Jumat, 12 April 2013

Lijo, Pracangan dan Pasar krempyeng

Ketika ada yang memberikan rangsangan untuk rajin menulis blog, maka saya pun ingin menyambutnya dengan hangat. Saat digelar ajang menulis "8 hari ngeblog" oleh komunitas blogger makassar ANGIN MAMIRI, maka saya menyatakan terlebih dahulu bahwa tulisan ini diikutkan dalam 8 minggu ngeblog bersama anging mammiri, minggu pertama. 

So cekidot ^^..

Jika teman-teman berkunjung ke tempat tinggalku di salah satu sudut kota Jombang (sudutnya kota maknanya kampung^^..), mungkin tak banyak yang bisa saya ceritakan untuk kemudian dijadikan pemikat supaya kalian bisa betah berlama-lama disini. Namun saya tetep pengen cerita hehehe...

Sedikit aktifitas pagi yang bersinggungan dengan orang-orang disekitar saya. Pagi bagi ibu rumah tangga seperti saya pasti lumrahnya bangun kemudian turun ke dapur, kemudian mencari kelengkapan lauk pauk dan sayur ke tukang sayur. Kalau di kampung saya ada 3 macam tukang sayur, yang satu dijajakan keliling namanya Lijo, dan satu lagi tidak dijajakan keliling melainkan hanya digelar di depan rumah sebagai toko kecil khusus bahan dapur namanya Pracangan. Dan ada satu lagi tukang jualan lauk dan bahan dapur yang menggelar dagangannya di pinggiran jalan ramai (biasanya di pojok perempatan tempat lalu lalang orang disediakan angkring bambu oleh warga sekitar untuk tempat duduk-duduk santai sore dan malam hari, juga dibuat tempat ronda saat malam, maka pada pagi harinya kadang dimanfaatkan oleh tukang sayur menggelar dagangannya), nah tukang sayur yang terakhir itu tempat mangkalnya dinamakan pasar krempyeng, ramainya diumpamakan pasar namun hanya sak krempyengan alias sekajab saja sesudah jam tujuh akan kembali sepi dan senyap.

Penampilan Lijo (tukang sayur) di kampung saya kurang lebih seperti ini, dulu banyak yang menggunakan sepeda onthel tapi lijo zaman sekarang lebih banyak yang memakai sepeda motor dengan  rengkek  penuh  bermacam-macam bahan  makanan. Gambar berasal dari SINI.


Saya biasanya belanja di pracangan. Penjual kebutuhan dapur yang memajang dagangan di rumahnya sendiri.  Saya memilih penjual yang datang kulakannya paling pagi.

Rabu, 10 April 2013

Lomba menulis Pertamax edisi 10.30 April dengan tema "Woman of Your Live".


SYARAT & KETENTUAN

  1. Periode dan Penghitungan registrasi peserta baik melalui Twitter, Facebook dimulai pada tanggal 1 April 2013 pukul 07.00 – 21.00 WIB dan selesai pada tanggal 30 April 2013.
  2. Blog Competition akan dilaksanakan dimulai dari tanggal 10 April 2013 hingga 30 April 2013 dengan tema “Woman of Your Life” dikaitkan dengan penggunaan Pertamax.
  3. Minimum jumlah pembelian Pertamax, Pertamax Plus dan/atau Pertamina Dex (Pertamax Series) dalam struk adalah 10 Liter untuk Mobil dan 3 Liter untuk Motor. Struk yang berhak diikutkan hanya periode pembelian di bulan April 2013.
  4. Peserta Twitter wajib untuk mention @PertamaxIND dan memberi hashtag #apaidemu

Selasa, 09 April 2013

Like Mother Like son

Anak selalu nggak jauh beda sama oarang tuanya. Apa tuh pribahasanya? kacang ora ninggal lanjaran atau buah jatuh tak pernah jauh dari pohonnya...

Cerita krucilku hari ini,
Fahri tergopoh-gopoh sarapan, dia agaknya sudah mengerti konsekwensinya kalau terlambat akan kena sangsi disuruh ambil sampah-sampah di halaman sekolah. Saya sibuk meneruskan masak, yang sudah matang cuma nasi dan ayam goreng pemberian Mbah uti sementara belum ada sayur. Sementara Fahri yang sudah mandiri itu mengambil dan memakai baju sendiri, mempersiapkan tas dan sepatunya sendiri dengan sedikit bantuan dan intruksi Ayahnya.

Pas jam setengah tujuh dia berangakt diantara Ayah, sementara saya masih juga berkutat dengan bumbu-bumbu dan kompor.

