Ketika ada yang memberikan rangsangan untuk rajin menulis blog, maka saya pun ingin menyambutnya dengan hangat. Saat digelar ajang menulis "8 hari ngeblog" oleh komunitas blogger makassar ANGIN MAMIRI, maka saya menyatakan terlebih dahulu bahwa tulisan ini diikutkan dalam 8 minggu ngeblog bersama anging mammiri, minggu pertama.
So cekidot ^^..
Jika teman-teman berkunjung ke tempat tinggalku di salah satu sudut kota Jombang (sudutnya kota maknanya kampung^^..), mungkin tak banyak yang bisa saya ceritakan untuk kemudian dijadikan pemikat supaya kalian bisa betah berlama-lama disini. Namun saya tetep pengen cerita hehehe...
Sedikit aktifitas pagi yang bersinggungan dengan orang-orang disekitar saya. Pagi bagi ibu rumah tangga seperti saya pasti lumrahnya bangun kemudian turun ke dapur, kemudian mencari kelengkapan lauk pauk dan sayur ke tukang sayur. Kalau di kampung saya ada 3 macam tukang sayur, yang satu dijajakan keliling namanya Lijo, dan satu lagi tidak dijajakan keliling melainkan hanya digelar di depan rumah sebagai toko kecil khusus bahan dapur namanya Pracangan. Dan ada satu lagi tukang jualan lauk dan bahan dapur yang menggelar dagangannya di pinggiran jalan ramai (biasanya di pojok perempatan tempat lalu lalang orang disediakan angkring bambu oleh warga sekitar untuk tempat duduk-duduk santai sore dan malam hari, juga dibuat tempat ronda saat malam, maka pada pagi harinya kadang dimanfaatkan oleh tukang sayur menggelar dagangannya), nah tukang sayur yang terakhir itu tempat mangkalnya dinamakan pasar krempyeng, ramainya diumpamakan pasar namun hanya sak krempyengan alias sekajab saja sesudah jam tujuh akan kembali sepi dan senyap.
Saya biasanya belanja di pracangan. Penjual kebutuhan dapur yang memajang dagangan di rumahnya sendiri. Saya memilih penjual yang datang kulakannya paling pagi.
Ada sekelumit kisah yang berseting di pracangan dekat rumah saya. Saat itu kami ibu-ibu seperti biasa memilah milih bahan dapur yang kami butuhkan. Bahan lauk yang tersedia seperti biasanya adalah ayam, daging dan berbagai jenis ikan. Ada ikan segar ada juga ikan yang dijualnya sudah dikukus, ikan laut matang tangkapan nelayan itu biasa dinamakan pindang. Jadi pindang kalau disini bukan nama resep masakan seperti pindang bandeng gitu. Tapi nama ikan kukus yang biasanya dikemas dalam wadah keranjang bambu berbentuk persegi panjang. Ikan pindang biasanya kami masak di goreng biasa, digoreng tepung atau dibuat brengkes (pepes).
Nah ikan pindang itu juga banyak macam-macamnya, ada kelas-kelasnya gitu. Ada pindang buntut merah, yang rasanya paling gurih dan penampakannya biasanya lebih cantik dari pindang-pindang yang lain, ada pindang tongkol biasanya agak hitam dan rasanya sepoh alias tawar, memasaknya harus disuwir-suwir dan dibumbuin, kalau digoreng biasa rasanya agak hambar. Ada pindang bagong bentuknya pipih lebar tapi dagingnya tipis. Ada juga pindang salem rasanya juga gurih seperti buntut merah. Ada lagi pindang juwi, pindang kelas terendah, sisiknya mengkilap dan tebal, sebenarnya gurih tapi durinya agak halus dan banyak jadi jarang dilirik orang meski harganya lebih murah.
Nah, sudah tahu kan jenis-jenis pindang, sekarang baru kisahnya.. (dari tadi sekelumit kisah tapi kok panjang amat yak? Hehe.. maap ). Seperti biasa obrolan ibu-ibu di pracangan adalah saling sapa kemudian ujung-ujungnya berlanjut ke hal lain. Saya sih usaha tidak menanggapi ajakan orang ngerumpi agar tak berlama-lama di tukang sayur, anak dan suami nunggu sarapan gitu loh, namun ketika berbicara tentang menu, utak atik bahan jadi menu masakan saya selalu ikut nimbrung buat cari inspirasi resep baru dari ibu-ibu lain.
