Rabu, 13 Maret 2013

[Kartunet Kampanye Aksesibilitas tanpa batas] Peduli tapi tidak mengasihani.


Saya baru saja menemukan info tentang lomba dari web Kartunet dengan tema 'Kartunet Kampanye Aksesibilitas tanpa batas'. Pas banget bertepatan saat saya baru saja kehilangan seorang kerabat dekat. Seorang sepupu saya yang menyandang disabilitas.

Disabilitas bukanlah sebuah aib yang harus membuat malu saudara atau orang-orang yang terkait di sekitarnya. Bahkan sesungguhnya melalui penyandang disabilitas kita bisa banyak belajar tentang syukur nikmat sehat dan kelengkapan fungsi panca indera serta semua organ tubuh kita. Dia juga bisa menjadi ladang pahala untuk kita agar dapat membantunya beraktifitas.

Amin Rahmatullah nama saudara sepupu saya. Saya biasa memanggilnya dengan sebutan Mas Amin. Dia terlahir sebagai tuna rungu dan tuna wicara, disamping itu sejak kecil kedua kakinya juga mengalami polio sehingga membentuk huruf X, untuk berjalan pun sulit. Dulu saat kecil saya sering bermain-main dengannya, iseng ikut belajar bahasa isyarat kepada ibunya. Komunikasi yang paling saya hafal adalah gerak tangan memegang anting-anting untuk menyebutkan kata 'ibu' dan memegang bawah hidung (tempat biasanya kumis tumbuh) untuk menyebutkan kata 'ayah'. Mas Amin pernah dipakaikan alat bantu pendengaran, namun ia merasa tak nyaman, kelihatannya telinganya malah terasa sakit dan mengganggunya, sehingga ia merasa lebih nyaman berkomunikasi bahasa isyarat dengan sekeliling untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya.

Gambar berasal dari SINI.


Mas Amin pernah disekolahkan di SDLB dengan diantar jemput ibunya. Dia pandai sekali menggambar, sayang sekali pas ikut sebuah kompetisi dan kalah dia mogok jarang mau lagi menggambar.

Dulu tahun 90an pada acara berita TVRI ada sebuah tayangan di pojok bawah layar TV. Seseorang yang men-translate berita dalam bahasa isyarat tuna rungu. Mas Amin sangat menyukai acara tersebut, dia jadi bisa mengerti berita apa yang sedang ditayangkan. Tidak hanya mereka-reka kejadian seperti melihat film atau sinetron. Sayang sekali sepertinya sekarang tak ada lagi televisi yang menambahkan translate bahasa isyarat tuna rungu  dalam program tayangannya.

Bahasa isyarat tuna rungu dalam penyebutan huruf. Gambar berasal dari SINI.

Pengalaman melihat dari dekat keadaan saudara saya itu, menjadikan saya merasa sependapat dengan program 'Kartunet Kampanye Aksesibilitas tanpa batas'.

Aksesibilitas menjadi salah satu isu yang diperjuangkan kelompok disabilitas dalam menghapus diskriminasi. Menurut program 'Kartunet Kampanye Aksesibilitas tanpa batas', kemudahan akses dalam melakukan berbagai aktivitas amat mendukung kemandirian para penyandang disabilitas. Salah satunya adalah aksesibilitas transportasi dan fasilitas umum. Untuk mempromosikan hal tersebut di kalangan masyarakat, maka kartunet Community Indonesia (Kartunet.com) ASEAN blogger Community dan Kementrian Luar Negeri RI menyelenggarakan sebuah sharing dan diskusi di gedung pusdiklat, Kemenlu RI (info selengkapnya dapat dibaca diSINI).

