Jumat, 03 Desember 2010

KISS 2 : PASWORD

Ada fenomena menarik dan unik. Namun mungkin bagi sebagian kalangan adalah pemandangan yang ‘eneQ’.
Sebenarnya hanya cerita biasa. Namun aku menganggapnya agak luar biasa. Saat peristiwa-peristiwa itu sudah terlewatkan tiba-tiba saja menjadi moment indah yang rindu untuk mengulang kembali.
Santri di belahan pondok manapun. Tentulah hidup jauh dari orang tua dan sanak saudara. Mau tak mau segala sesuatu harus dilakukan sendiri. Untuk memenuhi semua kebutuhannya. Meniti hari-hari dengan rangkaian keluarga baru yaitu teman senasib, selorong dan seperjuangan yang berasal dari daerah yang berbeda-beda. Bersama sepikul sebeban dalam satu atap. Lalu lalang hilir mudik beraktivitas. Kesemuanya berporos pada satu titik... Ta’allum ulumuddiin.
Setelah hari kian bertambah. Ada ras rindu yang singgah.
“Mbak Sumi.. disambang Ibunya...!” pucuk dicita sambangan pun tiba. Hatipun berbunga.
Untuk buah hati, apapun jadi. Ibunya Sumini yang dari kampung pelosok, sejak jam tiga pagi sudah bangun untuk mempersipkan segala sesuatunya. Dari menanak nasi lebih banyak dari porsi biasanya sampai membuat lauk istimewa yang jarang-jarang pula mereka memakannya. Semua dibungkus, dimasukkan kardus, diikat rapat dengan ravia, ditenteng dengan hati gembira dan naik bus hingga sampai ketempat tujuan.
“Oalah Nduk... kok tambah lemu aee...” sang Ibu mencubit gemas pipi Sumini. Sumini nyengir sambil mengucek matanya.
“Piye sekolahe Nduk..?” bla...bla...bla... formalitas dua kerinduan yang dipertemukan.
.........................
“Belajar sing tenanan yo Nduk...” pesan dan harapan semua orang tua yang memondokkan anaknya. Sumi mengangguk. Ia mencium punggung tangan Ibunya dengan takdhim. Hatinya sumringah memandang kardus yang dibawakan Ibunya.
Setelah mengantar Ibu sampai ke gerbang. Bergegas Sumi mebuka bawaan Ibunya. Beberapa bungkus nasi dengan lauk ayam lodeh kesukaannya, setandan pisang dan beberapa bungkus mie instan. Dan dengan bungkus paten daun pisang, Sumi menata nasi dan lauknya membantuk bundaran datar dengan aroma menggugah selera.
Rezeki tak pernah direncanakan. Datang tanpa diduga. Semua santri yang ada di kamar itu tinggal menunggu kata kunci.
“Mbaaaak...!! monggo sedanten....!!” ucap keras Sumi. Wow... suasana yang asalnya tenang dan teratur langsung berubah drastis.
Bagi anda pembaca yang sudah pernah merasakan menjadi santri pasti sudah bisa membayangkan. Tapi bagi anda yang belum pernah punya pengalaman menjadi santri.... coba anda lihatlah sekumpulan ayam yang tiba-tiba disuguhi segenggam jagung... yaa, kurang lebih seperti itulah pemandangannya... he he.
Satu mulut untuk mendapatkan satu suapan harus berdesakan dorong-mendorong, tarik menarik dengan penuh perjuangan.
“Mbak Sumi... matur suwuuun....”
“Mbak yang ngasih...suwuuun”.....
“Iyo mbak sepurane ra ono lawuhe....” basa basi tulus mengakhiri adegan itu.
“Mbak.... monggo sedanten...!!!” terdengar pasword lagi dari arah pojok. Kaki yang sedianya akan melangkah pergi berbalik cepat menuju asal suara...tapi....
Tak ada apa-apa di pojokan. Cuma ada Sulis si santri jail yang sedang menggaruk kepalanya.
“Hehehe... monggo sedanten bancakan tumo-ku.... hehehe...”
“Huuuuu...” semua kecelee dan menggerutu. sulis tertawa puas. Ide usilnya sukses.
Ada-ada saja,
Aku jadi teringat dawuhnya Yai.. -lauknya orang makan itu Cuma ada 3 : badan sehat, perut lapar dan pikiran tenang- kiranya jika aku boleh menambah. Akan ada satu lagi yang menambah nikmat yaitu... -makan keroyokan-....

