Minggu, 04 Agustus 2013

Marmut...



Suatu senja, saatnya berbuka puasa..
Ayahnya Fahri yang tadinya berangkat ke musholla tiba-tiba balik pulang dengan membawa seekor marmut kecil dan menunjukkannya kepada Zahra.
"Digigit kucing, dibawa lari-lari terus kuambil.. kasiyan.." certa suami saya.
Wew.. jadi kami kontan memeliharanya meskipun tak punya kandang. Suami saya menaruh marmut kecil itu di dalam kardus, dan saya memberi makanan apa adanya, mengambilkan sayuran yang tersedia di kulkas, waktu itu adanya cuma sawi putih.

Sembari tanya-tanya ke tetangga, cari info siapa yang punya piaraan marmut, hewan kecil itu tetap berada di rumah kami. Lucu sekali ya ternyata dia.. kalau dilihat dan ditungguin dia diem saja.. entah malu entah takut. Tapi kalau ditinggal pergi diam-diam dia mau maem dan bergerak-gerak.. "Krauks.. krauks" gitu suaranya. Mirip seperti novel anak-anak -Petualangan Ciki Kelinci- punya mbak Shabrina WS.

Sabtu, 03 Agustus 2013

Tak Ada yang Instan kecuali Mie...

Ramadhan hampir saja berakhir ya...
10 hari terakhir serasa semakin berat. Suasana 10 hari terakhir yang harusnya menjadi ajang pencarian Lailatul Qodar malah semakin sepi peminat. Baris-baris tarawih di musholla depan rumah saya hanya tinggal sebaris aja.. Mirizzz tapi bukan hal yang mudah memang mengubah fakta itu...

Oh ya, ramadhan ini saya masih setia menonton acara #Hafidz Indonesia, yang sore setiap jam setengah tiga itu tetep saya bela-belain sambil masak lari-lari dari dapur ke ruang tengah tempat TV berada, Volume saya kencengin agar kalo kelewat masih bisa dengar suaranya, karena meski ada tayangan ulang selepas sahur saya gak bisa nonton,.. yaa waktu buat ngaji sendiri juga doong.

Dan karena acara tersebut bagi saya tetap menjadi motivasi dan dorongan untuk bercita-cita mempunyai anak-anak yang Hafidz-Hafidzah.

Saya mengidolakan semua peserta. Karena mereka semua hebat. Saya merasa itu bukanlah sebuah kompetisi, meskipun secara kreatifitas pekerja TV itu menampilkan konsepnya seperti persaingan mendapat gelar terbaik dan terhebat. Mengekor kompetisi ajang-ajang pencarian bakat yang sedang marak di sana-sini.

"Cemerlang..! dengarkan baik-baik ya.. perhatikan dengan tenang, agar Cemerlang mendapat rahmat.." Selalu teringat kata-kata Alvin Firmansyah kepada setiap peserta saat akan melakukan tes sambung ayat. Dia adalah si anak hebat penghafal 17 juz yang jadi juri sambung ayat di acara #Hafidz Indonesia tersebut. Anak itu benar-benar mencuri perhatian saya karena suaranya pas ngaji sangat bagus, tajwidnya bagus,  makhrajnya bagus  Langgamnya merdu dan indah.. duuuh Subhanallah, dulu saya sangka penguji ayat itu dari kaset-kaset ngajinya Syaikh arab.. (boleh doong ngefans.. kayak orang-orang lain saat ngefans sama Fatin Sidqia Lubis ^^)


Alvin bersama bunda dan adik-adiknya yang juga penghafal Qur'an.. gambar berasal dari : http://fey777.com/alvin-si-hafidz-cilik-anak-biasa-yang-luar-biasa.html 


Dan setelah saya telusuri, mencari-cari info tentang Alvin itu saya menemukan beberapa hal yang menarik. Diantaranya adalah kisah kesehariannya, yang mana Alvin bukanlah terlahir dari pesantren atau SDIT. Dia sekolah di SD biasa yang pulangnya tak sampai sore hari, masih punya banyak waktu bermain layaknya anak-anak. Subhanallah.. telaten sekali ya orang tuanya.

Selasa, 30 Juli 2013

Bukan Sinisme Ibu Rumah Tangga.

Bismillahirrohmanirrohiim..