"Wah pindang juwi nih..." ucap seorang ibu (tetangga agak jauh) dengan mata berbinar-binar seolah menandakan kalau ia suka banget dengan ikan itu. Saya menimpalinya dengan berbinar juga, pasalnya meski kasta terendah dari golongan pindang tapi rasanya emang gurih sekali.
"Iya, bu.. enak banget itu saya bisanya dibuang sisiknya trus ditepungin, renyah.. enak.." ucap saya tanpa ditanya sok sok berbagi resep gratis hehe.. namun sayang jawaban si ibu tadi jauh dari bayangan saya, saya membayangkan percakapan selanjutnya adalah dia mau bagi-bagi resep lain mengolah pindang juwi selain ditepungin dan digoreng biasa. Tapi jawabannya begini...
"Iya saya sering beli 2 keranjang nih, buat makan kucing saya di rumah..." ucapnya tanpa beban, kemudian sibuk memilih-milih bahan makanan lain dan cuek seribu bebek sama saya, ihiks emak-emak yang makanan favoritnya sama dengan kucing piaraannya. Terlaluuuh....
Owalah ya wislah.. cuman itu sekelumit kisah saya yang 'berkesan' banget dihati ehehe.. tak perlu sakit hati, bikin capek badan. Jadi saya ambil pelajaran moralnya saja, jangan lagi sok akrab ngajak ngobrol soal resep di tukang sayur hihihi. Tanya sapa paling aman adalah bahasa basa basi standar "Mau masak apa, bu hari ini?" yang tetap boleh dilestarikan, selain itu jangan deh, mendingan buru-buru pulang agar bisa segera menyediakan sarapan buat anak-anak dan suami tersayang. Betul nggak ibu ibu..?
***
Maaf, karena tak punya foto-foto hasil bidikan sendiri jadi saya ambilkan dari web lain yang sama persis penampakannya dengan apa-apa yang saya gambarkan lewat postingan ini.
**
Postingan ini disertakan dalam #8MingguNgeblog Anging Mammiri
So cekidot ^^..
Jika teman-teman berkunjung ke tempat tinggalku di salah satu sudut kota Jombang (sudutnya kota maknanya kampung^^..), mungkin tak banyak yang bisa saya ceritakan untuk kemudian dijadikan pemikat supaya kalian bisa betah berlama-lama disini. Namun saya tetep pengen cerita hehehe...
Sedikit aktifitas pagi yang bersinggungan dengan orang-orang disekitar saya. Pagi bagi ibu rumah tangga seperti saya pasti lumrahnya bangun kemudian turun ke dapur, kemudian mencari kelengkapan lauk pauk dan sayur ke tukang sayur. Kalau di kampung saya ada 3 macam tukang sayur, yang satu dijajakan keliling namanya Lijo, dan satu lagi tidak dijajakan keliling melainkan hanya digelar di depan rumah sebagai toko kecil khusus bahan dapur namanya Pracangan. Dan ada satu lagi tukang jualan lauk dan bahan dapur yang menggelar dagangannya di pinggiran jalan ramai (biasanya di pojok perempatan tempat lalu lalang orang disediakan angkring bambu oleh warga sekitar untuk tempat duduk-duduk santai sore dan malam hari, juga dibuat tempat ronda saat malam, maka pada pagi harinya kadang dimanfaatkan oleh tukang sayur menggelar dagangannya), nah tukang sayur yang terakhir itu tempat mangkalnya dinamakan pasar krempyeng, ramainya diumpamakan pasar namun hanya sak krempyengan alias sekajab saja sesudah jam tujuh akan kembali sepi dan senyap.
