Selasa, 30 Juli 2013

Bukan Sinisme Ibu Rumah Tangga.

Bismillahirrohmanirrohiim..

Kembali saya menuliskan renungan yang menghampiri batin saya saat Ramadhan ini.
Sebelumnya saya perlu menegaskan dalam sebuah prakata, agar keseluruhan tulisan saya ini nanti tidak dinilai macam-macam, karena mentang-mentang saya ibu rumah tangga kemudian dianggap sebagai sebuah bentuk sinisme terhadap perempuan karier (yang berupa Work at Home Mom atau Work Out Home Mom.. bener nggak sih istilahnya?, ya pokoknya itulah.. saya yakin anda pasti faham lah^^)

Saya pernah mendengar seorang teman perempuan yang meski ibu rumah tangga tapi cakap juga menembus peluang bisnis. Dia seorang kader dakwah.. dia pernah berkata begini : "Zaman sekarang gitu loh, kalau ngandelin suami aja mana bisa?". Padahal posisi suaminya saat itu punya pekerjaan yang cukup mapan. Tapi dia masih merasa belum 'cukup'. Sungguh batas kata 'cukup' dalam kebutuhan hidup itu relatif. Cukup menurut gaya hidup saya belum tentu cukup menurut gaya hidup orang lain.

Sabtu, 20 Juli 2013

Tak Perlu Berkorban Pulsa Sms Untuk Mengungkapkan Cinta...

Rasanya baru kali ini saya benar-benar suka, setuju dan mendukung sebuah tayangan televisi yang bertajuk ajang pencarian bakat. Yang secara terselubung telah membangun sosok-sosok idola baru untuk dipuja masyarakat.

Acara #HafidzIndonesia…

Muhtadi Ahmad (Adi ) 3tahun, Peserta Hafidz Indonesia minggu ke2 sudah lancar hafalan juz ke 30 dalam Alqur'an, beserta tajwid dan tartilnya.. Kereeeeen super duper... gambar berasal dari fanpage Hafidz Indonesia : https://www.facebook.com/pages/Hafidz-indonesia-RCTI/538605456187465?fref=ts


Niat saya semula agar Ramadhan tahun ini menghindari TV, karena melihat iklan-iklan program tayangan yang ditawarkan ya itu-itu saja. Sinetron yang dibungkus suasana religi tapi membosankan, banyak yang seting pesantren tapi kadang adegannya nggak sesuai dengan fakta di pesantren, waktu tayang prime time (bertepatan dengan tarawih), iringan menemani sahur dan berbuka juga kebanyakan komedi dan pagelaran musik yang enggak banget. Kemudian karena disms seorang teman yang menginfokan tentang acara #HafidzIndonesia itu, saya jadi berubah fikiran. Mengecualikan untuk tayangan audisi penghafal qur’an cilik itu.
Subhanallah, setelah benar-benar melihat anak-anak kecil itu melafadzkan alQur’an dengan tajwid dan tartil yang indah sekali. Sesak rasanya dada ini. Haru campur aduk antara rasa kagum, malu, kepengen dan lain-lain.

Kagum karena mereka begitu keciiil namun sudah hafal --- tentu saja siapa yang tidak kagum coba?, hebat dan telaten banget bunda-bunda mereka sehingga bisa membentuk anak-anak yang sedemikian.

Minggu, 14 Juli 2013

Menyambut First day School dengan Sederhana.


Senangnya hari ini sekolah....
Terlihat Semringah si Zahra, sudah hampir dari setengah tahun yang lalu dia pengeeen sekolah, tapi memang saya tak memasukkannya ke PlayGroup, homeskuling aja sama emaknya di rumah (kalau ngajari mengenal huruf, menggambar, menyanyi dan do'a-do'a pendek masih bisa lah emaknya biar jelek gini ^^), karena juga menunda waktu lebih lama bersama dia di rumah hehehe..

