Beberapa hari yang lalu saya sempat merasa jengah dengan sebuah masalah yang terjadi dalam paguyuban (komunitas) wali murid di sekolah anak sulung saya, Fahri.
Masalah pertama, adalah saat anak-anak kami naik kelas 2 MI (SD), salah seorang wali murid mengembalikan buku paket dari sekolah karena menemukan di toko buku dengan harga yang lebih murah. Wali murid tersebut mengkalkulasi selisih harga total buku dari sekolah dan di toko kurang lebih seratusan ribu. Hmm.. padahal jika membeli di sekolah itu boleh dicicil selama 6 bulan (untuk meringankan walimurid yang ekonomi pas-pasan)
Pihak sekolah memang tidak mewajibkan membeli paket buku tersebut, namun selama ini selalu diorganisir oleh guru-guru sekolah.
Masalah kedua terjadi lagi tak lama setelah anak-anak kami menghadapi ulangan harian. Soal-soal yang sudah diberikan nilai oleh guru-guru itu diberikan kepada murid-murid untuk dibawa pulang dan diperlihatkan kepada orang tuanya masing-masing. Kemudian ternyata ada beberapa soal yang kurang teliti mengkoreksinya dari beberapa murid. Hal itu dipermasalahkan dengan agak emosi, sampai-sampai walimurid itu meminta gurunya diganti, tak mau anaknya diajar oleh salah satu guru yang salah koreksi tersebut. Walimurid itu menilai guru tersebut kurang cakap dalam mengajar, dan dia kurang puas.
Masalah pertama, adalah saat anak-anak kami naik kelas 2 MI (SD), salah seorang wali murid mengembalikan buku paket dari sekolah karena menemukan di toko buku dengan harga yang lebih murah. Wali murid tersebut mengkalkulasi selisih harga total buku dari sekolah dan di toko kurang lebih seratusan ribu. Hmm.. padahal jika membeli di sekolah itu boleh dicicil selama 6 bulan (untuk meringankan walimurid yang ekonomi pas-pasan)
Pihak sekolah memang tidak mewajibkan membeli paket buku tersebut, namun selama ini selalu diorganisir oleh guru-guru sekolah.
Masalah kedua terjadi lagi tak lama setelah anak-anak kami menghadapi ulangan harian. Soal-soal yang sudah diberikan nilai oleh guru-guru itu diberikan kepada murid-murid untuk dibawa pulang dan diperlihatkan kepada orang tuanya masing-masing. Kemudian ternyata ada beberapa soal yang kurang teliti mengkoreksinya dari beberapa murid. Hal itu dipermasalahkan dengan agak emosi, sampai-sampai walimurid itu meminta gurunya diganti, tak mau anaknya diajar oleh salah satu guru yang salah koreksi tersebut. Walimurid itu menilai guru tersebut kurang cakap dalam mengajar, dan dia kurang puas.