Tak ada lima menit terdengar suara sepeda Ayah. 'kok cepet banget?' pikir saya. Ternyata ayah kembali lagi bersama Fahri, dia SALAH SERAGAAAAM...

Minggu, 07 April 2013

Memeluk sepenuh waktu pada usia emas.

Usia emas pada lima tahun pertama adalah sesuatu yang tak akan terulang seumur hidup. Sehingga saya ingin berusaha memeluk sepenuh waktu pada anak-anak saya dalam usia tumbuh kembangnya. Melihat perkembangan anak dari menit ke menit saja rasanya sungguh seperti melihat keajaiban-kejaiban baru yang terus dilimpahkan. Rugi sekali rasanya ketika anak kita mulai bisa bicara yang mendengar kata pertamanya adalah orang lain, begitu juga ketika mulai bisa berjalan, ketika bisa melepaskan pegangan jemari kecilnya saat menitah kemudian menyaksikan langkah pertamanya yang masih kaku dan takut-takut jatuh itu kalau bisa saya sebagai ibunya lah yang memberikan pertama kali menyambutnya dengan kata-kata penyemangat "ayo bangkit sayang, jangan takut jatuh!".

Kedua anak saya Fahri dan Zahra alhamdulillah tumbuh normal dan sehat, Fahri mulai bisa berbicara dan berjalan tepat pada usia 13 bulan secara bersamaan. Sedangkan Zahra malah 12 bulan sudah bisa, secara bersamaan juga antara mulai jalan dan bicara.

Fahri dan Zahra


Kecerdasan dalam tumbuh kembang anak sungguh bukanlah karena faktor genetik semata, sebab pengalaman saya dulu sempat ge-er dan nyantai saja saat mertua saya bilang Ayahnya Fahri Zahra dulu 9 bulan sudah bisa berjalan. Wah, banyak yang bilang pasti anak-anak saya juga bisa secepat itu perkembangan 'bisa jalan'nya. Saya senang sekali mendengarnya, namun setelah usia sembilan hingga sepuluh bulan Fahri belum ada tanda-tanda mulai mau berjalan sendiri tanpa dititah (dipegangi jari tangannya), saya mulai panik dan berpikir logis, "Oh ternyata salah kalau tumbuh kembang anak itu bisa terjadi secara genetis tanpa stimulasi dari orang-orang terdekatnya".

Bertemu ubur-ubur cantik di Pulau pasir kenjeran.

Saya melihat ubur-ubur biasanya hanya dari tayangan spongebob. Nggak pernah terbayang untuk pengen melihat wujudnya secara langsung. Entahlah ya nggak penasaran aja, kan udah sering juga lihat di tayangan discovery discoveri yang menampilkan ekosistem binatang-binatang laut.

Namun ceritanya jadi lain saat Fahri berhasil menghafalkan bacaan sholat secara lengkap, Karena dia anak laki-laki ya nggak mungkin lah ngasih kado kalung emas kayak Delisa (itu loh gadis cilik dari aceh yang jadi tokoh novel Tereliye yang kemudian difilmkan). Mbahkungnya Fahri yang nawarin hadiah rekreasi keluarga pengen kemana, terserah maunya Fahri. 

Fahri menjawab ingin ke pantai. Jadilah kami sekeluarga diajak refreshing liburan sekolah dan kuliah adik-adek saya (tante-tantenya Fahri Zahra). Mbahkung mengajak kami ke pantai kenjeran, Surabaya. Dulu-dulunya sudah pernah kesana sih, tapi agak males naik perahu cuman duduk-duduk di pinggir sambil lihat penjaja hiasan dari kerang, belanja warna warni ikan laut kering trus pulang. Tapi berhubung bersama anak-anak kecil, mereka minta naik perahu. Waaah, saya kan agak takut jatuh gitu hihi.. tapi ya gimana lagi, anak-anak saya merengek ya harus mau.

Naik perahu kudu hati-hati banget, karena air sedang pasang jadi perahunya ngambang dan harus turun pake tangga yang rasanya yut yut yut gitu. Adek saya saja sampek parno teriak-teriak ketakutan tapi anaknya (keponakan saya) kekeuh nangis ingin ibunya ikut. 



Naik perahu.

Pikir saya apa sih asyiknya naik perahu? kalau cuma lihat langit dan pantai di pinggir-pinggirnya kan juga bisa.

[Cernak] APEL MERAH YANG SOMBONG.

Alhamdulillah cerpen saya yang dimuat di Koran Konan, Radar Bojonegoro. Dimuat secara bersambung pada edisi 24 dan 31 maret 2013





                              APEL MERAH YANG SOMBONG.


