Resensi pertama saya yang dimuat di media cetak Koran Jakarta pada kamis 23 mei 2013.
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/120059
-----------------------------------------------------------------------------------------
Novel ini merupakan kisah romansa dengan alur yang agak lambat karena di berbagai sisinya selalu disediakan ruang untuk menceritakan seputar kopi dan bisnis coffee shop.
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/120059
-----------------------------------------------------------------------------------------
Wujud Cinta Sebenarnya pada Kopi Indonesia
IST
The Coffee Memory adalah novel yang beraroma kopi. Mengisahkan para pencinta kopi dengan segenap kerinduan dan eksotisme perjalanan menggapai cinta dan cita-cita.
Dania harus kehilangan Andro, suami yang amat dicintainya.
Dia harus mulai menata hidup sekaligus mengumpulkan tekad untuk melanjutkan mimpi dan cinta sang suami pada kopi. Bisnis coffee shop yang telah dirintis bersama semenjak Andro masih hidup harus dilanjutkan. Dengan tertatih dan usaha yang lebih keras karena coffee shop mereka telah kehilangan barista terbaiknya.
Pekerjaan barista tidak hanya seputar pemahaman tentang membuat dan menyajikan latte, macchiato, espresso, dan cappuccino, tetapi juga memahami filosofi dan histori yang tersimpan di balik setiap miligram serbuk kopi. Dania harus merekrut barista baru dan lebih survive terhadap persaingan bisnis yang tak bisa dihindarkan.
Katjoe Manis Coffee yang kini dipegang kendalinya oleh Dania ternyata banyak mengalami hambatan. Saingan kafe dan kedai kopi lain dengan konsep-konsep baru yang lebih fresh dan memikat semakin berdatangan. Apalagi Bookafeholik, kafe baru yang konsep dan strategi bisnisnya sangat kuat itu, tiba-tiba hadir di dekat ruko yang disewa oleh Dania untuk Katjoe Manis. Kafe baru itu adalah cabang dari usaha serupa yang sudah berjalan di beberapa kota lain. Dan pemiliknya adalah Pram, orang yang dikenal oleh Dania pada masa lalunya.
Pram adalah teman sekolah Dania, yang bisa dibilang adalah pemujanya. Dania tidak menanggapi perasaan cinta Pram, namun mereka tetap dekat sebagai teman. Pram dulunya adalah siswa yang berprestasi di bidang olah raga. Sangat mengejutkan ketika lama tak bersua dia bisa berubah haluan menjadi pengusaha, bukannya menjadi atlet.
Dania harus kehilangan Andro, suami yang amat dicintainya.
Dia harus mulai menata hidup sekaligus mengumpulkan tekad untuk melanjutkan mimpi dan cinta sang suami pada kopi. Bisnis coffee shop yang telah dirintis bersama semenjak Andro masih hidup harus dilanjutkan. Dengan tertatih dan usaha yang lebih keras karena coffee shop mereka telah kehilangan barista terbaiknya.
Pekerjaan barista tidak hanya seputar pemahaman tentang membuat dan menyajikan latte, macchiato, espresso, dan cappuccino, tetapi juga memahami filosofi dan histori yang tersimpan di balik setiap miligram serbuk kopi. Dania harus merekrut barista baru dan lebih survive terhadap persaingan bisnis yang tak bisa dihindarkan.
Katjoe Manis Coffee yang kini dipegang kendalinya oleh Dania ternyata banyak mengalami hambatan. Saingan kafe dan kedai kopi lain dengan konsep-konsep baru yang lebih fresh dan memikat semakin berdatangan. Apalagi Bookafeholik, kafe baru yang konsep dan strategi bisnisnya sangat kuat itu, tiba-tiba hadir di dekat ruko yang disewa oleh Dania untuk Katjoe Manis. Kafe baru itu adalah cabang dari usaha serupa yang sudah berjalan di beberapa kota lain. Dan pemiliknya adalah Pram, orang yang dikenal oleh Dania pada masa lalunya.
Pram adalah teman sekolah Dania, yang bisa dibilang adalah pemujanya. Dania tidak menanggapi perasaan cinta Pram, namun mereka tetap dekat sebagai teman. Pram dulunya adalah siswa yang berprestasi di bidang olah raga. Sangat mengejutkan ketika lama tak bersua dia bisa berubah haluan menjadi pengusaha, bukannya menjadi atlet.