan melihat kenyataan bahwa perekonomian kami jauh dari kata 'stabil'. Untuk menambah modal usaha suami yang wiraswasta, saya harus mengikhlaskan komputer yang belum setengah tahun dibelikan bapak harus dijual, namun ternyata usaha yang dibangun gagal dan malah meninggalkan jejak hutang yang membuat kami susah payah untuk membayarnya. Tak apa-apa lah saya tak lagi mengharap komputer itu kembali, sudah saya fokus momong anak saja deh. Pikir saya, saya melupakan mimpi saya itu meski sesekali masih mengisi waktu dengan coret-coret di dalam buku dan menyimpannya di lemari. 

Saya  lupa dan tak lagi peduli, namun ternyata suami saya tidak lupa, setelah bertahun berlalu dengan kerja keras suami, menabung sedikit demi sedkit, suami saya berhasil menghadiahi saya sebuah netbook mungil.
'Buat pean.. agar bisa kembali menulis," ihiks.. haru dong... setelah saya punya dua bocah kecil dia masih ingat dengan keinginan saya itu.

Berselang tahun (selalu ditepatkan pada hari lahir saya.. sok niru acara di tivi gitu), dia juga menghadiahi saya sebuah printer, katanya agar tak lagi wira wiri ngeprint naskah ke warnet kalau mau ikut lomba nulis.


Ruang menulis saya, kursinya sering berfungsi juga sebagai sampiran jilbab dan kerudung, kadang juga baju atau jaket hehe.. 


Dan yang tak kalah penting untuk istrinya yang pelupa, suka kelewat detlen dan lupa tanggal, dia membelikan saya kalender khusus tanpa gambar, hanya berisi angka-angka besar, ada notes di pinggirannya tempat saya menulis detlen event-event yang sedang saya incar. 




Pelengkap lagi, untuk senjata saya sebagai penulis freelance agar tak ketinggalan info dan mudah mencari refrensi tulisan, saya juga dilengkapi dengan modem yang selalu terisi pulsa unlimited tanpa pernah telat. Lagi-lagi dari dia yang tak pernah meminta balik modal saat saya berhasil mengantongi rupiah dari hasil menari jemari (yang sebagian besar juga mengambil waktu-waktu yang idealnya adalah untuk pelayanan terhadapnya... huhu jangan meniru saya ya!).

Menerima semua itu saya hanya bisa berucap syukur dan yakin bahwa itulah caranya mencintai saya, dia yang tak pernah berkata-kata mesra. Dia yang tak pernah mau ikut meramaikan dunia maya meski kadang saya paksa (kadang dalam petualang di dunia maya saya merasa sangat sendirian dan ingin banget ditemani suami, tapi dia tidak mau, kuatir tidak bisa bermanfaat. Katanya.. 'cukup saya saja yang bisa memanfaatkannya').

Bahkan ketika saya sedang hilang semangat, hilang mood karena macet ide, kecewa, terpuruk atau semacamnya dikarenakan kalah lomba yang sudah saya upayakan maksimal. Sering saya patah arang dan ingin berhenti menulis, saya terkadang menumpahkan kedumel gerundel pada dia, gemas mencubit dan geram sambil berkata dengan putus asa "sudah Mas jangan isi lagi modemku.. rugi gak pernah lagi menghasilkan apa-apa". Dengan bahasa biasa banget dia jawab "kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.. sabar!" dan dia masih juga ngisi modemnya. Hadeeeh, jadi ya gitu deeeh saya kan eman-eman kalau nggak digunakan onlen hehehe. Jadi kadang ada teman menilai saya calm down, terlihat tenang dan santai saat kalah lomba padahal sebenarnya saya jaim saja, lha wong numpahin sebelnya sudah sama yang dirumah, sama suami saya hehehe. 

Begitulah caranya mencintai saya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya saya ingin berterimakasih sedalam-dalamnya. Saya membalasnya dengan cara saya mencintainya, saya berusaha berjanji pada diri sendiri agar dimanapun untuk menjadi 'pakaian'nya menutupi apa-apa kekurangan pada dirinya dan juga keluarganya, dari mulut saya di dunia nyata ataupun dari jemari saya di dunia maya. Dia bukan malaikat tapi dia sudah berusaha menjadi 'pakaian yang nyaman' untuk saya. Maka saya pun harusnya seperti itu bukan?

Pakaian fungsinya adalah mempercantik, memberikan keamanan dan kenyamanan sekaligus menutupi segala kekurangan pemakainya. Itu yang saya ketahui prihal prinsip hubungan suami istri dan berusaha mempraktekkannya dalam perjalanan rumah tangga kami.


Semoga sakinah ya :)



Anak-anak kami, Fahri dan Zahra. Semoga salih salihah ya :)

Dan Alhamdulillah Rumah tangga kami sudah melewati 8 tahun perjalanan sejak tanggal 8 Maret lalu. tepatnya kami menikah taggal 27 Muharam1426. Beda beberapa bulan sedikit dengan empunya gawe Give Away Wedding Anniversary ke-8 Naqiyyah Syam. Yups.. jadi postingan ini diikutkan dalam GAnya beliau.

Happy Wedding Anniversary ke-8  buat mbak Naqi, semoga sakinah mawaddah wa rahmah, bersama kita terus sama-sama belajar menjadi 'pakaian' untuk pasangan kita masing-masing ya mbak. Amiiin 

***


Footnote :
Pean : kependekan dari sampean artinya kamu dalam bahasa jawa, panggilan kesayangan buat kakak pada adeknya, teman pada temannya sepantaran atau ya seperti kami suami istri yang menganggap pasangannya teman atau pathner.

4 komentar:

  1. Semoga menang ya! Semoga rumah tangganya juga dimenangkan oleh Allah SWT hingga kelak menjadi pasangan di Surga nanti. Insya Allah :)

    Saya gak ikutan itu dia kelewat Deadline :(

    BalasHapus
  2. subhanallahu suaminya pengertian kali ya mba. semoga langgeng selamanya :)

    BalasHapus
  3. makasih doanya mbak lina n mbak windi.. amiiiin :)

    BalasHapus
  4. Met Milad juga ya,aiih senang baca kisahnya, teduh sekali, terima kasih Binta sudah ikut serta.

    BalasHapus

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...