Penerjemah berita penyandang disabilitas tuna rungu adalah sebuah aksesibilitas dan kenyamanan fasilitas publik yang bisa dirasakan penyandang disabilitas tersebut, agar dapat merasakan layanan yang sama seperti masyarakat normal pada umumnya. Karena semua manusia yang hidup di negeri ini adalah warga negara yang sepatutnya mendapatkan hak yang sama. Saya sangat menyayangkan melihat faktanya sekarang tak ada satupun chanel televisi yang menggunakannya di dalam satu saja acaranya.

Meski Indonesia memilik Undang-Undang[1] yang mengatur tentang penyandang disabilitas, kenyataan di lapangan ternyata tak terlalu serius direalisasikan. Hak yang seharusnya bisa dinikmati secara merata baik yang normal atau penyandang disabilitas ternyata hanya 'boleh' diambil oleh orang normal, sering sekali saya baca dan melihat berita tentang diskriminasi penerimaan kerja di perusahaan-perusahaan bahwa mereka lebih melihat dan memilih orang normal dari pada penyandang disabilitas meskipun secara prestasi dan keahlian bisa dikatakan seimbang atau malah penyandang disabilitas yang lebih bagus.

Di gaza palestina ada sebuah restoran yang dikelola oleh pekerja tuna rungu.  Para pramuwisma dan koki menggunakan bahasa isyarat. Subhanallah.
Gambar berasal dari SINI.


Perasaan simpati dan empati saya terhadap penyandang disabilitas terkadang membuahkan harapan yang sangat atas perhatian pemerintah sekaligus masyarakat terhadap masalah aksesibilitas ini, karena pada dasarnya mereka tak hanya butuh untuk dikasihani dan dibantu terus menerus, mereka pun sejatinya ingin mandiri, tidak merepotkan orang lain dan dianggap atau diperlakukan sebagai orang normal.

Diantara para penyandang disabilitas ini memang ada yang masih bisa berusaha mandiri (ketika ia didukung dan senantiasa diberikan semangat oleh orang di sekelilingnya), seperti tuna rungu yang masih bisa menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi, tangan kakinya masih lengkap untuk beraktifitas menunaikan hajat-hajat penting untuk kelangsungan hidupnya. Kemuddian tuna netra yang masih bisa menajamkan indera yang lain dan beraktivitas dengan bantuan tongkat. Ada juga orang-orang yang kehilangan atau rusak salah satu organ geraknya seperti tangan dan kaki masih bisa mengotimalkan fungsi organ lain untuk menggantikannya. Namun ada juga penyandang disabilitas yang tidak bisa mandiri seperti tuna grahita, tuna daksa, tuna ganda dan penyandang kelainan bawaan yang menyebabkan tidak bisa melakukan aktifitas tanpa dibantu orang lain. Kedua macam penyandang disabilitas itu sama-sama tak bisa memilih atas apa yang terjadi pada dirinya, melihat mereka selayaknya harus membuat kita selalu malu jika lupa bersyukur dan berterima kasih kepada sang pencipta.

Meskipun tercipta istimewa, para penyandang disabilitas itu mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap sesama manusia pun terhadap Tuhan yang menciptakannya. Keterbatasan seharusnya bukan penghalang untuk dapat mengakses pelayanan publik, kesempatan memperoleh pendidikan dan pekerjaan serta partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan, politik dan segala aspek kehidupan sehari-hari.

Kembali lagi ke cerita sepupu saya...
Pendidikan Mas Amin hanya sampai SMP. Setelah itu hanya berdiam di rumah, sesekali ikut pergi-pergi rekreasi atau silaturrahmi kerumah kerabat ketika sekeluarga keluar mengendarai mobil. Waktu yang mengantarkan kami menjadi semakin bertambah umur menjadikanku kurang aktif berkomunikasi lagi dengan sepupu saya itu, saya asyik dengan kehidupan saya sendiri, di sekolah, kemudian di pesantren hingga menikah dan mempunyai anak-anak. Tentu saja kami masih sering bertemu namun tak lagi bermain-main bersama seperti masa kecil, komunikasi bahasa isyarat yang pernah saya kuasai sudah hilang dari ingatan, yang masih tersisa hanya gerak tangan di anting-anting dan tempat kumis saja yang kerap saya gunakan untuk menanyakan apakah ayah atau ibunya ada di rumah.

