Kamis, 07 Februari 2013

Proses KISS, bukan kisah selebritis ^^



Mendapat tugas pada hari promo day dalam sebuah Grup kepenulisan Be A Writer yang saya ikuti di facebook menjadikan saya harus ingat-ingat kembali perjalanan yang dimulai kurang lebih 2 tahun yang lalu. Lama banget ya..

Awal mengenal fesbuk saya sungguh kurang percaya diri mengirim karya yang langsung ke penerbit. Dulu sekedar menuliskan kembali diary lama ke dalam note facebook. Dulu saya nulisnya di buku tulis, agak ngawur sih kadang-kadang buku pelajaran pada halaman paling belakang saya pake nulis :D. Setelah berumah tangga tulisan-tulisan itu saya sortir, yang nggak jelas semacam curhatan cinta galau gitu saya musnahkan (dibakar), kemudian yang menurut saya masih inspiratif dan manfaat saya simpan dengan harapan suatu saat ketika punya komputer akan saya pindah ketik ke dalamnya. (Dulu kan belum punya komputer hehe..). Tulisan Diary yang saya kasih judul KISS itu ternyata masuk dalam tulisan lama yang terselamatkan. sejujurnya saya terinspirasi dari infotaiment yang dulu dibawakan Eko patrio hihi.. tapi saya ubah dikit gitu lah.

Dan untuk sekedar tombo kangen (pengobat rindu) kepada pesantren dan teman-teman yang dulu pernah bersama di pesantren, saya men-tag teman-teman alumni yang ketemu kembali lewat dumay. Wow, senangnya ternyata note-note itu mendapat banyak tanggapan, termasuk oleh penulis senior mbak Jazimah Almuhyi, teman selain dari pesantren. Mereka seolah bernostalgia dalam komen-komennya. Yang tak pernah tahu pesantren antusias pengen tahu hal-hal lainnya. Melihat itu saya jadi semangat melanjutkannya menjadi semacam serial.



Namun tak hanya komen menyenangkan yang saya dapat. Ada juga komen yang menimbulkan diskusi tak menyenangkan, yaitu saat saya menulis tentang tema sariqoh (pencuri). Saya menulis peraturan pesantren tentang ta'ziran bagi santri yang ketahuan mencuri. Ada yang menganggap keterlaluan dan kurang manusiawi. Hmmm.. tapi ya alhamdulillah sih saya bisa menjelaskan bahwa itu adalah aturan yang diterapkan karena kehati-hatian pengasuh kami dalam masalah kejujuran. Menghukum pencuri tidak semena-mena langsung dihukum, ada prosesnya yaitu jika sudah terbukti 1 sampai 2 kali dingatkan oleh pengurus kamar kemudian jika sudah ke3 kalinya akan dihukum pethal (potong rambut secara acak) dan dipulangkan secara tidak hormat alias diusir. Nasehat-nasehat kehati-hatian tentang kejujuran dan kehalalan makanan yang masuk dalam tubuh selalu diulang-ulang.

Lambat laun saya seolah kehabisan ide saat serial itu masih berjumlah 13 atau 14, saya mohon pamit kepada teman-teman untuk mengakhirinya. Namun ternyata audiens (qiqiqi gayanya..) tak mengehndaki saya berhenti, malah beberapa mencarikan saya tema untuk ditulis, teman dari luar pesantren juga banyak yang kasih usul. Alhamdulillah juga dengan begitu saya gak jadi mandeg dan melanjutkan menulis serial tersebut.

Setelah agak banyak, teman saya yang bernama Gus Awy Ameer Qolawun, (yang sedang belajar di Rusaifah Makkah, yang ternyata dekat dengan keluarga pengasuh pesantren tempat saya belajar, yag ternyata ibunya beliau ternyata teman ibu saya.. qiqiqi.. keterangan gak penting ah, maap saya memang suka norak kalau kenalan dan berteman dengan orang yang saya anggap senior) menyarankan untuk dibukukan beneran. Karena gus Awy ini dulunya juga terinspirasi nulis tentang pesantren setelah baca KISS versi saya, judul serial punya beliau adalah : Catatan dari diariku sudah sampai 100 seri dan lebih dahulu terbit menjadi buku. Beliau bilang catatan diarynya itu adiknya KISS masa kakaknya ga mau terbit?. Duuuh serius lho kalau dulu saya orangnya gak pedean, merasa lebih nyaman ikut-ikutan antologi saja dan yang berhubungan dengan penerbit PJnya saja, saya tinggal nunggu jadi doang.