Karena Ramadhan, (dan aslinya juga dari pihak sekolah jahit seragam belum rampung, sehingga seragam yang kami terima belum lengkap) Anak-anak dianjurkan memakai busana muslim saja. Dan juga membawa Iqro.

Dan karena ayahnya si Zahra pedagang baju, maka bolehlah ngabil satu yang baru biar dia makin syeneng. Tak apa-apalah karena dipikir-pikir kami belum membelikan tas, sepatu dan apa-apa alat sekolah baru buat Zahra. Ya kami hanya tak ingin membiasakan bahwa setiap ajaran baru harus serba baru. Toh mereka anak-anak saya tak begitu mengerti barang baru atau bekas. Jadi Zahra yang masih pake sepatu bekas sepupunya --yang kebetulan berwarna pink warna favoritnya-- dia tetep seneng aja nggak protes. Kaus kaki juga bekas punya kakanya si Fahri ---bukan bekas karena sudah terpakai sih--- cuman dulu Ayahnya memberikan Fahri kaus kaki salah warna, anak cowok dibeliin warna oranye menyala sama biru campur pink yang cewek banget. Jadi kaus kaki yang gak jadi terpakai itu saya simpan sejak dulu buat Zahra. Dia hepi-hepi saja tuh^^..

Ya maksud saya adalah mengajarkan kesederhanaan sejak awal, smoga kelak bisa mereka mengerti dan menjadi idelaisme dan gaya hidup dalam diri mereka.

Fahri juga enjoy aja tetap memakai tas lama, karena masih ada 2 tas yang kuat dan bahannya belum  ada yg rusak. Masih bisa terpakai kenapa harus beli yang baru? iya kan..

Nah ini dia ekspresi ceria mereka.. saya sama suami gemas mengabadikan gambar mereka.. tadaaa..

Mejeng dulu sebelum berangkat sekolah ^^

Zuhud di Dunia Pena.

Dunia menulis kalau dikatakan sebagai sebuah profesi dan dihubung-hubungkan dengan penghasilan, maka selalu akan terhubung dengan penerbitan dan kelanjutannya adalah reward berupa royalti atau honor-honor tertentu. 

Kita pasti sudah mendengar betapa mencengangkannya jika karya tulis yang dicetak dan dijual kemudian laris manis. Penulisnya bisa kaya raya melebihi kekayaan seorang Ratu Inggris. JK Rowling.. pasti banyak yang sudah tahu tentang fakta cerita tersebut...

Kemarin sore hari-hari awal puasa, saya mendapati acara menarik di sebuah radio. Radio yang dipancarkan di kota kecil kami. Suara Tebu Ireng... disana sembari diperdengarkan lagu-lagu Nasyid dan sholawat nabi, di sela-selanya diceritakan biografi ulama-ulama yang cemerlang. 

Seri yang saya jumpai sedang menceritakan tentang KH Maksum Ali, seorang Kyai kelahiran kota Gresik yang kemudian menimba ilmu kepada KH Hasyim As'ari tebu Ireng. Selanjutnya beliau diambil menantu oleh KH Hasyim dan dan disarankan berdakwah dan mendirikan pesantren di desa Seblak (Lokasinya tak begitu jauh dari Tebu Ireng sendiri, masih satu kecamatan) 

 Kebanyakan ulama' dan pendakwah masa lampau juga menulis buku. Biasanya adalah kitab-kitab rujukan untuk mempermudah para santri belajar agama.

Subhanallah.. kemana saja saya selama ini? heuu.. saya baru ngeh dan tahu bahwa beliau ini adalah pengarang kitab amtsilatut tashrifiyyah, yang oleh para santri lebih familiar disebut sebagai kitab tashrif. Kitab kecil dan paling mendasar dalam memahami tata bahasa arab. Kitab ini dipakai di hampir semua pesantren salaf atau sekolah-sekolah madrasah di seluruh indonesia bahkan negera-negara islam luar negeri --- untuk pegangan dasar pelajaran Shorof, rincian pengenalan jenis kata dalam bahasa arab berbentuk tabel berderet yang kemudian dihafalkan dengan cara dilagukan... fa'ala-- yaf'ulu-- fa'lan-- wa maf'alan... (huaaa sampai sekarang saya belum bisa ngetik dengan huruf arab..hiks hiks)

Rabu, 10 Juli 2013

Dapur Ngebut Ramadhan...