Kembali saya menuliskan renungan yang menghampiri batin saya saat Ramadhan ini.
Sebelumnya saya perlu menegaskan dalam sebuah prakata, agar keseluruhan tulisan saya ini nanti tidak dinilai macam-macam, karena mentang-mentang saya ibu rumah tangga kemudian dianggap sebagai sebuah bentuk sinisme terhadap perempuan karier (yang berupa Work at Home Mom atau Work Out Home Mom.. bener nggak sih istilahnya?, ya pokoknya itulah.. saya yakin anda pasti faham lah^^)

Saya pernah mendengar seorang teman perempuan yang meski ibu rumah tangga tapi cakap juga menembus peluang bisnis. Dia seorang kader dakwah.. dia pernah berkata begini : "Zaman sekarang gitu loh, kalau ngandelin suami aja mana bisa?". Padahal posisi suaminya saat itu punya pekerjaan yang cukup mapan. Tapi dia masih merasa belum 'cukup'. Sungguh batas kata 'cukup' dalam kebutuhan hidup itu relatif. Cukup menurut gaya hidup saya belum tentu cukup menurut gaya hidup orang lain.

Sabtu, 20 Juli 2013

Tak Perlu Berkorban Pulsa Sms Untuk Mengungkapkan Cinta...

Rasanya baru kali ini saya benar-benar suka, setuju dan mendukung sebuah tayangan televisi yang bertajuk ajang pencarian bakat. Yang secara terselubung telah membangun sosok-sosok idola baru untuk dipuja masyarakat.

Acara #HafidzIndonesia…

Muhtadi Ahmad (Adi ) 3tahun, Peserta Hafidz Indonesia minggu ke2 sudah lancar hafalan juz ke 30 dalam Alqur'an, beserta tajwid dan tartilnya.. Kereeeeen super duper... gambar berasal dari fanpage Hafidz Indonesia : https://www.facebook.com/pages/Hafidz-indonesia-RCTI/538605456187465?fref=ts


Niat saya semula agar Ramadhan tahun ini menghindari TV, karena melihat iklan-iklan program tayangan yang ditawarkan ya itu-itu saja. Sinetron yang dibungkus suasana religi tapi membosankan, banyak yang seting pesantren tapi kadang adegannya nggak sesuai dengan fakta di pesantren, waktu tayang prime time (bertepatan dengan tarawih), iringan menemani sahur dan berbuka juga kebanyakan komedi dan pagelaran musik yang enggak banget. Kemudian karena disms seorang teman yang menginfokan tentang acara #HafidzIndonesia itu, saya jadi berubah fikiran. Mengecualikan untuk tayangan audisi penghafal qur’an cilik itu.
Subhanallah, setelah benar-benar melihat anak-anak kecil itu melafadzkan alQur’an dengan tajwid dan tartil yang indah sekali. Sesak rasanya dada ini. Haru campur aduk antara rasa kagum, malu, kepengen dan lain-lain.

Kagum karena mereka begitu keciiil namun sudah hafal --- tentu saja siapa yang tidak kagum coba?, hebat dan telaten banget bunda-bunda mereka sehingga bisa membentuk anak-anak yang sedemikian.

Minggu, 14 Juli 2013

Menyambut First day School dengan Sederhana.


Senangnya hari ini sekolah....
Terlihat Semringah si Zahra, sudah hampir dari setengah tahun yang lalu dia pengeeen sekolah, tapi memang saya tak memasukkannya ke PlayGroup, homeskuling aja sama emaknya di rumah (kalau ngajari mengenal huruf, menggambar, menyanyi dan do'a-do'a pendek masih bisa lah emaknya biar jelek gini ^^), karena juga menunda waktu lebih lama bersama dia di rumah hehehe..

Karena Ramadhan, (dan aslinya juga dari pihak sekolah jahit seragam belum rampung, sehingga seragam yang kami terima belum lengkap) Anak-anak dianjurkan memakai busana muslim saja. Dan juga membawa Iqro.

Dan karena ayahnya si Zahra pedagang baju, maka bolehlah ngabil satu yang baru biar dia makin syeneng. Tak apa-apalah karena dipikir-pikir kami belum membelikan tas, sepatu dan apa-apa alat sekolah baru buat Zahra. Ya kami hanya tak ingin membiasakan bahwa setiap ajaran baru harus serba baru. Toh mereka anak-anak saya tak begitu mengerti barang baru atau bekas. Jadi Zahra yang masih pake sepatu bekas sepupunya --yang kebetulan berwarna pink warna favoritnya-- dia tetep seneng aja nggak protes. Kaus kaki juga bekas punya kakanya si Fahri ---bukan bekas karena sudah terpakai sih--- cuman dulu Ayahnya memberikan Fahri kaus kaki salah warna, anak cowok dibeliin warna oranye menyala sama biru campur pink yang cewek banget. Jadi kaus kaki yang gak jadi terpakai itu saya simpan sejak dulu buat Zahra. Dia hepi-hepi saja tuh^^..

