Jumat, 01 Maret 2013

[Review Buku] Tiga matahari

Novel berjudul tiga matahari adalah novel ke sekian dari beberapa novel yang saya baca dengan setting pesantren.

Setelah kang Ayat-ayat cinta dari kang abik, Negeri 5 menara dari Ahmad Fuadi, sekarang muncul lagi novel dengan penggambaran ruh pesantren yang ditulis oleh Akhi Prito Widiarto. 

Novel ini menceritakan tentang 3 orang anak manusia yang masing-masing mempunyai tabir rahasia langit dan terbuka sedikit-demi sedikit dalam perjalanan alurnya. Ditulis dengan alur flash back dan eksplorasi diksi-diksi yang berirama sastra yang agamis, romantis dan juga bahasa-bahasa gaul yang zaman sekarang eksis

Tokoh sentralnya adalah Fajar, Fajrin dan Amar.  Dibuka dengan konfilk tentang penggusuran sebuah kampung di daerah Tasikmalaya oleh sebuah perusahaan yang kongkalingkong dengan pejabat daerah setempat. 

Fajar yang terlahir dengan mata buta sebelah adalah berasal dari keluarga pengungsi dari kampung yang tergusur, sementara Fajrin adalah anak dari pemilik perusahaan yang menggusur warga kampung Fajar. Kemudian Amar adalah teman selorong mereka yang dipertemukan dalam pesantren Mathla'ul Huda. 

Cerita mengalun runut dan asyik saat menceritakan sisi kehidupan Fajar dan keluarganya. Saya sempat menitikkan air mata saat membaca konfilk Fajar dengan ayahnya. Namun sayang pada bagian Amar dan Fajrin agak beberapa hal yang samar dan meloncat-loncat. Konfliknya juga saya menyangka akan terus berlanjut karena pada bagian awal kentara sekali Bapaknya Fajar dan Ayahnya Fajrin saling bersebrangan. nyata sekali ada konflik yang bisa jadi alasan mereka saling membenci. Yaaa... berarti tebakan saya emang salah sih tentang alurnya (terserah yang nulis doong hehe..). Pada kelanjutannya Ketiga anak itu malah menjadi sahabat dekat di pesantren, sama-sama menyukai puisi dan menatap langit. 

Deskripsi setingnya kental dan terasa sekali, karena memang penulis asli berasal dari jawa barat sehingga bis menjelaskan seluk beluknya dengan detail. 
Pesan moralnya juga terasa menyejukkan tentang semangat menaklukkan keterbatasan dan berusaha menerima dengan penuh syukur atas segala rahasia langit yang teka tekinya bisa kita kuak setiap saat dan di segala tempat. 

Namun saya tetap bertanya-tanya saat menelan ending dan menutup buku. Hmmm.. apa mungkin emang novel ini bersambung, ada sekuel berikutnya..? 


1 komentar:

  1. Syukron Review-nya...
    Semoga memang sekuelnya bisa segera menyusul. Aamiin, Jazakuillah khoir.

    BalasHapus

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...