Penampilan Lijo (tukang sayur) di kampung saya kurang lebih seperti ini, dulu banyak yang menggunakan sepeda onthel tapi lijo zaman sekarang lebih banyak yang memakai sepeda motor dengan rengkek penuh bermacam-macam bahan makanan. Gambar berasal dari SINI. |
Saya biasanya belanja di pracangan. Penjual kebutuhan dapur yang memajang dagangan di rumahnya sendiri. Saya memilih penjual yang datang kulakannya paling pagi.
Ada sekelumit kisah yang berseting di pracangan dekat rumah saya. Saat itu kami ibu-ibu seperti biasa memilah milih bahan dapur yang kami butuhkan. Bahan lauk yang tersedia seperti biasanya adalah ayam, daging dan berbagai jenis ikan. Ada ikan segar ada juga ikan yang dijualnya sudah dikukus, ikan laut matang tangkapan nelayan itu biasa dinamakan pindang. Jadi pindang kalau disini bukan nama resep masakan seperti pindang bandeng gitu. Tapi nama ikan kukus yang biasanya dikemas dalam wadah keranjang bambu berbentuk persegi panjang. Ikan pindang biasanya kami masak di goreng biasa, digoreng tepung atau dibuat brengkes (pepes).
Nah ikan pindang itu juga banyak macam-macamnya, ada kelas-kelasnya gitu. Ada pindang buntut merah, yang rasanya paling gurih dan penampakannya biasanya lebih cantik dari pindang-pindang yang lain, ada pindang tongkol biasanya agak hitam dan rasanya sepoh alias tawar, memasaknya harus disuwir-suwir dan dibumbuin, kalau digoreng biasa rasanya agak hambar. Ada pindang bagong bentuknya pipih lebar tapi dagingnya tipis. Ada juga pindang salem rasanya juga gurih seperti buntut merah. Ada lagi pindang juwi, pindang kelas terendah, sisiknya mengkilap dan tebal, sebenarnya gurih tapi durinya agak halus dan banyak jadi jarang dilirik orang meski harganya lebih murah.
Penampakan ikan-ikan pindang yang dijual per keranjangnya rata-rata 2-5 ribuan harganya, tergantung air laut pasang atau surut, atau tergantung jenis 'kasta'nya si pindang ^^. Gambar berasal dari SINI. |
Nah, sudah tahu kan jenis-jenis pindang, sekarang baru kisahnya.. (dari tadi sekelumit kisah tapi kok panjang amat yak? Hehe.. maap ). Seperti biasa obrolan ibu-ibu di pracangan adalah saling sapa kemudian ujung-ujungnya berlanjut ke hal lain. Saya sih usaha tidak menanggapi ajakan orang ngerumpi agar tak berlama-lama di tukang sayur, anak dan suami nunggu sarapan gitu loh, namun ketika berbicara tentang menu, utak atik bahan jadi menu masakan saya selalu ikut nimbrung buat cari inspirasi resep baru dari ibu-ibu lain.
"Wah pindang juwi nih..." ucap seorang ibu (tetangga agak jauh) dengan mata berbinar-binar seolah menandakan kalau ia suka banget dengan ikan itu. Saya menimpalinya dengan berbinar juga, pasalnya meski kasta terendah dari golongan pindang tapi rasanya emang gurih sekali.
"Iya, bu.. enak banget itu saya bisanya dibuang sisiknya trus ditepungin, renyah.. enak.." ucap saya tanpa ditanya sok sok berbagi resep gratis hehe.. namun sayang jawaban si ibu tadi jauh dari bayangan saya, saya membayangkan percakapan selanjutnya adalah dia mau bagi-bagi resep lain mengolah pindang juwi selain ditepungin dan digoreng biasa. Tapi jawabannya begini...
"Iya saya sering beli 2 keranjang nih, buat makan kucing saya di rumah..." ucapnya tanpa beban, kemudian sibuk memilih-milih bahan makanan lain dan cuek seribu bebek sama saya, ihiks emak-emak yang makanan favoritnya sama dengan kucing piaraannya. Terlaluuuh....