Bint@ al-MamBa
Di depan komplek E2
Rumah Lantany

KISS **kisah indah seputar santri**



                                                KISS
                            Kisah Indah Seputar Santri


Banyak yang bilang masa SMA adalah masa yang paling manis, kisah-kisah paling indah, hiasan masa remaja yang paling berkesan dan sejarah yang akan di bingkai dalam kenangan.
Namun jauh disini, disalah sudut bumi yang juga merasakan pembagian adil sorot hangat mentari pagi. Sudut yang jarang dilihat orang. Di dalam gerbang yang laksana benteng kokoh, dimana gembok besinya terlihat seperti belenggu kebebasan, dimana banyak orang menganggapnya penjara suci.
‘PESANTREN’.....pun disana menyimpan berjuta kisah yang indah, pun disana juga ada ukiran kenangan manis, unik dan tak terlalu picisan untuk digubah dalam karya pena.
Aku hanya ingin bercerita tentang apa yang pernah kurasa, betapa pernak-pernik perjalanan di arena pesantren terlalu sayang untuk hanya dikenang.
Aku ingin mendokumentasikan, gambaran irama pesantren tak seperti asumsi sebagian besar masyarakat luar. Banyak petikan hikmah dan pelajaran kehidupan yang dapat diambil. Ada banyak sekali. 
Akhirnya, ada baiknya kukatakan sebagai awal tutur cerita. Bahwa  “menjadi santri itu bukanlah pilihan yang mendatangkan penyesalan .................”. Barokah, tak pernah dapat dihitung dengan teori dan kalkulasi, yang dapat merasakan adalah hati.
                                            
                                                                                 Bint@ el-MamBa
                                                                                  LANGITAN

                       KISS 1 : UNTAIAN NADHOM PUJANGGA SHILIHIN


Dulu.........pernah terbesit rasa ngeri ketakutan yang dirasakan hampir semua anak yang ditawari pilihan untuk menempuh pendidikan salaf.
“Takut mbak, hafalannya itu lho iiihhh syeremm..... “
“Mana setiap hari disuruh menghafal terus.......trussssss. boleh nonton TV duuh ngebayangin aja aku sudah pusing........” beberapa asumsi senada banyak yang terdengar nyaring apa iyaaa......... ?
Awalnya aku juga merasakan ketakutan itu sekarang setelah aku menyelam sendiri, berat hanya dipermulaan, Semua kalah oleh niat, saat keraguan berbaur dengan tekat. Bayangkan saja menapaki anak tangga satu demi satu. Bayangkan saja seperti mengupas kelapa menyobek serat demi serat.
Apabila niat sudah terpatri seluruh anggota fisik tinggal mematuhi apa kata hati, Seiring berjalannya asa dengan istiqomah dan tawakkal sebutir pun akan jadi segenggam.
Mayoritas pesantren yang menerapkan konsep salafy biasanya menggunakan sistim hafalan nadhom. Kalam-kalam ilmu yang dirangkai dalam bentuk syair. Agar supaya mudah mendendangkan dalam alunan berirama. Dan menyenangkan menghafalkannya.
Ada nadhom tentang Fiqih, Tajwid,Tauhid, Gramatika arab yang terdiri dari Nahwu, Shorof, Balaghoh, I’lal dan lain sebagainya. Adapun pengarangnya adalah pujangga-pujangga hebat yang sulit dicari bandingannya di zaman sekarang. Mereka adalah alim ulama ’yang mencurahkan segenap pikirannya untuk kemaslahatan islam. Untuk menyebarkan ilmu syari’at tanpa memetik keuntungan sepeserpun dari hasil penjualan penggandaan karyanya. Yang mungkin jika diterapkan sistim royalty niscaya anak cucu mereka akan selalu dibanjiri keuntungan. Namun dapt kita saksikan, kitab-kitab karya mereka terus diterbitkan dari zaman ke zaman. Dipelajari, dikaji tak ubahnya lampu yang tak pernah padam.
Semua yang tersebut di atas adalah cerita dari guruku Syaikhina Abdullah Faqih Al-hajj. Cerita yang tidak hanya cerita. Syeh alim ‘allamah yang karya kitab-kitabnya kami kaji setiap hari bukanlah kaya sembarang orang. Tapi karya orang-orang pilihan dengan IQ yang pasti lebih superior dibandingkan enstein sekalipun. Orang-orang pilihan yang tidak mengharap apapun atas jerih payahnya kecuali mengharap ridho Allah SWT.
Kebiasaan di pondok kami adalah mengadakan ‘lalaran nadhoman’ setiap malam selasa ba’da maghrib. Semua santri berkumpul menurut kelasnya masing-masing. Bermacam irama kami coba dengan alat musik seadanya. Dentingan dari sendok, drum dari wadah galon kosong sampai menggebuk bangku pun jadi.
Hmmm.. kalau dibayangkan sih sepertinya norak. Tapi yang kurasakan... apa mungkin dapat kutemukan band seperti ini di tempat lain...? (hehehe...)
Ada rasa bangga, ada rasa puas. Saat seratus nadhom tadi kudendangkan tanpa membuka catatan sedikitpun. Begitu juga pasti yang dirasa semua teman-temanku. Mengingat bagaimana kemarin kami menghafal satu bait demi satu bait.
Aku semakin kagum memandang mereka senior-seniorku, para Ustadz, dan tentu saja Syaikhina pengasuh pondokku. Di dalam kepala mereka pasti sudah tersimpan berjuta beribu-ribu bait lengkap dengan makna dan keterangannya. Mereka sudah menapaki istiqomah muthola’ah dan ikhlas membagi ilmu dalam bilangan tahun yang tidak sedikit.
Dan perlu kukatakan pada semuanya. Manusia-manusia sekaliber mereka hanya dapat ditemui di sini... di penjara suci.

                                                               Langitan
                                                Catatan kecil di pagi hari

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...