Di atas sebuah meja makan. Dalam keranjang anyaman rotan yang cantik. Beragam buah di tata manis oleh Bik Inah.
Anggur hijau segar, apel merah merona, buah pear, jeruk mandarin, salak pondoh dan pisang ulin (pisang ukuran kecil berwarna kuning yang rasanya lembut dan legit).
“Wah kita berkumpul nih dalam satu tempat....” kata si buah apel sambil melihat-lihat jenis-jenis teman disampingnya.

“Sayang sekali kok nggak di bedakan tempatnya ya sama Bik Inah. Harusnya buah-buahan mahal dan cantik seperti aku dibedakan tempatnya.” si apel melanjutkan bicaranya dengan sombong.
“Kita ini sama kok, sama-sama buah yang mengandung vitamin dan baik untuk kesehatan manusia..” jawab salak.
“Iya sih. Tapi asal kita kan tidak sama. Aku, pear, jeruk mandarin dan anggur merah berasal dari luar negri... tau nggak? luar negri itu jauuuh. Kami di petik dan diterbangkan ke banyak tempat dunia karena kelezatan kami yang luar biasa“ cerita apel makin pongah.
“Dulu pada zaman raja-raja di negri padang pasir. Aku selalu jadi hidangan yang disukai raja lho “sambung si anggur merah menceritakan bahwa dirinya menjadi buah yang zaman dahulu menjadi kesukaan raja raja Arab. Dia ikut-ikutan si apel membanggakan dirinya.

Apel tertawa lebar. Sementara pisang ulin yang asalnya dari kampung jawa dan asli Indonesia menunduk sedih. Ia merasa memang tak pantas berada dalam satu keranjang bersama mereka para buah-buahan mahal. Yang sepertinya punya cerita hebat dan patut untuk dibanggakan.
“Nah sekarang dengarkan ceritaku... !!” sambil batuk-batuk kecil Si buah pear minta didengarkan.
“Kalian tahu kan kalau aku adalah buah yang banyak mengandung air. Sangat menyegarkan, menyehatkan dan kata dokter-dokter yang kerja di laboratorium itu daging buahku sangat bagus untuk menghaluskan kulit“ cerita pear kerena kemarin sempat mendengar perbincangan Bik Inah dengan temannya yang suka baca majalah.

“Dan lagi buah seperti aku ini nggak dijual di sembarang tempat. Dijual di supermarket dan toko buah yang bagus. Beda dengan kalian yang bisa dibeli di pasar pinggir jalan hehehe..”
Pisang ulin semakin sedih. Kalau saja bisa meloncat ia ingin keluar dari tempat itu.
“Aku juga hebat lho. Asalku dari negri china. Negrinya para pendekar jago kungfu hehehe..” jeruk mandarin tak mau kalah.
“Lihat itu salak.... !! sering dengar cerita kan kalau kebanyakan makan salak bisa susah buang air besar. Buang air besar jadi sakit sampai nangis nangis...” si apel kini bukan hanya sombong. Dia mulai menghina dan mencari-cari kejelekan kawannya.
Salak masih tersenyum mendengar perkataan apel.
“Semua makanan kalau kebanyakan pasti tidak baik. Begitu juga kebanyakan makan apel bisa membuat mencret” apel cemberut mendengar jawaban salak.

Ssssst... semua diam.
Meja makan sudah ditata rapi oleh Bik Inah. Semua makanan diletakkan di meja. Nasi, sayur asem, pepes ikan lele, ayam goreng tepung, urap-urap daun singkong, dan setoples kerupuk. Tak ketinggalan pula sekeranjang buah-buahan segar.

Sabtu, 06 April 2013

Harumnya kopi Ermera

Setelah beberapa hari hanya sempat mengintip prolognya, malam ini saya sudah menuntaskan baca buku bersampul kuning itu.

Saya menamakannya sebagai novel yang beraroma harum kopi. Karena membacanya seolah benar-benar bisa mengintip dan mencicipi imajinasi sebuah kampung di lorosae timor leste. Ermera, kampung penghasil kopi dimana sang tokoh Marsela dan Juanito berada. 

Peristiwa referendum di Timor-timor yang menjadi latar kisah antara Marsela dan Juanito. Perbedaan pilihan orang tua menjadikan mereka terpisah oleh jarak dan ketidakpastian atas nasib dan mimpi yang sudah mereka rancang dengan sederhana. Ah, sesederhana apapun sebuah mimpi ketika harus dihancurkan paksa oleh keadaan, tetap saja namanya sakit dan pedih.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...