Sungguh luput dari naluri saya bahwa penyandang disabilitas seperti sepupu saya itu juga butuh ngobrol-ngobrol, bercanda, curhat dan saling cerita tentang isi hati dan pikirannya.

Bertambah usia lagi, keadaan kaki Mas Amin yang berbentuk huruf X itu semakin mengecil, sementara berat badannya semakin bertambah. Sehingga untuk berjalan ia semakin kesulitan. Ditambah lagi mulai sering terkena serangan darah tinggi dan juga stroke ringan. Beberapa kali dirawat di rumah sakit dengan keluhan di perutnya, dengan bahasa isyarat berkali-kali ia menunjuk-nunjuk perutnya minta dibedah (dioperasi). Semakin hari keadaanya semakin menyedihkan, dia sudah tak mampu lagi berjalan. Sang Ibu harus memampah bahkan menggendong di punggungnya ketika mengantar Mas Amin ke kamar mandi. Subhanallah kasih sayang ibu tak lekang didera kepayahan kelelahan merawat anaknya itu.

Dan hari-hari terakhir di rumah sakit saya sempat menjenguk. Semua orang yang menjenguk dimintai salaman  isyarat meminta maaf. MasyaAllah, semua kerabat dan teman berkunjung dan dimintai maaf setelah itu sepupu saya menghembuskan nafas terakhir dua hari setelah saya menjenguknya.

Selamat jalan Mas Amin Rahmatullah, semoga Allah selalu merahmatimu.. Amiiiin.
Dan semoga masyarakat kita semakin berempati, dan mendukung gerakan-gerakan sosial semacam 'Kartunet Kampanye Aksesibilitas tanpa batas' yang membantu kemudahan para penyandang disabilitas untuk bersosialisasi selayak manusia normal. Membantu yang tak sekedar mengasihani namun mengusahakan akses untuk mereka agar bisa mandiri, bersemangat, berbahagia bahkan berprestasi. Amiiin..

Tulisan ini memang untuk diikutkan kontes (terpilih atau tidak adalah urusan kemurahan dari Sang pengatur rezeki), namun juga saya dedikasikan untuk para sahabat disabilitas yang pernah saya temui secara nyata dalam kehidupan saya (saya pernah menuliskan beberapa kisahnya diSINI) atau juga sahabat disabilitas lain dimanapun berada.

***

Referensi :
1. http://www.kartunet.com/
2. http://apel-pagi.koranpendidikan.com/view/1060/aksesibilitas-untuk-disabilitas.html
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Disabilitas.

Footnote :
[1] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (disabilitas) bertujuan untuk menciptakan/agar:
-Upaya peningkatan kesejahteraan social penyandang cacat berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
-Setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.



Tulisan ini diikutkan dalam lomba 'Kartunet Kampanye Aksesibiltas tanpa batas'





26 komentar:

  1. Iya ya Mba, negara kita belum mendukung akses yg baik untuk penyandang disabilitas. Kasihan mereka jd sulit mengembangkan diri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener mbak.. contoh kecilnya ya yg saya sebutkan tadi ttg tak adanya translate tunarungu di acara tivi.. ditiadakan sama sekali, sayang banget

      Hapus
  2. aku jadi ingat de' Rahma (fb: Rahma Frema Aulia) anak dg keistimewaan pandangannya yg terlindung dari hal yg dimurkai "ALLAH yg pinter nyanyi dan trgabung dg band 'Pijar'
    Stiap dengar snandung 'IBU' cipt. Alief Indonesia jadi merinding. Apalagi kalo De' Rahma tampil live.. Wow, golden voice meski masih kelas 6(eh, bener nggk y?)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak penyandang disabilitas dikurangi salah satu fungsi indera/organnya untungnya adalah jd terhindar dosa oleh indera itu ya..
      makasih sdh mampir