Setelah dipikir-pikir.. ya apa salahnya mencoba? waktu itu saya sudah mentok dengan 27 seri saja sehingga butuh naskah teman untuk menggenapi dan agar terlihat lebih variatif tidak monoton 1 seting tempat saja dari saya. Kemudian saya meminta lewat inbok beberapa teman yang saya tahu latar belakangnya pernah di pesantren (gak berani bikin audisi-audisian.. maluuu). Alhamdulillah dapat pula dari mbak Jazim.

Dengan memberanikan diri (dan tetep didorong-dorong dari belakang lewat inbok, chat, YM dari Gus Awy) saya mengetuk pintu penerbit, 2 kali ditolak, yang pertama alasannya adalah : tidak sesuai visi dan kurang bagus pasarnya. Sedangkan yang kedua alasannya adalah : kalau buku ini beredar kayaknya nanti yang baca malah takut mondokin anaknya. Jiyyah .. glekk banget rasanya dapat jawaban kayak begitu hiks, jadi bertanya-tanya sendiri apa iya penggambaran saya segitu mengerikan? sedih sekali rasanya.

Sekali lagi saya dikompori agar jangan berhenti sampai disitu. katanya, tiap-tiap editor penerbit pasti punya selera yang nggak sama. Saya dibantu direkomendasikan oleh Gus Awy ke editor penerbit Dzikrul hakim, teh Pipiet Senja yang kabarnya sedang mencari naskah tema pesantren. Dan mungkin disitulah jodoh naskah saya. Alhamdulillah.

Namun perjalanan tak langsung ending manis sampai disitu. Ternyata teteh minta saya menulis tambahan beberapa tema sekalgus tips. Wew,.. saya harus jumpalitan lagi deh (lebay.. hehe)

Dan setelah naskah fix semua. Terkirim dan menunggu SPP, yup pengalaman pertama yang membuat saya mengerti proses menerbitkan buku itu seperti ini ya..

Dan jeda waktu dikirim SPP sampai transfer honor memang sangat cepat. Mencari endorser diburu disuruh cepat seolah akan cetak ternyata setahun berikutnya baru terbit cetak. Rasanya seperti yang pernah saya ceritakan, kayak nunggu lahiran anak deh gelisahnya (lebay lagi :D ).

Ada sedikit kekecewaan dan sedihnya, saat endorsment yang saya cari dengan susah payah (dengan ngejar-ngejar penulis senior, dan sowan pada ustadz di pondok) ternyata tidak dicantumkan.. hiks suebell tapi tak bisa berbuat apa-apa. Alahmdulillah sih mereka bisa memaklumi dan memaafkan meski rasa hati ini teteup nggak enak.

Dan sekarang saya sudah bisa bernafas lega. Menatap dan memeluk buku itu, bayi pertama saya ^^.

Dalam bab terima kasih dalam buku mungkin tak dapat saya sebutkan semuanya. Padahal banyak sekali pihak yang membantu semua ini terwujud. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih yang terdalam... (haru asli).

Demikian cerita saya. Nggak terasa ternyata sudah panjaaang, maap.
Semangat terus ya buat teman-teman sesama pemula kayak saya, semoga naskah-naskahnya segera bertemu jodoh, perjalanan bertemu jodohnya memang berliku terkadang acapkali patah hati, namun patah hati itu menjadi pengalaman berharga yang membuat kita semakin tahan banting atas kegagalan dan penolakan. InsyaAllah.


8 komentar:

  1. pengalaman yang menyenangkan. penuh lika liku dan layak unuk di kenang... semangat menulis :D
    salam kenal mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga vanisa :)
      yuk semangat menulis slalu..

      Hapus
  2. Mudah-mudahan jadi inspirasi untuk yang ingin jadi penulis, seperti aku, mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. smangat menulis ya mayya.. makasih telah berkunjung. salam kenal :)

      Hapus
  3. Ditolak sekali ato dua kali oleh penerbit jadi pengalaman penting ya, Mbak, hehe.... akhirnya... alhamdulillaah....! Ikut seneng rasanya saya membacanya. Semoga bukunya menginspirasi banyak pembaca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. matur suwun pak azzet.. amiin atas pandungane :)

      Hapus
  4. menarik banget pengalamannya mbak.. jadi masukan berharga buat saya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih sudah berkunjung dan baca mbak.. salam kenal :)

      Hapus

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...