"Dapur kami makin ngebul..
Makin Ngebut.."
Kata penjual kurma

"Dapur kami juga makin ngebyurr"..
Kata penjual baju koko
Juga penjual busana muslimah

Lihat juga mereka bergumam sumringah.
Ustadz-ustadzah ramai diundang tausiyah.
Biduan biduanita menjual nyanyian bertajuk ibadah...
Aktor artis bermain peran berseting pesantren atau tempat pengajian..
Bahkan penjual banyolan pun laris manis,
Dijejalkan pada acara menunggu bedug atau teman makan sahur.
--- Lagi panen berkah niiih!!!
Dapur-dapur kami yang aromanya bertambah meriah...
Order-order kami selaksa banjir yang membuncah..
Ramadhan itu memang.... wow dan wah!!

Eh, dapur siapa lagi kah yang juga semakin ngebut?
Lihat juga produk-produk yang numpang lewat!
Minuman berenergi...
Obat maag..
Mie instan...
Sirup..
Atau sekedar kecap...
Semua dihubung-hubungkan kepada sahur, berbuka dan puasa.

Ramadhan oh Ramadhan..
Sesungguhnya padamulah terbuka sejuta peluang..
Urusan dunia,
Dan urusan Tuhan...
Kau menyambut siapa saja yang meraup peluang,
Jujur untuk seimbang
Pada dua laju yang yang sama-sama menggiurkan
***






Selasa, 25 Juni 2013

Musik asyik versiku, dulu dan sekarang...

Jika berbicara tentang musik. Jujur, sejak jadi emak-emak saya sudah sangat kudeeeet (Intonasi ala Raditya Dika dalam iklan mie instan). Kurang apdeeeet begitulah istilahnya. Yaitu kalian tak akan mendapati diri ini menjadi teman ngobrol yang asyik saat mengobrolkan tentang musik, penyanyi atau ajang-ajang pencarian bakat menyanyi yang sedang dan sangat hangat dibicarakan.

X Factor misalnya... sesungguhnya saya mengerti dan kenal nama Fathin Sidqiya Lubis itu ya dari facebook. Dari status-status yang bertebaran di beranda saat harinya X Factor tayang. Karena memang saya nggak pernah lihat acaranya sih.

Trus kemarin sebelum haflah akhir sanah di sekolah Fahri, sulung saya sempat hafaaal banget sebuah lagu yang liriknya --kira-kira-- begini :

Aku yang dulu bukanlah yang sekarang... euyy
Duli ditendang sekarang ku disayang.. euyyy..
Dulu-dulu-dulu aku menderita...
Sekarang hidupku bahagiaaa...

Cita-citaku menjadi orang kaya.. euyy
.....

Ya kurang lebih seperti itu, entah judulnya atau penyanyinya bertitel 'Tegar'... mohon maklum saya emang bener-bener nggak hafal dan belum pernah lihat tayangan klipnya di televisi (kerjaan saya lebih sering depan lepi ngefacebook or ngeblog daripada nonton tivi ^^). Dan pas acara hari H haflah sekaligus gebyar seni sekolahan ternyata lagu itu dibawakan oleh seorang teman Fahri di atas panggung. Dan biyuuuh.. ternyata semua anak hafal dan ikut menyanyikannya... saya baru ngeh.. eh berarti itu lagu lagi booming ya? segitunyaaaa hehehe.... bener-bener nggak apdet kan ya?!