      Hapus
  3. SubhanAllah...betul sekali mbak, mereka mempunyai hak yg sama sprti kita yg normal. Terkadang mereka lebih tegar menghadapi hidup ini bahkan memiliki bakat yg luar biasa. Dukungan keluarga sngt penting bagi mereka, mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup bener mbak..
      mari kita dukung mereka semampunya, peduli namun tak melulu mengasihani
      matur suwun sudah mampir meninggalkan jejaknya :)

      Hapus
  4. subhanallah keren nih, semoga menang ya!

    BalasHapus
  5. semoga mas Amin diberi tempat yg sebaik2nya ya mba.
    eh pernah di acara televisi ternyata ada radio yang penyiar dan pekerjanya seua tuna netra lo mba. Kalo dipikir2, kan emang banyak ya pekerjaan yg bisa dilakukan penyandang disabilitas. semoga ke depannya pemerintah lebih memperhatikan kemudahan dan fasilitas umum untuk sodar2 kita itu ya mba ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiin.. makasih doanya buat sepupu saya ya mbak :)
      makasih jg sdh mampir :)

      Hapus
  6. wah, tulisannya kereeen banget :) ngeper ik,mbak aku :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. halah mbak ikut ajaaa yukkk.. tulisanmu juga keren :)

      Hapus
  7. disabilitas seharusnya tetap mendapat hak untuk mendapatkan akses publik ya, mba. moga menang, mba binta :)

    BalasHapus
  8. Tulisannya mencerahkan Mbak Bint..
    Aku jg suka sedih klw melihat fasilitas2 umum yg ga ramah penyandang disabilitas..
    Moga ke depannya akan lebih terpikirkan oleh pemerintah, akses kemudahan bagi penyandang disabilitas..
    Gutlak ya, moga menang lombanya.. aku dah ga prnah lagi ikut2 lomba.. hiks.. rasanya ga sempet teruus.. :'(

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mbak lind.
      amiin atas doanya..
      memang kudu mendahulukan yg lebih penting mbak.. kan sayanya nganggur dan bisanya nulis yg ada ide dan semangatnya. Maka jadilah kalau sedang tersapa ide untuk dituangkan maka usaha ikuuut :)
      smoga mbak linda terus kembali lanjut nulisss mski bukan kejar2an lomba.. I Like tulisannya mbak linda ciyus ^^

      Hapus
  9. kakak kandungku penyandang disabilitas, alhamdulillah bapakku almarhum bagus dalam mendidik dan menfasilitasi kakak tanpa mengasihani. sekarang kakakku udah mandiri, jadi guru sma negeri di magelang, bisa nyetir mobil, udah berkeluarga dan anak udah 2.bapak tau aksesabilitas difabel indonesia terbatas, maka bapak ajarkan banyak hal dan terutama kemandirian serta semangat pantang nyerah.

    sukses mbak binta

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah keren ya mbak mbak ani.. salut sama kakaknya :)

      Hapus
    2. makasih sudah mampir mbak anik... selalu salut dengan penyandang disabilitas (juga keluarga yang medukung dan menyemangatinya) yang bisa menklukkan keterbatasan bahkan berprestasi.. melihat seperti itu jadi malu kalau menjadi normal tapi belum bisa banyak bersyukur dan mengukir prestasi..

      Hapus
  10. sebagai manusia kita hrs saling membantu dlm hal apapun tanpa hrs takut akan kehilangan harta,karena semua hanyalah titipan Tuhan,thanks yah atas pencerahan ini :D

    BalasHapus
  11. Nice Article....
    Good luck ya ^^

    BalasHapus
  12. Review yang bagus... tetep perjuangkan penyandang disabilitas minimal di daerah kita sendiri...ditunggu kunjungan baliknya...

    BalasHapus

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...