Selasa, 30 Juli 2013

Bukan Sinisme Ibu Rumah Tangga.

Bismillahirrohmanirrohiim..

Kembali saya menuliskan renungan yang menghampiri batin saya saat Ramadhan ini.
Sebelumnya saya perlu menegaskan dalam sebuah prakata, agar keseluruhan tulisan saya ini nanti tidak dinilai macam-macam, karena mentang-mentang saya ibu rumah tangga kemudian dianggap sebagai sebuah bentuk sinisme terhadap perempuan karier (yang berupa Work at Home Mom atau Work Out Home Mom.. bener nggak sih istilahnya?, ya pokoknya itulah.. saya yakin anda pasti faham lah^^)

Saya pernah mendengar seorang teman perempuan yang meski ibu rumah tangga tapi cakap juga menembus peluang bisnis. Dia seorang kader dakwah.. dia pernah berkata begini : "Zaman sekarang gitu loh, kalau ngandelin suami aja mana bisa?". Padahal posisi suaminya saat itu punya pekerjaan yang cukup mapan. Tapi dia masih merasa belum 'cukup'. Sungguh batas kata 'cukup' dalam kebutuhan hidup itu relatif. Cukup menurut gaya hidup saya belum tentu cukup menurut gaya hidup orang lain.


Duuh.. kok gitu sih?
Ada yang kurang sefaham dengan pemikiran hati saya.
Sependek pengetahuan saya tentang agama. Tak ada masalah (larangan) bagi perempuan bekerja ---apapun tujuannya, berdakwah, eksistensi, memberi manfaat kepada banyak orang dengan ilmu yang dipunyai, menyalurkan hobi atau murni ingin menambah uang untuk bantu suami atau uang saku sendiri---- tapi bagi saya pribadi.. dibalik semua itu yang penting adalah niatnya. Niat bekerja atau berkegiatan apapun untuk menghasilkan rupiah itu niatnya bagaimana? karena bagaimanapun, ketika masih punya suami, dan suami masih bisa kerja, seorang perempuan tak pernah dikenakan kewajiban mencari nafkah. Jadi posisi hasil kerjanya jika digunakan untuk keluarga itu sebatas sebagai 'sedekah'. Nah sedekah itu bisa dengan mudah hilang pahalanya jika diungkit-ungkit.. benar bukan?

Sangat disayangkan bukan, jika sudah capek badan, capek pikiran, dan capek hati menghandel dua urusan. (Urusan rumah tangga tok aja bikin pusing dan capek apalagi ditambah ngurus kerjaan juga. sudah pasti dobel capeknya) tapi semuanya sia-sia di hadapan Allah.

Mungkin kata-kata dari teman saya itu hanya keceplosan saja sih. Toh kader dakwah atau bahkan Bunyai pun juga manusia yang bisa keceplosan bicara. Bisa jadi itu hanya ucapan yang dimaksudkan sebagai obrolan santai dan nggak serius. Namun bagi saya yang mendengarnya terasa sekali itu mengecilkan arti suami, nafkah dari suami.

Betapa lisan itu licin sekali otot-ototnya. Ketika emosi kita sedang kurang stabil kadang yang terucap itu adalah sebuah kesalahan fatal yang tak tersadari. Belum lagi hati ini, hanya kita yang tahu apa yang sedang kita gumamkan di dalam hati sendiri. Tak jauh-jauh lah contohnya, saya sendiri.. Sebagai Ibu rumah tangga saya masih nyambi-nyambi menulis yang alhamdulillah kadang-kadang juga menghasilkan rupiah berupa honor dari media cetak atau honor jual putus sebuah buku. Begitu saja sering terlahir rasa sombong di hati saya, berbangga diri dan merasa bahwa 'kalau nggak gini saya nggak bisa jajan sendiri, menuruti keinginan sendiri..' seolah-olah suami tak pernah memanjakan saya, memberi 'jajan' selain kebutuhan nafkah rumah tangga. Hiks.. astaghfirullah. mengerikan sekali pikiran itu jika sedang menghampiri saya. Padahal saya tahu suami saya sudah optimal berusaha membahagiakan saya dalam segi materi maupun tingkah laku.

Jadi, saya tak bermaksud menggurui siapapun dengan postingan ini. Sungguh maaf jika ada kesan seperti itu. Namun saya hanya ingin menyarankan siapa saja perempuan bekerja untuk merefresh niat sesering mungkin. Jangan sampai terpeleset kata-kata (atau juga tulisan..) yang bisa menjadikan segala capek kita sia-sia. Rugi di hadapan Allah dan sepertinya rugi juga di hadapan manusia.

***


5 komentar:

  1. puk puk puk....
    iya, aku juga pernah digituin sm temen, "kamu enak ya, apa2 bisa sendiri? ga usah minta suami dll" wkwkwkwk, tak tau dia...hahaha

    *kode inget nggak sms-an kita dulu mbak? kqkqkq

    BalasHapus
  2. yap, teruslah saling mengingatkan, mungkin ibu2 yang keceplosan itu belum paham. dulu aku juga suka sensi kalo ibu2 stay at home komen2 nyingung ibu bekerja, tapi ya itu balik lagi ke niat.

    BalasHapus
  3. Aku juga sering lihat ibu2 yg bisa dapat uang sendiri, lalu mengecilkan arti suami. Alhamdulillah skrg aku masih dibiayai suami, jd gak sombong di depannya.

    BalasHapus
  4. Haduh, mo komen apa ya?

    serasa makjlebnya ini, hehe.

    Tapi saya setuju dengan Emak mengenai niatnya. Segala sesuatu memang diawali dengan niat. ^^

    BalasHapus
  5. mbak najma : iy inget ^^
    mbak naqy : yap semua tergantung niat.. :)
    mbak leyla : iya mbak.. usaha gak sombong di depan suami atau didepan orang lain saat membicarakannya :)
    mbk novia : yup smoga manfaat.. makasih sdh mampir ya mbak :)

    BalasHapus

Komentar kamu adalah penyambung silaturrahmi kita, maka jangan ragu meninggalkan jejak :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...