Kamis, 10 Mei 2012

Cita-cita, mimpi, ataukah sekedar setumpuk rencana?

Cita-citaku? dulu waktu masih kecil aku sempat bingung ketika jika akan mengisi kolom cita-cita yang di ikuti dengan tanda baca titik dua. Sering pula ditanyakan apa cita-citamu setelah dewasa?
Jawaban umum dari bibir anak-anak itu biasanya : ingin menjadi dokter, ingin menjadi guru, ingin menjadi polisi, Pilot, dan beragam profesi-profesi hebat yang lain.
Namun meski masih kecil aku sudah berpikir untuk mengisi kolom-kolom itu secara jujur dan mantap. Tak sekedar asal isi dengan sebutan-sebutan keren (yang ternyata kenyataan setelah dewasa sungguh sangat tidak mudah menggapainya). Pengen jadi dokter tapi aku takut jarum suntik, ngeri melihat darah dan grogi plus bingung lihat orang kesakitan, rasanya pasti nggak cocok banget jadi doter. Trus, jadi guru... duuh aku orangnya pemalu dan nggak pedean berbicara di depan orang banyak, pasti juga bakal sulit untuk menjadi guru. Lalu, jadi polisi, pilot, artis penyanyi, bintang film? boro-boro.. nggak pengen banget untuk yang itu. Jadi apa yang kutulis pada kolom cita-cita di masa kecil?

Ternyata yang kutulis adalah : ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa dan agama hehehe... dipatikan karena belum nemu yang benar-benar pas sesuai dengan keinginanku tentang cita-cita kalau sudah besar mau jadi apa. Intinya? ya masih bingung lah :D

Melaju ke usia remaja. Selalu saja masih ada tanya tentang cita-cita. Baik melalui bincang santai atau sekedar tuntutan mengisi diary kenang-kenangan untuk teman. Aku masih mencari-cari.. sebenarnya pengen jadi apa sih aku ini? biar enak dan pas kalau ditanya tentang cita-cita.
Kebetulan dulu aku suka menjahit, kemudian terbersit keinginan untuk suatu saat jadi disainer baju-baju muslimah gitu deh. Wah.. mantap kutuliskan nama profesi itu sebagai cita-cita.
Namun sebagai Abege labil dan nemu fakta ternyata nggak semudah itu jalannya. Perlahan aku menghapus cita-cita itu dari otakku.
Ganti lagi, setelah mencoba-coba menulis (pake pulpen sama kertas karena gak ada komputer). Beberapa cerpen yang kutulis ternyata kok teman-teman pada mau baca. Nah jadi terbersit juga mengganti cita-cita menjadi penulis. Agaknya ini cita-cita paling lama tertanam dan kuusahakan mencapai. Karena sungguh menjadi penulis tak perlu meyakinkan orang tua memilih jurusan sekolah. Pun bisa dilakukan sembari melakukan profesi-profesi yang lain. Namun ternyata penyakit tidak pedeanku masih kerap menghampiri.. sok banget sih cita-cita jadi penulis, entahlah. Jadi cita-cita itu aku sembunyikan dibalik nama cita-cita lain. Apa gerangan cita-cita yang dipakai untuksembunyi?

Menjadi ibu rumah tangga yang salihah :D

Boleh dong!

Faktanya sekarang?
Semakin bertambah hari pemikiran semakin bermacam-macam. Ada saja yang dipengeni, seiring perkembangan zaman. Kadang bingung sendiri mana yang jadi cita-cita, mana yang sekedar mimpi atau segebok rencana yang muluk-muluk tanpa realisasi.

Sekarang aku menjadi Ibu rumah tangga dengan 2 orang anak yang sehat dan manis. Kemudian aku juga 'jelek-jelek' gini juga sudah menjadi penulis. Meski masih berupa buku-buku antologi yang isinya ditulis keroyokan bareng beberapa orang. Apa berarti cita-citanya sudah tercapai? tenyata nggak juga. Setiap saat, entah terinspirasi oleh kejadian atau kisah seseorang aku malah mengkoleksi banyak mimpi dan cita-cita lagi. Seperti Cita-cita untuk terus menulis dan menghasilkan karya yang fenomenal, karya yang menginspirasi pembaca, Cita-cita untuk keliling indonesia, bahkan keliling dunia, cita-cita untuk mempunyai usaha bakery atau katering, cita-cita untuk segera mengunjungi tanah suci, cita-cita mempunyai anak-anak yang menghafal alqur'an, cita-cita untuk bisa merawat dan menyekolahkan anak yatim, Cita-cita untuk mengkoleksi buanyak buku dan membuka perpustakaan di kampung yang kutinggali. Cita-cita untuk datang dan ke negeri bersalju kemudian menyentuh dan melihatnya dari dekat. Dan banyaaaak lagi...
Ah sekali lagi. Itulah deretan daftar yang kutulis.. yang meski tetap berusaha kuraih. Namun kadang juga masih sering bertanya-tanya pada diri sendiri apakah deretan keinginan itu dinamakan cita-cita, cuma selintas mimpi atau sekedar tumpukan rencana?





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...