Ya maksud saya adalah mengajarkan kesederhanaan sejak awal, smoga kelak bisa mereka mengerti dan menjadi idelaisme dan gaya hidup dalam diri mereka.

Fahri juga enjoy aja tetap memakai tas lama, karena masih ada 2 tas yang kuat dan bahannya belum  ada yg rusak. Masih bisa terpakai kenapa harus beli yang baru? iya kan..

Nah ini dia ekspresi ceria mereka.. saya sama suami gemas mengabadikan gambar mereka.. tadaaa..

Mejeng dulu sebelum berangkat sekolah ^^

Zuhud di Dunia Pena.

Dunia menulis kalau dikatakan sebagai sebuah profesi dan dihubung-hubungkan dengan penghasilan, maka selalu akan terhubung dengan penerbitan dan kelanjutannya adalah reward berupa royalti atau honor-honor tertentu. 

Kita pasti sudah mendengar betapa mencengangkannya jika karya tulis yang dicetak dan dijual kemudian laris manis. Penulisnya bisa kaya raya melebihi kekayaan seorang Ratu Inggris. JK Rowling.. pasti banyak yang sudah tahu tentang fakta cerita tersebut...

Kemarin sore hari-hari awal puasa, saya mendapati acara menarik di sebuah radio. Radio yang dipancarkan di kota kecil kami. Suara Tebu Ireng... disana sembari diperdengarkan lagu-lagu Nasyid dan sholawat nabi, di sela-selanya diceritakan biografi ulama-ulama yang cemerlang. 

Seri yang saya jumpai sedang menceritakan tentang KH Maksum Ali, seorang Kyai kelahiran kota Gresik yang kemudian menimba ilmu kepada KH Hasyim As'ari tebu Ireng. Selanjutnya beliau diambil menantu oleh KH Hasyim dan dan disarankan berdakwah dan mendirikan pesantren di desa Seblak (Lokasinya tak begitu jauh dari Tebu Ireng sendiri, masih satu kecamatan) 

 Kebanyakan ulama' dan pendakwah masa lampau juga menulis buku. Biasanya adalah kitab-kitab rujukan untuk mempermudah para santri belajar agama.

Subhanallah.. kemana saja saya selama ini? heuu.. saya baru ngeh dan tahu bahwa beliau ini adalah pengarang kitab amtsilatut tashrifiyyah, yang oleh para santri lebih familiar disebut sebagai kitab tashrif. Kitab kecil dan paling mendasar dalam memahami tata bahasa arab. Kitab ini dipakai di hampir semua pesantren salaf atau sekolah-sekolah madrasah di seluruh indonesia bahkan negera-negara islam luar negeri --- untuk pegangan dasar pelajaran Shorof, rincian pengenalan jenis kata dalam bahasa arab berbentuk tabel berderet yang kemudian dihafalkan dengan cara dilagukan... fa'ala-- yaf'ulu-- fa'lan-- wa maf'alan... (huaaa sampai sekarang saya belum bisa ngetik dengan huruf arab..hiks hiks)

Rabu, 10 Juli 2013

Dapur Ngebut Ramadhan...

"Dapur kami makin ngebul..
Makin Ngebut.."
Kata penjual kurma

"Dapur kami juga makin ngebyurr"..
Kata penjual baju koko
Juga penjual busana muslimah

Lihat juga mereka bergumam sumringah.
Ustadz-ustadzah ramai diundang tausiyah.
Biduan biduanita menjual nyanyian bertajuk ibadah...
Aktor artis bermain peran berseting pesantren atau tempat pengajian..
Bahkan penjual banyolan pun laris manis,
Dijejalkan pada acara menunggu bedug atau teman makan sahur.
--- Lagi panen berkah niiih!!!
Dapur-dapur kami yang aromanya bertambah meriah...
Order-order kami selaksa banjir yang membuncah..
Ramadhan itu memang.... wow dan wah!!

Eh, dapur siapa lagi kah yang juga semakin ngebut?
Lihat juga produk-produk yang numpang lewat!
Minuman berenergi...
Obat maag..
Mie instan...
Sirup..
Atau sekedar kecap...
Semua dihubung-hubungkan kepada sahur, berbuka dan puasa.

Ramadhan oh Ramadhan..
Sesungguhnya padamulah terbuka sejuta peluang..
Urusan dunia,
Dan urusan Tuhan...
Kau menyambut siapa saja yang meraup peluang,
Jujur untuk seimbang
Pada dua laju yang yang sama-sama menggiurkan
***






LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...