Rokok
menjadi barang jualan paling aneh sedunia. Ketika produsen yang membuatnya saja
mengaku dengan jujur bahwa barang buatannya itu berbahaya. Tertulis meski
kecil-kecil dalam setiap bungkus rokok bahwa MEROKOK MEMBUNUHMU, tapi tetap
saja banyak yang membelinya. Kemudian menghisapnya dengan begitu nikmat tanpa
beban ketakutan dan kekhawatiran bahwa yang dikatakan oleh produsen rokok itu
benar.
Dan
Rokok juga menjadi fenomena yang tak henti dijadikan bahan eyel-eyelan (baca :
debat atau diskusi) tentang bagaimana hukumnya secara syari'at islam, maupun
secara etika manusia sebagai makhluk sosial.
Berkali-kali
saya ikut diskusi tentang rokok baik di sosmed maupun di dunia nyata. Sungguh yang
membela dan membenarkan rokok tidaklah sedikit. Tapi saya yakin sih, yang
membela dan membenarkan rokok itu pastilah perokok.. (ya iyalah. hehe). Namun
ironisnya terkadang para pembela rokok itu adalah orang-orang yang
berpendidikan tinggi dan juga alim dalam hal agama. Bahkan juga penghafal qur'an.
Hmm..
Sekelumit
rangkuman yang sering saya temukan dari para pembela rokok, alias dalil-dalil
mereka dalam membenarkan hobi merokoknya adalah :
1. Yang
tidak merokok pun juga banyak yang sakit dan mati muda tuh. Jadi bukan rokok
yang bikin sakit. Tapi Gusti Allah. Pasrah ajee..
**Lalu
dimana letak ikhtiyarmu? tawakkal itu setelah ikhtiyar sodara..
2. Ada
faktanya orang yang sehat berumur sampai seratus tahun, dan dia perokok. Orang-orang
sekitarnya juga sehat-sehat saja nggak ada yang sakit karena jadi penghisap/perokok pasif.
**Tapi
ada juga kan faktanya, bahwa balita yang kena paparan asap yang menempel di
baju ayahnya bisa meninggal. Asap rokok efeknya sampai radius 10meter menebarkan
racun nikotinnya.. tak percaya? cek disini : http://health.detik.com/read/2014/03/24/105635/2534413/763/1/2/terpapar-residu-asap-rokok-ayahnya-bayi-ini-meninggal-kena-pneumonia .... lalu masih ingin menjajal
kesaktian tubuhmu dan juga keluargamu begitu?
3.
Kalau tidak merokok saya tidak bisa berdzikir. Setiap kepulan asapnya adalah
dzikir saya. Daripada saya nggak berdzikir? jadi lebih baik tetap merokok. (ini
alasan yang pernah dilontarkan seorang guru/Ustadz yang alim.. )
**Mohon
maaf, tanpa mengurangi hormat saya kepada guru tersebut dengan keilmuannya,
saya ingin mengatakan betapa pelitnya penjengan. Kalau tidak ngisap rokok tak
mau berdzikir. Haduuuh...