Owalah ya wislah.. cuman itu sekelumit kisah saya yang 'berkesan' banget dihati ehehe.. tak perlu sakit hati, bikin capek badan. Jadi saya ambil pelajaran moralnya saja, jangan lagi sok akrab ngajak ngobrol soal resep di tukang sayur hihihi. Tanya sapa paling aman adalah bahasa basa basi standar "Mau masak apa, bu hari ini?" yang tetap boleh dilestarikan, selain itu jangan deh, mendingan buru-buru pulang agar bisa segera menyediakan sarapan buat anak-anak dan suami tersayang. Betul nggak ibu ibu..?
***
Maaf, karena tak punya foto-foto hasil bidikan sendiri jadi saya ambilkan dari web lain yang sama persis penampakannya dengan apa-apa yang saya gambarkan lewat postingan ini.
**
Postingan ini disertakan dalam #8MingguNgeblog Anging Mammiri
*
xixixixi..aku ngikik disamping X fACTOR indonesia baca "cuek seribu bebek sama saya, ihiks emak-emak yang makanan favoritnya sama dengan kucing piaraannya. Terlaluuuh....". haduhhh...xixixi
BalasHapusbaidewe, aku jarang ngobrol pas belanja.belanja sesuai listku, capcus, masak.xixixi.. paling kalo mereka godain ola, baru aku ngobrol dikit jawab pertanyaan mereka.tapi senyum tetep terpasang.^_^
yaaah begitulah mbak :D sekarang udah jarang sok2 bagi resep n ngobrol di tukang sayur hehe
HapusHahahahah... meooong
BalasHapusHihi, ijin nyengir dulu ya, Mba, sebelum komen.
BalasHapusMemang masih banyak orang yang kurang menjaga lisan dan sikapnya ya, Mba. Tapi ya sudahlah, anggap saja dia sedang 'tidak tau akan apa yang sedang diperbuatnya.', cuek aja deh, tapi masak sih pindang semurah itu, Mba? 2 - 5 ribu sekerangjang gituh? Oalah, di Aceh ga akan dapat deh.
nyengir diijinkan mbak.. ketawa juga boleh banget..
Hapusbegitulah, gpp kok pelajaran hidup :)
iya harganya emang segitu disini mbak.. murah ya :D, emang kata sodara sy yg pernah tinggal di medan harga2 makanan diluar jawa emang 2xlipat disini hihi.. tp nyari uangnya jg lebih cepet :D
Hapusitu pemandangannya keren banget, *di potret yang sedang melingkari tukang sayur ...
BalasHapuswah itu sy ambil dr web lain hehe.. ga punya diokumen privadi sih nulisnya capcus cepet2an :)
Hapushehehehe... sama dengan kucing posisinya
BalasHapusbegitulaaah.. :D
Hapusga usah diambil hati mbak Binta...
BalasHapusBalas aja "iya,kucing peliharaan di rumah sy kan banyak..."
qiqiqi....
wkwkwk..
HapusEh aku baru tau ada penjual ikan yang jual ikannya sudah di kukus gitu >.< Bisa dimakan langsung mbak?
BalasHapusPernah dengar si cuma yang di asapi atau dikeringkan :p
harus diolah dulu mbak.. digoreng ato dipepes.. kalu langsung dimakan emang bisa sih, toh udah mateng.. tp ya kurang mantep :)
HapusEh, saya merangsang kah? Hihihi .. istilahnya mbak Binta :D
BalasHapusAsyiknya kalo ada yang jual ikan kukus keliling begitu. Rajin saya masak ikan ...
Kalo teri ditepungin satu2 enak juga mbak Binta. Tapi bikinnya lama, karena ditepunginnya satu2 dicemplunginnya juga pelan2 lalu dipelototi terus supaya gak ada yang hangus.
Eh malah sok berbagi resep gratis yak :P
wah ajib resepnya.. kalau saya malah sueneng sama orang yg sok sok bagi resep gratis.. yaaah orang emang gak sama deh :) *pelajaran kehidupan*
HapusAngkat tangan nih... Gak tau soal resep.X
BalasHapusTapi boleh saya ntar bagi sama ibu.ku di rumah.
Hh
hehehe.. boleh boleh :)
Hapusaku juga suka belanja di lijo mbak...
BalasHapusgak usah jauh jauh ke pasar