Tapi tunggu dulu..! kan ceritanya saya lagi nulis buat postingan yang diikutkan lomba tentang musik, yang diadakan oleh grup keren Emak-Emak Blogger bekerjasama dengan LangitMusik. Jadi meskipun sekarang saya emang nggak apdet tentang musik yang lagi trend dan banyak dibicarakan. Tapi dulu saya juga sempat jadi anak nongkrong MTV loh, saat saya masih unyuuu.. coba tebak! saat saya unyu itu tahun berapa? :D
Ya kira-kira tahun 90an deh.. (saya lulus Madrasah Aliyah/SMA tahun 2000).

Dulu sempat suka lihat klip-klip luar negeri tapi sayangnya saya nggak mahir dan fasih ngomong inggris. Heuheu.. jadi ya malu lah sok sok-an nyanyi inggris, jaman itu juga sedang banyak lagu-lagu dari band Malaysia yang populer di Indonesia. Nah saya sangat amat sukaaa dengan lagu-lagu negeri tetangga tersebut. Ada Gerimis Mengundang, lagu sendunya band Slam, vokalisnya ganteng bernama Zamroni Ibrahim *apal banget*, kemudian grup bernama iklim nama vokalisnya Salim.. lagunya Suci Dalam Debu syahdu banget didengarnya. Ada juga lagu Buih Jadi Permadani dari band Exit yang saya sangat suka liriknya, tapi lupa siapa nama vokalisnya. Penyanyi-penyanyi solo seperti Siti Nurhaliza, Ziana Zain, dan lain-lain juga banyak sekali yang saya suka. Irama musik melayu yang khas mendayu-dayu itu cocok sekali dengan selera dengar saya.. rasanya seperti dibelai semilir angin yang gimanaa gitu *lebay :D* Wah bisa dibilang saya suka banyak sekali musik dan lagu-lagu dari orang Malaysia saat itu melebihi musik dari dalam negeri sendiri. Heran juga.. sekarang kok nggak ada ya impor lagu dari sono lagi? apa karena intrik klaim mengklaim kebudayaan yang terjadi beberapa waktu terakhir ini, atau karena main bola musuhan indonesia kalah melulu.... wallahu a'lam sih, nggak usah bahas itu ah. Nggak ada ya sudah nggak apa-apa, saya masih bisa hidup kok hehe...

Gerimis mengundang...
Sumber : Youtube.

Kamis, 20 Juni 2013

Icip-icip Teh Manis Ayah

Ikutan even dari Sariwangi... silahkan mampir ya temans^^.. 
Mohon vote dan komennya jika berkenan disini : http://mari-bicara.com/momen/icip-icip-teh-manis-ayah.html
--------------------------------------------------------------------------

Kami merupakan keluarga yang termasuk banyak punya waktu untuk berkumpul setiap harinya. Kerja suami saya yang wiraswasta hanya sampai jam 12 atau jam 1 siang hari. Anak sulung saya juga sudah pulang sekolah jam 11. Jadi banyak sekali waktu bertemu dan berkumpul. Namun saya tetap mewajibkan berkumpul yang benar-benar berkwalitas dan bisa menautkan hati masing-masing kami dalam kedekatan. Biasanya waktu itu adalah pagi sebelum mereka semua berangkat beraktivitas. Saya menyiapkan semua keperluan mereka. Sarapan dan tak lupa minuman hangat teh sariwangi untuk suami. Susu untuk anak-anak dan kopi untuk saya. Memang beda selera sih, tapi ya lucunya kadang kami saling icip minuman yang lain hehe.. saya dan anak-anak sering ikut icip-icip teh punya Ayah. Dia tak marah asalkan esok dibuatkan di gelas yang lebih besar. Supaya kalau jadi sasaran icip-icip kami, ayah masih punya sisa yang banyak dan bisa puas.


Tak ada istilah tidak menghargai ayah atau suami karena memberikannya sisa icip-icip kami. Karena sudah terjalinnya kasih sayang dan saling percaya diantara kami.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...